Lantas mengapa Pemerintah Amerika Serikat (AS) hingga kini masih belum bersedia mencabut embargo terhadap Kopassus?
Peneliti LSI Burhanuddin Muhtadi mencatat sedikitnya ada tiga faktor yang membuat kongres AS masih belum percaya terhadap Kopassus.
Pertama yaitu tingginya penghargaan AS terhadap penegakan HAM di dunia serta belum terbukanya hati para senator terhadap upaya reformasi TNI, khususnya Kopassus. Dalam kaitan ini, Burhan menyatakan Kopassus masih butuh waktu untuk bisa meluluhkan hati para senator kongres AS.
“Yang kedua karena Indonesia belum mengusut tuntas kasus penculikan para aktivis dalam operasi Mawar. Pengadilan masih belum berhasil mengungkap otak aksi penculikan dan pembunuhan tersebut. Begitu pula dalam kasus Munir,” ujarnya kepada okezone di Jakarta, Jumat (23/7/2010).
Memori lama tentang rekam jejak Kopassus juga acapkali terkuak apabila ada kasus pelanggaran HAM di Tanah Air. Meski pelakunya belum tentu prajurit Kopassus, namun para senator di AS terkadang sering mengaitkan dengan tindakan oknum korps baret merah itu di masa lalu. “Jadi sudah menjurus ke stigma,” ungkapnya.
Sementara faktor ketiga, menurut Burhan, adalah berlarut-larutnya kasus kekerasan yang terjadi di Papua. Di sisi lain, AS juga memiliki kepentingan di Bumi Cenderawasih.
Laporan yang diterima para senator di AS menyatakan bahwa peristiwa kekerasan di Papua tak lepas dari keterlibatan aparat keamanan. Sehingga acap kali membuat Kopassus dan TNI pada umumnya dikaitkan dengan aksi kekerasan Papua.
Laporan itu secara intensif di dengar para senator, karena mereka memiliki 4-5 orang yang secara aktif memantau perkembangan militer, politik, dan penegakan HAM di Indonesia.
“Saya menduga dengan keras kenapa sampai saat ini Kopassus belum dicabut embargonya, karena persoalan Papua yang berlarut-larut dan kebetulan AS punya kepentingan di sana. Lagi-lagi ini ujian buat Kopasssus untuk membuktikan bahwa mereka bisa menyelesaikan konflik di Papau,” tandasnya.
Sumber: OKEZONE
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment