"Bagi AS tidak ada sesuatu yang tidak bisa dimaksimalkan untuk kepentingannya, termasuk rencana membuka embargo dan menawarkan latihan bersama militer AS dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD," ujar Muhajir di Malang, Jumat.
Menurut dia, latihan bersama militer AS dengan Kopassus yang lebih dari 10 tahun dibekukan juga ada sisi positifnya, karena Kopassus mendapatkan "partner" yang memadai untuk menguji kemampuannya.
Hanya saja, tegasnya, jangan sampai Kopassus dan Indonesia didikte oleh pihak manapun termasuk militer dan pemerintah AS, sebab tidak ada "cek kosong" di balik semua yang dilakukan AS terhadap negara incarannya.
Ia mengemukakan, dibukanya embargo dan rencana latihan bersama militer AS dengan Kopassus tersebut merupakan bagian dari agenda kepentingan regional AS, khususnya di kawasan ASEAN dan Asia Timur terutama Indo China.
Posisi strategis Indonesia, katanya, menjadi pertimbangan penting bagi AS untuk menekan berbagai kemungkinan termasuk perompakan di wilayah laut China Selatan dan Selat Malaka.
"Semua itu menjadi agenda penting bagi AS dan yang jelas bukan cek kosong," tegas Muhajir yang juga Rektor UMM tersebut.
Ia mengakui, posisi Kopassus untuk menjalin hubungan dan latihan bersama dengan militer AS itu bukan dalam kapasitas mencari atau menawarkan diri, tapi semua keputusan tersebut tergantung pada Presiden.
Apalagi, tegasnya, Kopassus itu memiliki standar sendiri dan sifatnya sangat rahasia.
"Jangan dibayangkan kalau tidak ada bantuan dari AS itu, Kopassus mengalami stagnasi, apalagi kemunduran. Kopassus memiliki kekhususan sebagai pasukan yang tidak saja elit, tapi benar-benar khusus," katanya menegaskan.
Militer Indonesia khususnya Kopassus mulai diembargo AS tahun 1999 dan seluruh kegiatan serta latihan bersama dihentikan. Namun, kedatangan Menteri Pertahan AS Robert Gates belum lama ini membuka peluang terhadap embargo tersebut, bahkan sudah menawarkan kerja sama termasuk latihan bersama kembali.
Sumber: ANTARA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment