caracas, jumat - Venezuela menempatkan pasukannya di sepanjang perbatasan, Jumat (23/7), setelah memutuskan hubungan diplomatik dengan Kolombia. Pemutusan hubungan diplomatik menandai kian tajamnya ketegangan di antara dua negara tetangga tersebut.
Presiden Venezuela Hugo Chavez mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Kolombia, Kamis, menyusul tudingan bahwa Venezuela melindungi kelompok Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC).
”Saya mengumumkan dengan tangisan dalam hati: Venezuela mulai saat ini memutuskan semua hubungan dengan Pemerintah Kolombia,” kata Chavez.
Pengumuman itu diikuti perintah oleh Menteri Luar Negeri Venezuela Nicolas Maduro kepada Kolombia untuk menarik semua diplomatnya dari Venezuela dan menutup kedutaan besar di Caracas dalam tempo 72 jam. Venezuela juga memanggil duta besarnya dan menutup kedutaan besar di Bogota.
Tindakan Chavez dipicu oleh pernyataan Utusan Kolombia untuk Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) Luis Alfonso Hoyos di Washington bahwa ada 1.500 anggota FARC di Venezuela dan mereka terbagi dalam lusinan kamp yang didirikan beberapa tahun belakangan ini. Hoyos menampilkan foto, video, pengakuan saksi mata, dan peta-peta yang diduga kamp tersebut serta menantang Venezuela untuk membiarkan pemantau independen memeriksanya.
Dia mengatakan, Pemerintah Kolombia telah berulang kali meminta kerja sama Venezuela untuk mencegah anggota FARC menyusup ke perbatasan sepanjang 2.300 kilometer yang memisahkan kedua negara. ”Kami memiliki hak untuk menuntut Venezuela tidak menyembunyikan orang-orang yang diburu Kolombia,” kata Hoyos.
Pekan lalu, Presiden Kolombia Alvaro Uribe menuding bahwa anggota FARC dan kelompok yang lebih kecil, Angkatan Pembebasan Nasional (ELN), menggunakan Venezuela sebagai ”basis belakang”. Empat pemimpin FARC dan satu pemimpin ELN, kata Uribe, berada di Venezuela, beroperasi dari negara itu dengan kekebalan.
Chavez menuding foto itu tipuan dan menyebut Uribe ”bisa melakukan apa saja”. ”Uribe bahkan bisa membuat kamp palsu di sebuah hutan di Venezuela untuk menyerang, mengebom, dan menciptakan perang antara Kolombia dan Venezuela,” katanya.
Chavez menegaskan, Venezuela melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk mencegah anggota FARC masuk ke Venezuela.
Hampir perang
Kolombia dan Venezuela membekukan hubungan diplomatik tahun lalu setelah Bogota dan Washington menyepakati kerja sama militer yang dianggap Chavez membahayakan keamanan regional. Chavez berpendapat bahwa pejabat-pejabat AS memanfaatkan Kolombia dalam rencana yang lebih luas untuk mencitrakan dirinya sebagai pendukung kelompok teroris guna memberikan alasan intervensi militer AS di Venezuela.
Kedua negara itu juga hampir berperang tahun 2008 menyusul penggerebekan oleh militer Kolombia ke Ekuador untuk menghancurkan kamp-kamp pemberontak. Saling tuding antara Chavez dan Uribe turut memperburuk situasi.
Akan tetapi, konfrontasi militer di antara kedua negara tampaknya tidak akan terjadi. Kedua negara sama-sama rugi jika melakukannya. Saat Chavez menghentikan perdagangan dengan Kolombia sebagai protes atas izin Bogota bagi pasukan AS untuk menggunakan pangkalan militer Kolombia, nilai perdagangan langsung anjlok.
Laura Gil, pengamat politik dan kolumnis surat kabar Kolombia, El Tiempo, mengatakan, ketegangan kedua negara tidak akan berlangsung lama. Chavez mengarahkan tudingan langsung kepada Uribe yang habis masa jabatannya pada 7 Agustus.
Menilik komentar Chavez, dia berharap hubungan kedua negara membaik di bawah presiden Kolombia yang baru terpilih, Juan Manuel Santos. Santos, yang tengah berkunjung ke Meksiko, menolak berkomentar tentang perselisihan tersebut.
Politisi oposisi Venezuela, Julio Borges, menuding Chavez berusaha mengalihkan perhatian publik dari persoalan-persoalan mendesak di Venezuela, seperti melejitnya inflasi dan merajalelanya kejahatan, menjelang pemilu legislatif pada September.
”Ini usaha lain pemerintah untuk mengalihkan perhatian,” ungkap Borges.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment