Ia juga mempertanyakan penggunaan pesawat komersil itu untuk TNI-AU. ''Kalau pembelian pesawat bekas Garuda, saya tidak tahu, apakah ada piknik sekarang, tur untuk TNI-AU atau kepentingan komersial? Padahal TNI tidak boleh berbisnis lagi, kok sekarang beli pesawat seperti itu. Kalau disebut untuk perekat bangsa, apakah untuk tur,'' katanya.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat ini mengemukakan, berapa pun uang negara yang dibelanjakan, harus digunakan untuk skala prioritas. Kalau pembelian pesawat tempur jenis Sukhoi, bisa dirasakan manfaatnya. Misalnya, mampu menangkap pesawat Pakistan yang ''nyasar'' dan ini merupakan kebanggaan.
''Tetapi ini kenapa beli pesawat Garuda. Hibah pun kita pertanyakan. Untuk pesawat ini juga ada biaya pemeliharaannya, parkir dan kegunaannya apa. Itu yang menjadi pertanyaan besar bagi saya,'' katanya.
Dua Pesawat
PT Garuda Indonesia (Persero) menyerahkan dua unit pesawat Boeing 737-400 kepada TNI-AU. Penyerahan dua unit pesawat Boeing itu dilakukan oleh Dirut PT Garuda (Persero) Emirsyah Satar kepada Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Skuadron Udara VIP 17 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Rabu kemarin.
Kasau Marsekal Imam Sufaat mengatakan, sesuai perkembangan lingkungan strategis saat ini maka keberadaan pesawat bermesin turbo memiliki peran sangat strategis sebagai perekat bangsa. ''Ini sesuai dengan rencana strategis TNI Angkatan Udara hingga 2015,'' katanya.
Kasau mengemukakan, meski pesawat telah beralih fungsi sebagai pesawat angkut VIP militer, tidak ada modifikasi khusus terhadap dua pesawat yang dibeli dengan harga Rp 90 miliar itu.
Sumber: BALI POST
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment