Bahkan beberapa pakar pertahanan dan teknologi, di antaranya, Direktur Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia Iwa Garniwa, pengamat dari Universitas Gadjah Mada Ari Sujito dan ahli ekonomi Revrisond Baswir, mengemukakan bahwa Indonesia berpotensi untuk menghasilkan produk strategis di bidang pertahanan, karena penguasaan teknologi untuk menghasilkan produk tersebut cukup baik dikuasai, tinggal menunggu dukungan pemerintah yang belum optimal hingga kini.
Sejumlah industri yang dipandang strategis antara lain PT Pindad (Persero) dan PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya. PT Pindad adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam penyediaan produk mesin dan produk militer sedangkan PT PAL kegiatan utamanya adalah memproduksi kapal perang dan kapal niaga juga memberikan jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal.
Tinggal kita lihat pangsa pasarnya kemana dulu, kalau ke Amerika, Jepang atau China sepertinya belum sampai ke sana. Tetapi industri strategis seperti Pindad, PT DI (Dirgantara Indonesia) dan PAL di Surabaya bisa berpotensi sebagai industri strategis dalam rangka penyediaan alutsista.
Di samping itu Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), juga mampu membuat roket. Tinggal bagaimana kemauan Kementerian Pertahanan untuk menghasilkan produk pertahanan itu. Karena selama ini pendanaan memang menjadi masalah klasik. Namun, kita tidak perlu pesimis, semua negara berkembang rata-rata memiliki persoalan yang sama yaitu keterbatasan anggaran, sehingga apabila pemerintah mau memberikan prioritas anggaran di bidang industri militer ini, saya yakin dalam 3 atau 4 tahun ke depan Indonesia sudah mampu mandiri di bidang persenjataan.
Untuk itu mari kita berikan apresiasi dan penghargaan kepada tenaga ahli dari dalam negeri yang telah mampu membuat peralatan militer yang tidak kalah kehebatannya dengan produk dari luar.
Sumber: BISNIS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment