Bandung - Anggota Komisi I DPR Tritamtomo menyayangkan tidak efektifnya alat utama sistem pertahanan (alutsista) negara, terutama pada alat pertahanan kavaleri darat.
"Dari sekitar 2.000 tank yang ada di negara kita, saat ini hanya sekitar 60% yang berfungsi untuk menjaga sistem pertahanan. Itu pun dipaksakan dengan rekondisi dan retrofit (peningkatan kemampuan)," ujar Tritamtomo usai membuka Ghatering Technologi of Society di aula Pusat Kesenjataan Kavaleri Jalan Gatot Subroto, Senin (14/3/2011).
Dia menilai, guna meningkatkan alutsista, negara perlu melakukan terobosan kerja sama penguatan dengan negara lain, seperti pertukaran teknologi industri persenjataan yang saat ini tengah digagas dengan beberapa negara.
Menurutnya, Indonesia adalah negara yang secara georgrafis merupakan negara kepulauan yang harus memiliki sedikitnya 5.000 tank.
"Jika diasumsikan tank yang ada di satuan tempur kavaleri kita 2.000 unit, maka setiap pulau dijaga oleh 10 unit tank untuk menjaga kedaulatan negara. Namun hal tersebut tidak mungkin sepenuhnya bisa digunakan karena dari jumlah tersebut ada tank yang memasuki masa purna," ujar Tritamtomo.
Saat ini, lanjutnya, tank yang dimiliki Indonesia berjenis tank Scorpion dari Inggris, Rusia dan negara-negara eks Uni Soviet serta Korea dan Yordania. Rata-rata usia tank yang dimiliki Indonesia berusia 20 tahun ke atas. Bahkan masih ada yang berusia lebih dari 40 tahun.
"Meski begitu kita sadar, karena keadaan negara yang memang tidak memungkinkan dalam pembiayaan. Sehingga saat ini yang dilakukan adalah pemeliharaan dengan cermat terhadap tank-tank tersebut, yakni seperti Ferret, Sarasin, Saladin, AMX 13/APC-CANNON," terang Tritamtomo.
Sumber: INILAH
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment