Meski bukan pesawat milik TNI AU yang jatuh di Bandung itu, tapi musibah yang menimpa peswat latih TNI AU juga terjadi. Pada Juni 2012 misalnya, pesawat latih TNI AU, Fokker 27, juga jatuh di kawasan Halim Perdanakusuma. Pesawat latihan rutin itu, mendadak kehilangan daya dan jatuh di kompleks perumahan TNI AU. Dalam insiden ini, pilot, kopilot, dan seorang instruktur tewas di tempat.
Jatuhnya sejumlah pesawat itu membuat publik menyorot kondisi peralatan tempur TNI AU. Apakah kekuatan udara Indonesia lagi kritis? Di tengah situasi itu, TNI AU menerima hibah pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat. Juga ada rencana pengadaan pesawat tempur di dalam negeri, produksi bersama dengan Korea Selatan. Tapi bagaimanakah sebetulnya postur kekuatan pertahanan udara Indonesia?
Untuk itu, VIVAnews mewawancarai Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Imam Sufaat. Berikut petikan wawancara dengan pria kelahiran Wates, Yogyakarta, 21 Januari 1955 ini.
Soal postur kekuatan udara kita, apakah benar kekuatan udara kita sekarang kritis, dalam arti banyak skuadron pesawatnya sudah tua, begitu juga persenjataannya?
Pesawat ini kan tidak ada yang tua. Kita lakukan maintenance sesuai dengan kelaikan terbang. Memang teknologi yang perlu kita kejar. Kita akan ada pesawat Shukoi generasi keempat, F-16 juga generasi keempat. Kita memang masih perlu penambahan-penambahan pesawat yang canggih.
Ada hibah F-16 dari Amerika Serikat, berapa sebetulnya jumlah yang disetujui dan akan ditempatkan di mana?
Jumlahnya 24 buah. Nanti sebagian ditempatkan di Lanud Iswahyudi Madiun, sebagian lagi di Pekanbaru. Jadi, 24 ditambah 7 cadangannya, ada 31 unit.
Banyak pesawat latih TNI AU mengalami kecelakaan, terakhir yang di Air Show Bandung pekan lalu itu. Apakah sudah dibuat semacam audit, berapa banyak pesawat latih yang tak laik terbang? Itu bukan AU. Ini kan pesawat air sport. Yang sudah kami grounded itu Foker 27 tapi sudah diganti dengan C-295. Kemudian ada juga yang sudah diganti dengan Super Tucano. Untuk helikopter, kita akan dapat heli baru EC 725 Cougar. Jadi sudah oke mulai ke depan.
Lalu, dalam soal peningkatan alutsista, apa alasan membeli heli Apache?
Apache bukan untuk AU, tapi Angkatan Darat. Itu kan Apache serang yah, jadi memang infrantri butuh untuk bantuan itu.
Apa ancaman terbesar kita saat ini dari sudut pertahanan udara?
Negara ini kan butuh bargaining power. Kalau Angkatan Adara kita lemah maka diplomasi kita akan lemah karena angkatan udara itu bisa menyerang ke negara lain. Sehingga kalau kita beli pesawat yang canggih mereka pasti sudah bingung mau apa Indonesia ini, karena memang kita bisa menyerang tapi angkatan lain kan tidak. Hanya air power yang sangat diperhitungkan oleh lawan.
Apakah Indonesia sering dimasuki pesawat pengintai tanpa kita sadari?
Negara kita itu kawasan damai. Cuma kalau wilayah kita diinjak-injak negara lain, ini masalah kehormatan kita. Kita tidak mau diintai seperti itu. Jadi kalau ada pesawat yang masuk harus kita intercept.
Berapa sering TNI AU memergoki kekuatan asing menelusup ke wilayah udara kita?
Ada, kan radar kita menangkap. Namun kita protesnya dengan cara diplomatik saja.
Bagaimana soal pesawat Asing Cessna 208 milik Michael A Boyd, Warga Negara Amerika Serikat yang diberhentikan di Bandar Internasional Sipil-militer Sepinggan Balikpapan karena memasuki wilayah Indonesia?
Kemarin kami tahan. Karena untuk ijinnya mereka harus mengurus dulu. Ini tidak ada security clearance. Mungkin mereka menganggapnya legal, namun masuk wilayah kita itu tidak boleh.
Mengapa alat radar kita tidak berfungsi 24 jam?
Kita operasinya memang tidak full karena dukungan anggarannya memang terbatas. Karena, kalau dioperasikan 24 jam itu maka akan memerlukan BBM. Lalu harus lembur, sehingga waktunya tidak pagi hingga siang tetapi giliran. Jadi orang memang tidak bisa memprediksi radar kita on atau off.
Apa saja yang dibutuhkan oleh Angkatan Udara?
Ya kita maunya mission based on capability. Kami harus mampu melaksanakan counter air. Kita harus bisa melaksanakan ground attack, dan air mobility. Sehingga kita perlu beli pesawat Super Tucano untuk patroli. Kemudian high end-nya kita butuh Sukhoi atau mungkin kerjasama dengan Korea yang pesawatnya canggih yang kita mampu untuk air support. Para penerbang kita kan luar biasa.
Ada kabar, artileri pertahanan udara kita juga kritis. Ada rudal yang expired, dan presisinya sudah tak bisa diandalkan. Berapa banyak?
Itu rahasia dan tidak bisa diungkapkan.
Apakah ada produksi dalam negeri yang bisa diandalkan dalam soal alutsista untuk TNI AU?
Kebutuhan helikopter kita itu diambil dalam negeri, kemudian CN 235 itu juga dalam negeri. Untuk pesawat tempur dengan Korea itu bisa. Untuk membuat pesawat itu kan bukan masalah mampu atau tidak, tapi ekonomisnya bagaimana. Kalau kita bisa membuat pesawat kemudian dijual ke negara lain tidak laku atau pesannya cuma sedikit. Berapa biaya untuk development itu kan sangat luar biasa karena break event point satu pesawat itu untuk membuat 200 pesawat. Kalau kita pakai untuk 10 kan tidak ekonomis.
Sumber : Vivanews
Berita Terkait:
INDONESIA
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Kemhan : Indonesia-Rusia Belum Sepakat Hibah Kapal Selam
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- 2014, Dua Helikopter Apache Tiba Di Indonesia
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Komisi I Siap Awasi Pengadaan Helikopter Apache
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kemhan Kirim Tim untuk Pelajari Spesifikasi Apache
- Menhan Tempatkan Satu Squadron Apache Di dekat Laut China Selatan
- Selain Apache AH-64E, Indonesia Juga Tertarik Dengan Chinook
- Komisi I Dukung Pengadaan Satelit Untuk Pertahanan Negara
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Komisi I : Kami Berharap AS Turut Berpartisi Dengan Industri Pertahanan RI
- Komisi I Mendukung Tawaran 10 Kapal Selam Bekas Dari Rusia
- Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam Bekas Kepada Indonesia
- 2014, Pemerintah Mengalokasikan Rp 83,4 Triliun Untuk Kementerian Pertahanan.
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Hari ini, 4 Kapal Perang Indonesia Show Force Balas Provokasi Malaysia
- KSAD : Helikopter Apache Akan Tiba 2018
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
TNI AU
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- TNI AU Akan Melakukan Pengadaan Peluru Kendali Jarak Menegah
- Lanud Supadio Dilengkapi Dengan Rudal QW 3
- Komisi I Mau Pastikan Pesawat Tempur Sukhoi Baru Sudah Bersenjata
- Dua Pesawat Tempur Su-30MK2 Tiba Di Tanah Air
- TNI AU Kembali Terima 8 Mesin Sukhoi Dari Rusia
- Kemhan Belum Membayar Dua Pesawat CN 295
- 2013, TNI AU Akan Lengkapi Satu Skuadron Sukhoi
- Skuadron 15 Iswahjudi Terima Tim Dari Korea Aerospace Industries
- Pesawat Tanpa Awak Tiba Akhir 2013
- TNI AU Tolak Lanud Iswahyudi Untuk Kepentingan Sipil
- Status Lanud Pekanbaru & Pontianak Jadi Kelas A
- Perkuat Selat Malaka, Satu Skuadron F-16 Disiapkan di Pekanbaru
- Jupiter Aerobatic Team (JAT) Dan Team Dynamic Pegasus Akan Tampil Di HUT TNI AU
- Dua Sukhoi Baru TNI AU Sukses Test Flight
- Pesawat Antonov Kembali Kirim Empat Mesin Pesawat Sukhoi TNI AU
- Super Tucano Lakukan Ujicoba Pengeboman Di Lumajang
- Dua SU-30 MK2 Sudah Tiba Di Makassar
- Jupiter Aerobatic Team TNI AU Akan Tampil Di Malaysia
- Besok, Dua Pesawat Tempur Sukhoi Tiba Di Lanud Hassanudin
- KSAU Terima Kunjungan Dubes Korsel
- TNI AU Kirim Enam Pilot Untuk Pelatihan Pesawat T-50 Dan T/A-50
- 2013, Anggaraan TNI AU Naik 8,3 Persen
- TNI AU Bentuk Satgas Untuk Menangani Kecelakaan Hawk 100
- Gemuruh Super Tucano di Langit Malang Raya
ALUTSISTA
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Dilema Pengadaan Alutsista TNI : Baru, Bekas Atau Rekondisi?
- Indonesia Butuh Satu Dekade Lagi Untuk Pemenuhan Alutsista
- Meristek Yakin Indonesia Kurangi Ketergantungan Alutsista Dari Luar Negeri
- TNI AU Akan Melakukan Pengadaan Peluru Kendali Jarak Menegah
- Komisi I : Kemhan Usulkan Tambahan Anggaran Untuk Pengadaan Apache Dan Hercules
- Komisi I : Pemotongan Anggaran Kemhan Bisa Ganggu Target MEF 2014
- Alutsista Buatan PT Pindad Dipamerkan Di Lebanon
- Untuk Perisai Udara, Indonesia Akan Dilengkapi Oerlikon Skyshield
- Pengamat : Alutsista TNI Harus Bisa Bantu Sipil Saat Darurat
- Komisi I : Kerja Sama Alutsista dengan Inggris Harus Dibatalkan
- Panglima TNI : TNI Akan Melakukan Latihan Terbesar Tahun 2014
- Kasad Terima Presdir Avibras, Bahas Astros II
- Presiden: Logistik dan Distribusi, Kunci Utama Alutsista TNI
- Presiden Janjikan Modernisasi Alutsista TNI Tuntas 2014
- Presiden : Alutsista Indonesia Harus Lebih Besar Dan Modern Dari Tetangga
- Komisi I Berencana Kunker ke Ukraina Untuk Jajaki Kerja Sama Persenjataan
- Bank BRI Siapkan Rp 1 Triliun untuk Biayai Alutsista Indonesia
- PBB Desak Konsensus Perjanjian Perdagangan Senjata
- Presiden : Indonesia Tak Pernah Gunakan Alutsista untuk Bunuh Rakyatnya
- Industri Pertahanan Nasional Sudah Menguasai Teknologi Level Menegah
- Menhan : Presiden Jajaki Kerja Sama Alutsista Dengan Jerman Dan Hungaria
- Pengamat : Industri Pertahanan Butuh Kepastian Dari Pemerintah
- Ketua DPR : Beban Hutang Luar Negeri Picu 'Seretnya' Pengadaan Alutsista
0 komentar:
Post a Comment