Yoshikazu Takizawa dari institut Pengembangan dan Riset Kementerian Pertahanan Jepang, dilansir dari laman Associated Press, Selasa, 8 Maret 2011, mengatakan bahwa Jepang dikelilingi oleh negara-negara yang mempunyai pesawat tempur siluman. Karena itu, Jepang tidak mau tertinggal dalam teknologi angkatan udaranya.
“Jika negara-negara yang berada di sekeliling Jepang memiliki pesawat siluman, maka Jepang perlu juga untuk mengembangkan kemampuan tersebut demi memastikan keamanan dalam negeri,” ujar Takizawa.
Selama ini Jepang mengandalkan pertahanannya dengan bantuan dari Amerika Serikat yang merupakan sekutu kuat Jepang. AS sendiri memiliki 50 ribu tentara dan beberapa pasukan tempur angkatan udara dengan pesawat jetnya yang berbasis di Jepang.
Namun, kedekatan hubungan Jepang dengan AS tidak berarti AS berkenan menjual pesawat tempur siluman F-22 kepada Jepang. Hal ini karena menurut hukum tahun 1998 AS, perangkat perang teknologi tinggi tidak boleh dijual kepada negara lain. Selain Jepang, Israel dan Australia juga ditolak penawarannya.
“Jepang menginginkan pesawat F-22, namun kongres (AS) tidak menyetujuinya. Kami yakin pesawat itu penting bagi kami untuk mengembangkan kemampuan dalam negeri kami,” ujar Yoshioka.
Prototipe pesawat tempur siluman Jepang yang dinamakan “Shinshin” atau “Jiwa” ini diperkirakan akan dapat segera diujicobakan dalam waktu dua tahun lagi, pada 2014.
Sebelum Jepang, China dan Rusia telah lebih dulu memperkenalkan pesawat tempur silumannya. Disebutkan, pesawat siluman China yang bernama “Chengdu J-20” yang diuji coba Januari lalu, dapat menyaingi teknologi F-22 AS. Walaupun pesawat Chengdu J-20 masih belum layak tempur dan perlu beberapa pengembangan, namun pesawat ini cukup ampuh dalam mematahkan monopoli teknologi siluman AS.
Sumber: VIVANEWS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment