VIVAnews - Jumlah insiden penyerangan oleh pihak pemberontak di sejumlah provinsi di kawasan selatan Thailand dalam beberapa tahun terakhir menurun drastis. Salah satu penyebabnya adalah perubahan strategi dari pihak militer, yang kini menitikberatkan pendekatan kemanusiaan ketimbang pendekatan bersenjata.
Demikian ungkap Letnan Jenderal Pichate Wisaijorn, Panglima Komando Militer Wilayah IV Thailand. "Sesuai arahan Raja [Bhumibol Adulyadej] dan dukungan pemerintah, kami dalam beberapa tahun terakhir menerapkan pendekatan yang lebih humanis kepada masyarakat dan tidak menonjolkan kekuatan bersenjata," kata Pichate kepada delegasi wartawan asing, termasuk VIVAnews dari Indonesia di Kamp Sirindhorn, Provinsi Pattani, Selasa 20 Juli 2010.
Sejak 2008 Pichate diserahi tanggungjawab untuk menegakkan keamanan di provinsi-provinsi di kawasan ujung Selatan Thailand - yaitu Pattani, Yala, dan Narathiwat. Wilayah-wilayah itu mendapat khusus lantaran situasi keamanan belum sepenuhnya stabil akibat serangan-serangan dari pihak pemberontak.
Pichate mengungkapkan, saat ini militer Thailand menempatkan 30.000 personil yang ditempatkan di 2.000 desa di tiga provinsi tersebut. Namun, setengah dari jumlah personil militer itu bukanlah tentara bersenjata. "Mereka melakukan tugas-tugas sipil, seperti tenaga medis, insinyur, dan petugas penyuluhan," kata Pichate.
Militer, menurut Pichate, tidak memperbanyak pos pemeriksaan melainkan mendirikan Pusat Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Didirikan pada Desember 2008, Pusat itu membentuk sejumlah pondok untuk memberikan pelatihan usaha kepada masyarakat, seperti peternakan ayam, pembuatan pupuk dan biogas, budidaya ikan dan lain-lain. Selain itu juga didirikan sekolah rehabilitasi bagi penderita ketergantungan obat terlarang.
"Kami juga rutin mengadakan pos-pos layanan kesehatan kepada masyarakat, mulai dari perawatan gigi hingga akupunktur," kata Pichate. Dia optimistis bahwa pendekatan yang humanis ini mendapat perhatian besar dari masyarakat. "Mereka kini merasa diperhatikan dan turut menjadi bagian dari Thailand. Saya yakin pendekatan seperti ini merupakan cara yang ampuh dalam menegakkan keamanan sekaligus mencairkan hubungan antara penduduk dengan pihak keamanan," ujar Pichate.
Sementara itu, Kepala Staf dari satuan elit King's Guard, Kolonel Songwit Noonpackdee, mengungkapkan bahwa jumlah insiden di tiga provinsi kawasan selatan Thailand dalam tiga tahun terakhir menurun dratis. "Pada 2008, terjadi 1.700 insiden. Namun pada tahun lalu hanya berlangsung 800 insiden, sedangkan sejak awal tahun ini kami mencatat hanya terjadi 500 kasus," kata Songwit.
Menurut dia, belajar dari operasi penumpasan pemberontakan komunis pada 30 tahun yang lalu, pendekatan humanitarian kini merupakan strategi ampuh bagi militer untuk mengatasi gangguan keamanan.
Sumber: VIVA NEWS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment