MOSKWA, KOMPAS.com — Israel telah mengirim sejumlah pesawat mata-mata ke Rusia, dalam pengiriman pertama pesanan Rusia.
Menurut kantor berita Interfax, Jumat (10/12/2010), Moskwa berusaha untuk merevitalisasi angkatan udaranya yang merosot.
Pengiriman pesawat itu ditujukan untuk mendorong kemampuan dalam mengumpulkan data intelijen Rusia.
Perjanjian pembelian pesawat mata-mata Israel senilai 550 juta dollar AS tersebut ditandatangani tahun lalu.
"Semua pesawat mata-mata itu ditetapkan melalui kontrak yang telah dikirim ke Kementerian Pertahanan Rusia. Satu kelompok perwira Rusia telah menjalani pelatihan dalam penggunaan peralatan itu," kata sebuah sumber diplomatik militer yang tak disebutkan namanya, Kamis, seperti dikutip Interfax.
Perang lima hari Rusia dengan bekas republik Soviet, Georgia, pada 2008 telah menyingkap sistem intelijen dan komunikasinya yang buruk.
Perjanjian dengan Israel untuk meningkatkan Angkatan Udara Rusia itu merupakan bagian dari penjualan yang memperoleh persetujuan Moskwa untuk mengalihkan penjualan sistem rudal pertahanan udara S-300 Rusia ke Iran, menurut kawat diplomatik AS, yang dipublikasikan WikiLeaks.
Rusia telah membekukan pesanan rudal permukaan-ke-udara itu ke Iran awal tahun ini, dengan menyebut putaran baru sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Teheran karena aktivitas nuklirnya yang seperti bayangan.
Rusia menyatakan, mereka ingin membeli pesawat mata-mata Israel untuk mengetahui konstruksi dan teknologinya.
Sebuah sumber industri pertahanan Israel mengatakan kepada Reuters, Kamis, bahwa pengiriman itu merupakan hasil dari perjanjian yang ditandatangani satu setengah tahun lalu.
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Vladmir Popovkin sebelumnya mengatakan, Rusia telah mempertimbangkan 14 pesawat mata-mata Israel dalam pesanan pertamanya.
Pada Oktober Rusia memesan dua kali lipat jumlahnya dari pesanan April lalu untuk satu set pesawat mata-mata lainnya.
Beberapa pengamat mengatakan, Angkatan Udara Rusia membutuhkan kira-kira 100 pesawat pengintai bagi pengumpulan data intelijen efektif jika terjadi konflik militer.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment