WASHINGTON--MI: Amerika Serikat (AS) menegaskan pihaknya perlu untuk mempertahankan pangkalan militer di Pulau Okinawa, Jepang, untuk mempertahankan kawasan itu, di saat pemerintah baru Jepang mempertimbangkan untuk mengganti rencana awal.
Pejabat senior AS mengatakan kepada kongres bahwa sekalipun mereka menghormati keputusan pemerintahan Perdana Menteri Yukio Hatoyama yang berusia enam bulan, mereka berharap untuk tetap melanjutkan rencana awal guna memindahkan pangkalan militer Futenma di Okinawa.
Michael Schiffer, seorang pejabat senior Pentagon, berkata dalam sebuah panel kongres bahwa pasukan di Okinawa adalah satu-satunya pasukan yang berada di darat antara Hawai dan India yang dapat dengan cepat dikirim apabila dibutuhkan.
"Futenma boleh jadi satu pangkalan dan satu bagian dari sebuah hubungan persekutuan yang lebih besar, namun perdamaian dan stabilitas di kawasan --tidak sedikit-- tergantung dari kehadiran pasukan AS di Jepang, kata Schiffer, wakil menteri pertahanan urusan Asia, Rabu waktu setempat atau Kamis (18/3).
"AS tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam perjanjian untuk mempertahankan Jepang, tidak dapat menjawab krisis kemanusiaan atau bencana alam, tidak dapat memenuhi komitmennya untuk perdamaian kawasan dan stabilitas tanpa lebih jauh menempatkan pasukan di Jepang," katanya.
Berdasarkan perjanjian, Futenma akan dipindahkan dari kawasan padat di Ginowa ke lokasi yang lebih sepi. Schiffer dan Joseph Donovan, timpalannya dari Departemen Luar Negeri, mengatakan bahwa kesepakatan itu adalah yang penyelesaian terbaik untuk meminimalkan dampak terhadap Okinawa, dengan tetap mempertahankan pasukan di kawasan.
Namun sejumlah sekutu kiri Hatoyama menginginkan agar pangkalan itu dipindahkan ke luar Jepang dan menyalahkan pasukan atas keramaian dan kejahatan.
Sekalipun dukungan Presiden Barack Obama atas kesepakatan 2006, sejumlah anggota parlemen dari Partai Demokrat telah menyuarakan simpati atas kasus Okinawa. Â
Namun tokoh Republik dari California Ed Royce mengatakan bahwa pemerintahan Hatoyama telah "menangani dengan buruk" kasus Futenma. "Sekutu telah menjadi sebuah kekuatan untuk stabilitas di kawasan yang keras itu namun ada sebab yang menjadi perhatian," kata Royce.
"Pemerintah Jepang tidak berpengalaman. Sejumlah pemimpin Jepang akan senang melihat Tokyo lebih condong ke Beijing," katanya.
Hatoyama telah menyeru sebuah hubungan yang lebih setara antara Tokyo dan Washington dan menyarankan upaya menciptakan sebuah jaringan kawasan Asia Timur tanpa AS, yang menempatkan 47.000 prajuritnya di Jepang.
Ichiro Ozawa, salah satu tokoh Partai Demokrat, pada Desember membawa ratusan anggota parlemen untuk berkunjung ke Beijing, mengirimkan pesan ke AS agar lebih banyak mengundang anggota parlemen Jepang ke Washington.
Namun kebanyakan pengamat AS meragukan perubahan perhatian menuju Beijing, menyebut bahwa Jepang telah memiliki ketegangan yang mengakar dengan China dan keprihatinan mendalam terhadap negara tetangganya yang meningkatkan dana militer.
Harapan AS pada Jepang boleh jadi didasari oleh kepemimpinan Junichiro Koizumi pada 2001-2006 yang melawan tabu dengan mengirimkan pasukan ke Irak dan menentang China, kata Michael Auslin, seorang akademisi di Institut Amerika.
"Kecenderungan pembuat kebijakan di Jepang yang saat ini terjadi, termasuk upaya Jepang menjangkau China, mencerminkan kembalinya posisi tradisional Jepang yang mencoba membangun kesetimbangan dalam kebijakan luar negeri Jepang," kata Auslin.
Sumber: MEDIA INDONESIA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment