”Kami mendesak AS untuk menghentikan penjualan senjata ke Taiwan dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mendukung perkembangan perdamaian lintas selat (antara China dan Taiwan). Hal ini sangat penting untuk menjunjung tinggi seluruh kepentingan dalam hubungan China-AS,” ujar Yang dalam konferensi pers di Beijing, China, Senin (7/3).
Yang mengatakan, sebagai bukti semakin baiknya hubungan kedua negara, Wakil Presiden AS Joe Biden dijadwalkan mengunjungi China pada musim panas tahun ini. Setelah itu, Wakil Presiden China Xi Jinping akan mengadakan kunjungan balasan ke AS. Xi adalah tokoh yang disebut-sebut akan menggantikan Hu Jintao menjadi pemimpin Partai Komunis China pada tahun 2012.
Hubungan AS dan China membaik setelah Presiden Hu Jintao mengunjungi Washington DC, Januari lalu, dan membuat kesepakatan dagang bernilai 45 miliar dollar AS. Meski demikian, beberapa masalah kunci, seperti soal Taiwan dan Tibet, tetap menjadi batu sandungan hubungan kedua negara.
”Atmosfer hubungan China-AS saat ini positif. Tentu saja, pada kenyataannya secara obyektif, China dan Amerika Serikat memiliki berbagai perbedaan atau bahkan friksi dalam beberapa isu. Yang penting adalah bagaimana mengatasi berbagai perbedaan ini secara tepat dengan berlandaskan (sikap) saling menghormati,” papar Yang.
AS adalah sekutu utama Taiwan dan sejak 1979 terikat kewajiban untuk membantu pertahanan pulau tersebut melalui UU Hubungan Taiwan (Taiwan Relations Act). Adapun China tak pernah mengakui Taiwan sebagai negara berdaulat dan mengancam akan menyerbu pulau itu apabila menyatakan kemerdekaan dari China.
Penjualan senjata AS ke Taiwan sudah berlangsung sejak lama. Berdasarkan data Arms Control Association, lembaga pemantau kebijakan pengendalian senjata yang berbasis di Washington DC, pada periode 1995-2003 saja AS telah menjual 440 tank, 171 pesawat tempur, termasuk 150 F-16, 28 artileri berat, 66 helikopter serbu, 15 kapal perang, dan 1.115 rudal ke Taiwan.
Awal tahun lalu, pemerintahan Obama mengumumkan rencana penjualan berbagai senjata, mulai dari helikopter angkut personel UH-60 Blackhawk, sistem rudal Patriot, rudal jelajah antikapal Harpoon, hingga kapal penyapu ranjau bernilai total 6,4 miliar dollar AS. Rencana inilah yang membuat hubungan China-AS memburuk sepanjang 2010.
Ancam dominasi AS
Dulu, saat belum sekuat sekarang, China tak bisa berbuat banyak terhadap Taiwan yang didukung AS. Associated Press menyebut, 15 tahun lalu, saat China menggelar latihan perang guna menggertak Taiwan yang hendak melangsungkan pemilu, AS langsung mengirimkan dua kapal induknya. China pun mundur teratur.
Namun, seiring dengan kebangkitan ekonomi China, menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, negara itu pun semakin agresif mengembangkan militernya. Jumat pekan lalu, China mengumumkan akan menaikkan anggaran pertahanan sebesar 12,7 persen menjadi 91,5 miliar dollar AS.
Pengamat memperkirakan anggaran sesungguhnya jauh di atas angka tersebut. Lembaga Stockholm International Peace Research Institute tahun lalu melaporkan, anggaran pertahanan China pada 2009 sudah mencapai 98,8 miliar dollar AS atau naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan anggaran pada tahun 2003.
Meski anggaran pertahanan dan kekuatan militer China itu masih jauh di bawah AS, pertumbuhan militer China ini dikhawatirkan akan mengganggu dominasi militer AS selama ini di kawasan Asia-Pasifik.
Pengamat pertahanan Roger Cliff mengatakan, jika pertumbuhan ini terus terjadi, pada akhir dekade ini China bisa menaklukkan Taiwan yang dibantu oleh AS. Pada waktu itu China akan mempunyai cukup banyak rudal, bom pintar, dan pesawat tempur yang mampu menghadapi kekuatan gabungan Taiwan-AS.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment