"Sepengatahuan kami, antara pemerintah kita dan Korsel berencana membuat pesawat tempur KFX," ujar Kepala Humas PT DI Rakhendi Triyatna kepada detikcom, Senin (21/2/2011).
Namun, Rakhendi tidak mengetahui banyak mengenai kabar pencurian data delegasi Indonesia di Seoul, termasuk apakah informasi data kerja sama pembuatan pesawat KFX tersebut yang dicuri. Dia hanya tahu kabar pencurian data itu dari media.
Bagaimana dengan rencana kerjasama pengadaan T-50 Golden Eagle? "Setahu saya baru yang ini (KFX)," lanjut Rakhendi.
Rencana pembuatan bersama pesawat tempur KFX masih dibicarakan di tingkat pemerintah. Dia menambahkan, nanti teknisnya akan melibatkan PT DI.
"Tapi sejauh mana melibatkan PT DI, masih sangat terbatas infonya," imbuhnya.
Rakhendi menambahkan, kedua pemerintah akan merancang dan memproduksi pesawat tersebut. Pada 2020 diperkirakan sudah ada realisasinya.
"Pesawat itu (KFX), menurut tim ahli kelasnya di atas F16 dan di bawah F35," tambah Rakhendi.
Menurutnya, kerjasama pembuatan pesawat tempur antara RI dengan Korsel baru pertama kali ini. Sebelumnya Korsel-lah yang memberi order pemesanan pesawat.
"Sebelumnya Korsel ini yang selalu mengasih order atau membeli CN-235. 8 Sudah operasi dan 4 sedang tahap pengerjaan. Sebelumnya yang 8 itu untuk AU dan yang 4 untuk patroli pantai," beber Rakhandi.
KFX merupakan proyek lama Republic of Korea Air Force (ROKAF). Jika dibandingkan dengan F-16, KFX diproyeksi memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, memiliki sistem avionic yang lebih baik dan juga kemampuan kemampuan anti radar atau stealth.
Delegasi Indonesia yang dipimpin Menko Perekonomian Hatta Rajasa ke Korea Selatan, dikabarkan menjadi korban pencurian. Data rahasia militer delegasi Indonesia diduga dicuri di kamar VIP hotel tempat mereka menginap.
Namun pihak Kementerian Pertahanan membantah ada data militer yang hilang. Kemhan pun menjelaskan bahwa laptop yang sempat hilang itu milik staf ekonomi, bukan milik delegasi dari Kemhan.
Terkait pencurian data milik Indonesia, Media Korsel, Chosun Ilbo menyatakan, belum dikonfirmasi apakah pemerintah Indonesia telah mengajukan keluhan diplomatik atas pembobolan itu, tapi Jakarta telah mengetahui keterlibatan NIS (Badan Intelijen Korsel) sekarang.
Sumber: DETIK
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment