Khattiya Sawasdipol adalah sosok menarik dalam dunia militer dan politik Kerajaan Thailand. Perwira Korps Kavaleri ini diketahui memimpin sekelompok mantan pasukan Ranger, yakni pasukan elite Kerajaan Thailand yang kualifikasi pendidikannya seperti Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Republik Indonesia.
Pasukan Ranger semula dibentuk oleh jenderal yang kelak menjadi Perdana Menteri Chalavalid Yongchayudh. Mantan Atase Pertahanan Kerajaan Thailand untuk Republik Indonesia Kolonel Vichai Chucherd pada satu kesempatan bercerita betapa anggota Ranger harus mengalami dipatuk ular kobra berbisa sebagai syarat kelulusan dari pendidikan dasar komando mereka.
”Ranger adalah pasukan elite. Mereka bertugas dalam misi- misi penting di Thailand,” ujar Vichai dalam satu kesempatan.
Pada awal kelahirannya, Ranger diketahui bertugas dalam penumpasan sindikat narkotika dan ladang opium di segitiga emas, yakni provinsi utara di Chiang Rai dan Provinsi Chiang Mai yang berbatasan dengan Myanmar dan Laos.
Kewibawaan pemerintah Kerajaan Thailand dipertaruhkan dalam pembersihan sindikat narkoba di segitiga emas. Raja Bhumibol Adulyadej kala itu turun langsung mendorong masyarakat melakukan alih profesi dari peladang opium menjadi petani baik-baik yang menanam tanaman legal dan sektor pariwisata.
Militer Thailand menghadapi tantangan serius di segitiga emas, sebagian jaringan narkoba adalah bekas kawan jadi lawan (pasukan rezim Guo Min Dang, baca Kuo Min Tang) dukungan Amerika Serikat semasa Perang Saudara Tiongkok (1945-1949) menjadi penguasa segitiga emas dengan persenjataan lengkap. Operasi Ranger di kawasan itu dinilai berhasil dan diacungi jempol.
Ranger
Ranger juga membantu pemerintah dalam perang terhadap narkoba beberapa tahun lalu di kota Bangkok yang menelan korban ribuan orang. Situasinya lebih kurang seperti peperangan terhadap kartel narkoba di Meksiko saat ini.
Selain itu, Ranger juga dipercaya mengamankan perbatasan di Thailand Selatan yang berbatasan dengan Malaysia akibat pemberontakan komunis dan kelompok separatis. Daerah itu memang bergejolak, terutama selepas Kolonial Inggris pada awal abad ke-20 memaksa Raja Rama V (Raja Chulalongkorn) yang menghadiahkan patung gajah ke Museum Nasional di Jakarta melepaskan wilayah Kedah, Kelantan, dan Trengganu.
Kondisi itu memicu bangkitnya sentimen etnis Melayu di empat provinsi—ketika itu disebut Kerajaan Siam—yakni Songkhla, Satun, Yala, Narativat, dan Pattani. Persoalan itu berlanjut hingga abad ke-21.
Ranger ke ”Boys in Black”
Nyoman Sawitra, warga negara Indonesia yang sedang bermukim di Thailand, mengatakan, krisis domestik Thailand kini mendudukkan kekuatan militer melawan militer. ”Jenderal Khattiya memimpin sekelompok besar mantan Ranger yang disebut sebagai Boys in Black. Diketahui anggota pasukannya juga bergabung diam-diam ke dalam masa ”Kaus Merah”. Khattiya lulusan angkatan 11 adalah yunior dari Thaksin Sinawatra di Preparation Cadet School yang lulus di angkatan 10,” ujar Nyoman.
Senioritas memang penting dalam dunia militer Thailand seperti terekam dalam catatan almarhumah wartawan senior Kompas, Threes Nio, dalam buku Laporan dari Lapangan menulis dan membandingkan kudeta militer Thailand tahun 1973 dan 1976. Threes Nio mencatat, ”Senioritas sangat penting dalam militer Thailand. Seorang yunior yang lebih muda meski berbakat tidak bisa melampaui dan harus mematuhi senior”.
Menurut Nyoman, di pihak pemerintah militer sudah diperintahkan menggunakan peluru hidup (live round) dan di pihak Kaus Merah ada orang- orang Khattiya—para Black Boy—yang masih aktif atau nonaktif di militer memiliki kemampuan perang. ”Bayangkan perasaan mereka melihat komandannya ditembak di depan mata. Tidak heran terjadi serangkaian aksi sniper dalam krisis politik yang berlarut-larut ini,” ujar Nyoman.
Keterlibatan eks Ranger memang bukan sekadar spekulasi. Harian The Bangkok Post yang berbahasa Inggris pada tanggal 25 April 2010 melaporkan adanya orang-orang dengan masker ski (balaklava) warna hitam berada di antara kelompok Kaus Merah. Mereka diketahui menyerang tentara, melucuti polisi, dan membongkar barikade militer dengan terampil dan taktis.
Bangkok Post menulis, Jenderal Panlop Pinmanee mengatakan telah meminta Khattiya Sawasdipol untuk menolongnya setelah mengetahui banyak mantan Ranger dari tangsi militer Pak Tong Chai bergabung dengan pengunjuk rasa Kaus Merah.
Akhir krisis Thailand masih jauh dari usai!
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment