JAKARTA, KOMPAS.com - Reaktor nuklir yang diharapkan dapat menjadi sumber pembangkit listrik alternatif berbiaya murah di Indonesia dinilai belum siap digunakan meskipun secara teknologi dan ekonomi sudah sangat layak. Satu hal yang menjadi penghalang digunakannya reaktor nuklir di Indonesia adalah belum ada masyarakat yang menerima teknologi ini sebagai sumber pembangkit energi listrik yang murah.
"Masyarakat belum menerimanya. Sepanjang belum ada yang menerima, ya kita jangan memaksakan untuk menggunakan nuklir. Meski demikian, secara teknologi, ini sudah sangat aman. Saya tahu soal ini karena pernah menjadi Presiden Ke-46 Konferensi IAEA (The International Atomic Energy Agency)," ujar Menteri Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Rabu (3/11/2010).
Menurut Hatta, setiap reaktor nuklir harus memenuhi tiga syarat agar dapat digunakan di suatu negara. Pertama, secara teknologi harus dapat dipastikan bahwa reaktor nuklir itu aman, dan memang sudah terbukti aman. Kedua, secara ekonomi dapat memberikan manfaat bagi penggunanya, dan ini pun sudah terbukti karena reaktor nuklir bisa menghasilkan energi listrik yang murah.
"Ada satu syarat lagi, yakni public acceptance, masyarakat harus bersedia menerimanya. Syarat ini yang belum dapat dipenuhi hingga saat ini," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata menegaskan, energi nuklir sebagai energi alternatif tidak akan dilewatkan begitu saja. Pemerintah Indonesia menyatakan siap untuk memanfaatkan energi nuklir untuk berbagai keperluan, termasuk bagi pembangkit listrik bertenaga nuklir atau reaktor nuklir.
Saat ini, energi nuklir merupakan bagian dari kebijakan energi nasional yang masih dalam perumusan akhir oleh Dewan Energi Nasional. Jika kebijakan itu sudah ditetapkan oleh pemerintah, Kementerian Riset dan Teknologi siap untuk menyosialisasikan dan mempersiapkan rencana pembangunan reaktor nuklirnya. (Kompas.com, 23 Agustus 2010)
"Kalau kebijakan energi nasional dengan energi nuklir sebagai salah satu alternatif sudah ditetapkan, Kementerian Riset dan Teknologi siap menjalankan tugas yang sudah diberikan, yaitu sosialisasi dan mempersiapan diri pembangunannya (reaktor nuklir)," tandas Suharna.
Menurut dia, kesiapan Indonesia untuk memanfaatkan energi nuklir, termasuk membangun reaktornya, sudah terbukti lama. "Kalau soal kesiapan, kita siap sudah lama. Kita sudah pernah membangun reaktor sudah dari tahun 1960-an, 1970-an, dan 1980-an, meskipun hanya untuk riset. Akan tetapi, kita siap," tambahnya.
Rencana pembangunan reaktor nuklir, lanjut Suharna, tidak pernah ditunda. "Kita terus mematangkan rencana kita untuk menyiapkan kebijakan energinya dnegan alternatif itu (nuklir). Jika kebijakannya itu sudah ada, bagian kita akan mempersiapkan pembangunannya itu," jelasnya.
Ada sejumlah reaktor nuklir yang pernah dibangun untuk kajian seperti di Serpong (Banten), Bandung (Jawa Barat), dan Yogyakarta. Sejumlah daerah juga menyatakan minatnya untuk membangun. Sejumlah daerah mempunyai perhatian besar untuk energi nuklir. Bahkan, daerahnya menawarkan diri untuk lokasi pembangunan reaktor nuklir, seperti di Kalimantan, Bangka Belitung, dan Serang (Banten).
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment