Wakil Ketua Komisi I DPR Mayjen (Purn) Tubagus Hasanudin meyakini data perjanjian kerja sama militer antara Indonesia dengan Korsel yang hilang bukan hanya kesepakatan kerja sama pembelian pesawat T-50 Golden Eagle, namun kemungkinan ada kesepakatan kerja sama pembuatan pesawat lain. Kabar yang dia dapatkan, pembuatan pesawat yang digagas Indonesia dan Korsel ini akan mengungguli pesawat tempur lainnya. “Diam-diam Kementerian Pertahanan sudah melakukan deal untuk membuat pesawat yang namanya Korean Fighting Experiment (KFX). Data inilah yang dicari pencuri itu,”ujar dia kepada SINDO kemarin.
Politikus PDIP ini menjelaskan, KFX ini merupakan sejenis pesawat tempur supersonic yang akan dibuat bersama-sama dengan Indonesia. Dia menyatakan,pemerintah hingga saat ini belum pernah membicarakan dealini dengan DPR. Menurut Hasanudin, pihaknya mendapatkan informasi bahwa untuk membuat prototipe supersonic KFX itu, Pemerintah Indonesia harus menyetor dana sebesar Rp1,6 triliun. Dana itu pun, lanjut dia, tidak dianggarkan pada anggaran alat utama sistem senjata (alutsista) tahun 2011.
Saat ditanya dari mana mengetahui kabar ini, Hasanudin menjawab ringan, “Saya mantan prajurit lah, tahu dari kanan kiri.” Dia juga meminta Kemhan berterus terang mengenai kabar hilangnya dokumen kerja sama militer tersebut.“Tidak usah ditutuptutupi. Kalaupun kemudian ada yang menyatakan yang hilang itu bukan dokumen kerja sama tersebut, saya kira hanya supaya tidak terlalu malu saja,”sindirnya. Menurut dia, ada keanehan dalam peristiwa ini. Di saat media di Korsel memberitakan ada pencurian dokumen kerja sama pertahanan berdasarkan keterangan kepolisian setempat,di sisi lain Indonesia menyangkalnya.
Senada dengan Hasanudin, anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya melihat ada yang aneh dalam insiden pencurian laptop ini. Menurut dia, agak tidak logis ketika ada komplotan pencuri yang langsung mengetahui terdapat data penting di satu kamar dari sekian banyak kamar hotel yang menampung 50 anggota delegasi Indonesia.
Pengamat intelijen Wawan Purwanto mengatakan, ada empat jenis informasi militer, yakni biasa, terbatas, rahasia, dan sangat rahasia. Dokumen atau informasi dengan klasifikasi rahasia atau sangat rahasia terutama yang berkaitan dengan militer atau pertahanan biasanya tidak disimpan dalam bentuk material dan tanpa pengawasan yang ketat. “Data rahasia dan sangat rahasia tidak mungkin dalam bentuk material dan riskan untuk dibawa,”ujarnya.
Seandainya pun benar jika data yang dicuri tersebut berupa informasi kerja sama militer dengan Korsel terkait pembangunan pesawat tempur generasi 4,5 jenis KFX, Wawan menilai data tersebut tidak dapat digolongkan rahasia atau pun sangat rahasia. Pasalnya, rencana kerja sama tersebut telah dirilis di sejumlah media, baik di Indonesia maupun Korsel .
Sumber: SINDO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment