Darwin, Kompas - Sebanyak 108 peserta dari 17 negara dipastikan berpartisipasi dalam Sail Banda 2010. Rencananya hari Sabtu (24/7) ini Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad melepas semua peserta tersebut di Darwin, Australia.
Kemarin panitia melakukan berbagai persiapan akhir, termasuk menyiapkan dua kapal pengawas KRI Hiu Macan Tutul 01 dan KRI Hiu Macan 006 di Darwin. Kedua kapal ini akan mengawal peserta dengan kapal layar jenis Yacht dari Darwin hingga Pulau Banda, Maluku Tengah.
Wartawan Kompas, Samuel Oktora, melaporkan, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Anshori Zawawi yang ditemui di Darwin mengatakan, dari 108 peserta itu, 62 di antaranya nantinya menuju Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
”Mereka akan singgah di Alor, Lembata, Maumere, Ende, Ngada, Labuan Bajo, Sabu Raijua, Rote Ndao, Sumba Timur, dan Sumba Barat Daya,” ujarnya.
Sebanyak 46 peserta lainnya akan menuju Banda dan mengikuti reli layar. ”Dari jumlah itu, 12 peserta di antaranya akan mengikuti lomba layar dengan total hadiah 5.000 dollar AS,” kata Anshori.
Perjalanan peserta reli dan lomba layar dari Darwin ini akan berakhir di Teluk Ambon, Maluku. Rencananya, setelah itu mereka mengikuti parade yang memeriahkan Sail Banda ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pencanangan Maluku sebagai lumbung ikan nasional pada 3 Agustus 2010.
Dua lokasi
Dari Banda dilaporkan, Sail Banda yang akan berlangsung hingga 17 Agustus mendatang mengambil dua lokasi utama di Provinsi Maluku, yakni Kota Ambon dan Kepulauan Banda. Partisipasi warga menyambut kegiatan pariwisata bahari internasional ini diharapkan memberi dampak positif bagi perekonomian dan eksistensi budaya maritim masyarakat.
Kepala Kampung Adat Ratu Naira Awad Senen kemarin mengatakan, tujuh kampung adat di Banda telah mempersiapkan diri dengan menggelar ritual membuat tempat sirih permisi untuk arwah nenek moyang. Selain itu, juga melakukan buka puang sebagai syarat utama sebelum tarian cakalele dipertunjukkan kepada pengunjung selama Sail Banda.
Penggelaran acara-acara tersebut oleh setiap kampung adat selama dua pekan terakhir, menurut Awad, memang cukup menyita waktu dan energi. ”Warga harus menyiapkan sesajian yang dibutuhkan dan makanan untuk tamu dari kampung adat lainnya,” ujarnya.
Subsidi dana sebesar Rp 10 juta dari Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah untuk setiap kampung adat tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. ”Harga ikan saat musim timur ini meningkat karena ombak tinggi sehingga kebanyakan nelayan tidak melaut,” papar Awad.
Selain kampung-kampung adat, mahasiswa bersama operator selam di Banda, Bandarin Divers, juga bergotong royong setiap hari membersihkan sampah yang terendam di antara terumbu karang di sekitar pulau-pulau di Banda. Salah satu pemandu selam, Rudi Auratu, mengatakan, pembersihan kawasan ini dilakukan tanpa dukungan dana pemerintah.
Tokoh masyarakat Banda, Des Alwi, mengaku telah membangun rumah baru di tepi pantai Pulau Naira untuk tempat menginap Presiden Yudhoyono.
”Presiden sangat diharapkan bisa hadir di Banda karena sejak dahulu belum pernah ada Presiden yang datang ke daerah ini. Padahal, Banda merupakan tempat pengasingan tokoh-tokoh pendiri bangsa, seperti Mohammad Hatta, Sjahrir, Tjipto Mangunkusumo, dan Iwa Kusuma Sumantri. Tanpa mereka, Indonesia tidak akan pernah ada,” kata Des Alwi mengingatkan.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment