Jakarta, Kompas - Markas Besar Tentara Nasional Indonesia menggelar Rapat Pimpinan TNI Tahun 2011, Rabu (19/1). Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono sempat menyinggung pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Hari Ulang Tahun TNI, 5 Oktober 2010, yang berjanji akan meningkatkan anggaran TNI. Namun, hingga kini pencapaiannya belum signifikan karena agenda prioritas lain.
”Tahun 2011, kinerja juga harus ditingkatkan sebagai konsekuensi tunjangan kinerja,” katanya dalam arahan pembukaan Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2011 dengan tema ”Konsistensi Pembangunan Kekuatan Pokok Minimum dan Reformasi Birokrasi TNI guna Mendukung Tugas Pokok TNI”.
Agus Suhartono mengatakan, berdasarkan evaluasi kinerja TNI 2010, berbagai apresiasi diberikan kepada TNI atas keberhasilan melaksanakan operasi perdamaian di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa serta operasi penanggulangan bencana di Wasior, Mentawai, dan Jawa Tengah.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, selama 2010 pihaknya berhasil mengegolkan pengadaan remunerasi, tunjangan khusus perbatasan, dan kenaikan uang lauk-pauk. Untuk tahun 2011 ada dua pekerjaan rumah, yaitu penataan barang milik negara dan penataan bisnis TNI yang harus segera dituntaskan.
Dalam diskusi, beberapa pertanyaan dan pernyataan disampaikan beberapa dari 145 peserta rapat. Masalah inkonsistensi dari Badan Nasional Pengelola Perbatasan, misalnya, sempat dikemukakan. Setiap rapat, peserta dari kementerian yang tergabung di dalam badan yang dipimpin Mendagri ini selalu berubah sehingga dirasakan jalan di tempat. ”Badan itu baik gagasannya karena dulu, kan, pendekatannya hanya pertahanan, tetapi sekarang juga ada ekonomi,” jawab Purnomo.
Tentang kekuatan pokok minimum TNI yang belum bisa dipenuhi lewat anggaran, padahal telah menjadi rencana strategis 2010-2014, Purnomo menyatakan, ini membuat perencanaan 2010-2011 jadi agak menyimpang. Padahal, kekuatan pokok ini diperlukan untuk efek tangkal dan membangun kepercayaan diri. Oleh karena itu, ia mengharapkan agar di dalam Rapim dilakukan verifikasi tentang rancang bangun kekuatan pokok minimum tersebut.
Namun, meskipun anggaran minim, TNI tetap menggelar latihan. Sebanyak 1.253 personel TNI Angkatan Darat dari sejumlah satuan berlatih bertempur melawan ”pemberontak”. Rangkaian latihan taktis pertempuran tersebut berakhir di lereng Gunung Ungaran, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu.
Personel inti yang diterjunkan berasal dari 700 personel Batalyon Infanteri 406 Purbalingga dengan diperkuat satuan lainnya, seperti Penerbangan AD, Tim Penanggulangan Teror Batalyon Infanteri 400 Raider, dan Peleton Zeni Tempur IV Tanpakawandya.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment