Jakarta - Alat penginderaan yang merupakan bagian penting dalam alat-alat intelijen TNI Angkatan Darat masih didominasi produk asing. Walau demikian, TNI AD optimistis pada masa depan akan lebih banyak produk dari industri pertahanan dalam negeri.
”Kalau produk massal, secara jujur kita memang belum mampu,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal George Toisutta, Kamis (10/3), seusai membuka Simposium dan Pameran Teknologi Intelijen Geospasial 2011. Menurut George, kalau melihat banyaknya orang Indonesia yang belajar di industri-industri pertahanan di luar negeri, Indonesia sudah mampu. Oleh karena itu, ia yakin pada masa depan industri pertahanan Indonesia bisa mencukupi kebutuhan.
Menurutnya, pengembangan telah dilakukan di lingkungan TNI AD, termasuk oleh Litbang TNI AD.
Menurut Direktur Topografi Angkatan Darat Brigjen TNI Sutrisno, yang dalam acara ini menluncurkan bukunya, intelijen geospasial adalah paradigma baru. Intelijen ini mengeksploitasi citra, baik dari foto udara maupun citra satelit, sebagai data utama intelijen. Informasi yang menyangkut kebumian ini kemudian diolah untuk menjadi dasar pengambilan keputusan.
Dalam sambutannya, George menekankan pentingnya teknologi intelijen mengatasi ketertinggalan dalam teknologi informasi. Menurutnya, intelijen geospasial penting bagi operasi militer. Ia menekankan, karena saat ini perang tidak lagi hanya mengandalkan fisik dan alat, keterlibatan masyarakat harus ditingkatkan. ”Kultur dan sosial juga penting, coba kita lihat dominasi China saat ini,” katanya.
Ia mengatakan, saat ini terjadi perkembangan generasi perang yang melibatkan nirmiliter, yaitu penginderaan jarak jauh satelit yang bisa menganalisis apa saja. ”Ini termasuk sumber daya alam dan obyek vital sehingga daya tangkal kita jadi turun,” ujar George.
Untuk mengatasai hal ini, diperlukan strategi pertahanan yang integratif di darat, laut, dan udara. Selain itu, juga perlu peningkatan intelijen yang menekankan pada sinergi.
Dalam pameran yang digelar, terlihat bahwa semua alat yang dipamerkan berasal dari luar negeri. Direktorat Topografi Angkatan Darat memamerkan modifikasi dari alat GPS asal Inggris dengan menambahkan sistem dan peta Indonesia. Sementara deretan produk asing lain, seperti Leica dan Bosch, memamerkan teknologi pencitraan mereka.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment