TAIPEI, KOMPAS.com — Presiden Taiwan Ma Ying-jeou, Rabu (19/5/2010), mengatakan, pihaknya tidak akan terlibat pacuan senjata dengan China meskipun pihaknya menghadapi ancaman-ancaman. Menurutnya, hal ini ditengarai oleh upaya daratan untuk membentuk armada udaranya.
"Taiwan akan membentuk 'satu pasukan kecil tapi elite' untuk mempertahankan diri pada saat pihaknya terus mempromosikan hubungan perdagangan dengan China," kata Ma dalam konferensi pers memperingati tahun kedua pelantikannya. "Kami mungkin tak bisa terlibat dalam pacuan senjata dengan China. Kami tak ingin membeli armada udara karena China. Kami telah membatasi sumber daya nasional, dan kami telah memanfaatkan mereka dengan sebaik-baiknya," katanya menambahkan.
"Kami telah memelihara pasukan kecil tapi elite, kecil tapi kuat untuk mempertahankan diri kami, untuk menangkal secara efektif ancaman-ancaman serta meningkatnya pembiayaan yang dikeluarkan daratan untuk upayanya menyerang Taiwan," imbuhnya.
Hubungan antara Taiwan dan daratan telah meningkat sejak Ma mengambil alih kekuasaan pada 2008, yang berikrar akan meningkatkan hubungan perdagangan dan turisme kedua negara. Pemerintahnya juga akan menandatangani perjanjian perdagangan dengan China bulan depan.
Sementara itu, Taiwan akan terus berupaya untuk membeli jet-jet tempur F-16 dari Amerika Serikat untuk menggantikan armada F-5 yang sudah tua, serta memperkuat pertahanan udaranya, kata Ma menambahkan.
Kepala Keamanan Nasional Taiwan mengatakan, akhir tahun lalu, bahwa China telah mulai membangun kapal induk udara pertama, suatu gerakan yang menyebabkan para analis memperingatkan akan terbentuknya keseimbangan militer antara kedua pihak.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa China terus membangun militernya untuk menghadapi pulau meskipun hubungan mereka makin membaik. Dalam hal ini, China menyebarkan lebih dari 1.300 rudal balistik dan jelajahnya. "Kami tidak menganggap ancaman-ancaman militer China ringan, dan kami tak akan mengubah strategi kami untuk pencegahan yang efesien. Namun, kami tak bisa untuk tidak memperbaiki hubungan karena rudal-rudal atau karena kami berisiko kalah dalam persaingan," kata Ma.
Ma mengatakan, dia tidak mengesampingkan untuk bertemu dengan para pemimpin China, tetapi menandaskan bahwa tidak ada rencana dan tidak ada jadwal untuk tindakan seperti itu.
Beijing masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya yang menunggu bersatu kembali, dengan kekerasan jika perlu, meskipun pulau itu telah berpemerintahan sendiri sejak 1949.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment