Pengunjung pameran tengah mengamati sejumlah senjata personel berbagai jenis dan varian produksi unggulan PT Pindad dalam pameran dan ekshibisi Defence Services Asia Exhibition and Conference 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia, April lalu.
Suasana hari terakhir pameran produk pertahanan dan persenjataan, Defence Services Asia Exhibition and Conference ke-13 di Kuala Lumpur, Malaysia, 19-22 April 2010, terbilang sangat ramai. Para pengunjung, sebagian besar dari mereka berseragam, hilir mudik mendatangi satu per satu stan produsen senjata asal negara-negara kawasan Asia, Eropa, Rusia, dan Afrika Selatan.
Beberapa produsen senjata, semisal Defence Services Sdn Bhd dan SME Ordnance Sdn Bhd asal tuan rumah, bahkan berani menyewa area stan yang terbilang sangat luas sehingga mampu memuat berbagai jenis kendaraan tempur, meriam, atau bahkan prototipe tank berukuran raksasa.
Akan tetapi, pemandangan sama dipastikan tidak tampak di stan milik PT Pindad. Selain hanya menggelar ”barang dagangan” di stan yang tidak terlalu luas, PT Pindad juga hanya membawa dan memamerkan sedikit produk senjata unggulan.
Beberapa jenis senjata yang ditampilkan, yaitu senjata laras panjang (assault rifle) berbagai jenis dan varian, pistol, serta senapan penembak jitu (sniper rifle). Kalaupun PT Pindad mencoba memamerkan produk ”primadona”, seperti kendaraan tempur (armoured personnel carrier) Anoa 6x6, kehadirannya hanya diwakili sejumlah miniatur dan poster.
Sayangnya, dari 726 perusahaan peserta pameran asal 40-an negara, seperti juga tercatat dalam situs http://dsaexhibition.com, nama PT Pindad tidak tercantum sebagai peserta pameran asal Indonesia bersama tiga perusahaan lain, yaitu PT South Pacific Viscose Indonesia, PT Sri Rejeki Isman Indonesia, dan PT Napindo Indonesia.
Meski demikian, kehadiran PT Pindad yang mendirikan stan bersebelahan dengan stan milik SME Ordnance Sdn Bhd boleh jadi cukup menarik perhatian pengunjung militer asing.
Tampak Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto di lokasi stan perusahaannya. Kehadirannya dipastikan terkait dengan acara penandatanganan nota kesepahaman (MOU) antara PT Pindad dan produsen senjata Malaysia, SME Ordnance Sdn Bhd.
Dari Malaysia tampak hadir Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Mohd Najib bin Tun Hj Abdul Razak dan Menteri Pertahanan Malaysia Dato’ Sri Zahid Hamidi, sementara dari Indonesia hadir Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar.
Dalam acara penandatanganan MOU itu, pihak Indonesia memberikan ”buah tangan” berupa 10 senapan laras panjang jenis SS2-5 dan miniatur APC Anoa 6x6 kepada PM dan Menhan Malaysia.
Dapat diandalkan
Dalam pidato sambutan, Purnomo memuji senjata buatan PT Pindad sebagai senjata yang dapat diandalkan dan cocok dengan postur orang Asia. Memang hal itu bukan sekadar basa-basi. Produk senapan serbu buatan PT Pindad itu sudah berkali-kali teruji keandalannya. Berkali-kali Indonesia, dalam hal ini Tentara Nasional Indonesia (TNI), memenangi kejuaraan menembak antar-kekuatan militer di Asia Tenggara.
Berdasarkan data dari PT Pindad, pada 2004, kontingen Indonesia yang menggunakan senjata jenis SS1 berhasil meraih gelar juara umum dalam ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) di Jakarta. Sementara dalam kejuaraan Brunei International Skill at Arms Meet (BISAM), 2005 dan 2008, kontingen Indonesia dengan menggunakan senjata SS2-V4 HB juga meraih gelar sama sebagai juara umum.
Pada 2006, dengan senjata jenis SS1, Indonesia menjadi juara umum pertandingan sama di Vietnam, pada 2008 juga meraih juara umum dengan senjata jenis SS2, dan 2009 menjadi juara umum di Singapura dengan senjata SS2.
Selain senjata SS1 dan SS2, produk PT Pindad lain, seperti kendaraan tempur APC Anoa 6x6, juga telah diakui sebagai kendaraan tempur standar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Delegasi TNI di Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (Unifil) menggunakan 13 kendaraan tempur itu dalam operasi mereka di sana.
Di area pameran, Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto, seperti juga dibenarkan Menteri BUMN Mustafa Abubakar, menyebutkan, ada peluang Pemerintah Malaysia melirik kendaraan tempur Anoa 6x6 untuk memenuhi kebutuhan militer mereka sebanyak 32 unit.
”Kami belum fokus ke cari untung dahulu. Yang penting sekarang bagaimana produk PT Pindad bisa menciptakan kesadaran (awareness) dan diakui negara lain, termasuk mengikuti pameran ini,” ungkap Adik. Dalam konteks kemandirian industri pertahanan, Indonesia tidak boleh dipandang sebelah mata.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment