Komentar juru bicara Kementerian Luar Negeri ini muncul, Selasa (9/3), setelah AS dan Korea Selatan meluncurkan latihan militer besar, Senin, yang digambarkan oleh Korea Utara sebagai gladi resik untuk penyerangan.
Negara komunis itu mengatakan, pihaknya telah memerintahkan pasukan militernya untuk siaga penuh dan mengumumkan kesiapannya untuk "meledakkan" fasilitas-fasilitas Korea Selatan.
AS dan Korea Selatan mengatakan, latihan militer tahunan bersandi Pemecahan Penting/Anak Elang, yang melibatkan 18.000 tentara Amerika dan 20.000 prajurit Korea Selatan itu, adalah untuk pertahanan.
Korea Utara seperti biasanya menanggapi marah latihan-latihan perang di selatan perbatasan itu, namun mereka bisa melewatinya tanpa adanya insiden besar.
Latihan perang tahun ini bersamaan dengan upaya-upaya diplomatik untuk membawa Korea Utara kembali ke meja perundingan perlucutan senjata nuklir enam negara.
Korea Utara keluar dari forum itu April tahun lalu, sebulan sebelum pihaknya melakukan uji coba senjata atomnya yang kedua.
Sebagai prasyarat untuk kembali ke meja perundingan, Korea Utara meminta komitmen AS untuk membuka perundingan-perundingan mengenai perjanjian perdamaian, untuk menggantikan gencatan senjata yang mengakhiri
Perang Korea 1950-1953.
Juru bicara kementerian itu, dikutip oleh kantor berita resmi Pyongyang (KCNA), menyebut latihan militer itu sebagai 'latihan perang nuklir yang dimaksudkan sebagai serangan pendahuluan' terhadap Korea Utara.
Latihan itu membuktikan kebenaran usulan untuk membuat perjanjian perdamaian, kata juru bicara itu menambahkan.
"DPRK (Korea Utara) siap sepenuhnya untuk berdialog dan perang. Korea Utara akan terus meningkatkan kemampuan pencegahan serangan nuklirnya sepanjang ancaman militer AS dan provokasi-provokasi masih saja terus berlangsung," katanya.
Sumber: MEDIA INDONESIA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment