ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    ATTENTION


    PERHATIAN

    "Bagi Sobat Readers ingin mempublikasikan kembali tulisan ini di website atau blog Sobat Readers, mohon cantumkan link aktif artikel yang bersangkutan termasuk semua link yang ada di dalam artikel tersebut Atau Silahkan Hubungi Admin Melalui Chat Box/Shout Box/E-mail yang tertera di bawah .

    ADMIN
    steven_andrianus_xxx@yahoo.co.id

    Kategori »

    INDONESIA (4794) TNI (1147) ALUTSISTA (984) TNI AL (721) TNI AU (694) Pesawat Tempur (684) USA (597) Industri Pertahanan (564) PERBATASAN (447) KOREA (400) Kerja Sama (400) RUSIA (382) Teknologi (315) TNI AD (306) Kapal Perang (281) Pesawat Angkut (276) Anggaran (249) PERTAHANAN (235) CHINA (232) MALAYSIA (225) Tank (218) DI (210) Kapal Selam (201) Rudal (165) Helikopter (159) Pindad (145) KORUT (140) ASEAN (127) POLRI (126) Kapal Angkut (119) DMC (114) AUSTRALIA (107) PAL (106) Kapal Patroli (99) EROPA (98) Senjata (94) Pesawat Latih (93) TIMTENG (93) UAV (87) Nuklir (84) Pasukan Perdamaian (84) Teroris (83) ISRAEL (81) Radar (75) Kopassus (74) SINGAPORE (74) INDIA (72) IRAN (71) Ranpur (70) Africa (69) Roket (67) JAPAN (60) INGGRIS (59) LAPAN (59) PBB (59) jerman (57) Pesawat Patroli (56) LEBANON (55) Satelit (54) kapal latih (47) PRANCIS (45) BELANDA (41) THAILAND (36) BRAZIL (35) Philippines (35) TAIWAN (35) TIMOR TIMUR (31) VIETNAM (29) Inteligen (27) NATO (25) BRUNEI (24) Korvet (22) LIBYA (22) PAKISTAN (22) PALESTINA (21) Amerika Latin (16) KAPAL INDUK (16) English News (15) PAPUA NUGINI (15) BIN (14) ITALIA (14) VENEZUELA (14) KAMBOJA (13) ASIA (12) AFGANISTAN (11) POLANDIA (11) PT. LEN (9) Pesawat Bomber (9) Frigates (8) UKRAINE (7) Amerika Utara (6) Kapal Perusak (6) Berita Foto (5) Georgia (5) UEA (5) YAMAN (5) EGIPT (4) New Zealand (4) Pesawat Tanker (4) SRI LANKA (4) BANGLADESH (3) BULGARIA (3) YUNANI (3) HAITI (2) KAZAKHTAN (2) Polisi Militer (2) ROMANIA (2) \ (1)

    Total Pageviews

    Berita Terpopuler

    Powered by Blogger.

    Saturday, July 7, 2012 | 12:01 PM | 0 Comments

    14 Anggota Komisi I Kunjungi Industri Pertahanan Spanyol

    London - Sebanyak 14 anggota DPR RI dari Komisi I mengadakan lawatan ke Spanyol untuk menggali informasi secara umum mengenai konsep dan sistem dalam industri pertahanan di Spanyol.

    Konselor KBRI Madrid, Theodorus Satrio Nugroho kepada ANTARA London, Jumat mengatakan, kunjungan delegasi yang dipimpin oleh Hari Akhmadi itu terkait dengan pembahasan RUU Industri Pertahanan.

    Selama kunjungan kerja dari tanggal 2 Juli-5 Juli 2012 itu delegasi Indonesia mengadakan tukar pendapat dengan Kementerian Pertahanan Spanyol yang diterima Wakil Menteri, Pedro Arguelles Salaveria.

    Selain itu delegasi berkunjung ke perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi dan radar Indra, perusahaan BUMN di bidang perkapalan militer Navantia, dan perusahaan pembuat alutsista General Dynamic.

    Selain itu dilakukan juga pertemuan dengan Ketua Komisi Luar Negeri Parlemen Spanyol, dan kunjungan ke Airbus Military baik di Madrid maupun di Sevilla.

    Sementara itu Dubes RI untuk Spanyol, Adiyatwidi Adiwoso menilai Spanyol memberikan perhatian yang besar terhadap Indonesia.

    Ia berharap selain berbagai informasi penting untuk pembahasan RUU Industri Pertahanan, kunjungan kali ini juga akan mempermulus rencana pembelian dan kerja sama untuk pesawat C-295 antara Airbus Military dengan PT Dirgantara Indonesia.

    Sumber : ANTARA
    Readmore --> 14 Anggota Komisi I Kunjungi Industri Pertahanan Spanyol

    Menhan : SBY-Merkel Belum Tentu Bahas Pembelian Leopard

    Jakarta - Awal pekan depan Presiden SBY menerima kunjungan kenegaraan Kanselir Jerman, Angela Merkel. Belum dipastikan realisasi rencana pembelian tank Leopard untuk TNI AD jadi salah satu agendanya.

    "Kita tunggu saja laporan tim kita di sana," ujar Menhan Poernomo Yosgiantoro, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (6/7/2012).

    Tim yang dia maksud adalah tim penilai teknis untuk tank Leopard milik Jerman yang akan Indonesia beli. Berdasar penilaian tim teknis itu akan diketahui apakah perlu ada penyesuaian detil fitur dari tank kelas berat dengan keperluan TNI AD.

    Bila diperlukan penyesuaian fitur, maka sekaligus dihitung berapa biaya yang dibutuhkan. Setelahnya nilai total yang dibutuhkan akan disesuaikan dengan batas atas anggaran yang ada, barulah bisa diketahui berapa unit tank yang bisa dibeli.

    "Untuk berapa unitnya disesuaikan dengan ceiling anggaran. Berapa anggarannya dan berapa perlunya, baru diketahui berapa unit yang bisa diadakan," papar Poernomo.

    Menyinggung tudingan sementara pihak bahwa spesifikasi dari tank Leopard tidak sesuai kondisi di Indonesia, menurut Poernomo hal teknis seperti itu wewenang TNI AD. Kemenhan hanya menangani teknis dari pengadaan alat utama sistem pertahanan yang diusulkan oleh Mabes TNI.

    "Sudah kita menanyakan lagi ke Mabes TNI, dan hasilnya tetap Leopard. Mereka lebih tahu soal spefikasi, kemenhan yang beli," jawab Poernomo.

    Menurut jadwal, pertemuan akan berlangsung pada 10 Juli 2012. Agenda utama yang akan dibahas Presiden SBY dengan Kanselir Angela Merkel adalah tingkatkan hubungan RI-Jerman ke tahap strategic economic partnership.

    Sumber : DETIK
    Readmore --> Menhan : SBY-Merkel Belum Tentu Bahas Pembelian Leopard

    Pengamat : C-295, NC-295, atau CN-295?

    Jakarta - Sejak awal kemerdekaan hingga 1977,Skadron 2 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta menggunakan pesawat C-47 Skytrain Dakota. Pesawat ini merupakan pesawat angkut militer taktis,pengembangan dari pesawat angkut sipil Douglas DC-3 yang terkenal itu.

    Begitu suksesnya desain dari pesawat ini, pabriknya telah membuat tidak kurang dari 10.000 pesawat yang tersebar ke seantero jagat ini. Pada 1977 pesawat Dakota diganti secara bertahap dengan pesawat Fokker F-27, dan tidak lama setelah itu secara berangsur pula diganti dengan pesawat buatan PTDI dan Spanyol,CN-235. Skadron 2 adalah sebuah skadron angkut militer taktis pertama yang menjalankan tugas terbang ke hampir seluruh pelosok Indonesia, mulai dari Sabang hingga Merauke.

    Dulu Skadron 2 merupakan unsur angkut militer taktis yang berada di bawah Komando Paduan Tempur Angkatan Udara (Kopatdara) yangkinitelahberubah menjadi Koopsau 1.Skadron ini melaksanakan tugas atau misi penerbangan angkut militer mencakup tugas-tugas transportasi personel dan logistik berjadwal. Di samping itu juga melakukan tugas penerjunan pasukan tempur statik dan terjun bebas, misi pengintaian, dan pemotretan udara.

    Sebagai alat utama sistem senjata bidang light/medium military transport jarak pendek, skadron ini berperan sebagai tempat menggodok para penerbang angkut lulusan sekolah penerbang sebelum mereka akan bertugas ke Skadron VIP dan ke Skadron Angkut Linud Berat C-130 Hercules. Skadron 2 memang sebuah skadron awal bagi pembinaan military transport pilot dalam konteks menuju “combat readiness” dari primary unit unsur angkut militer Angkatan Udara.

    Dakota, F-27, dan CN-235 adalah pesawat yang sangat tepat untuk mengantar keterampilan penerbang transportasi militer selepas mereka menyelesaikan sekolah terbang dasar. Lompatan dari pesawat latih di sekolah penerbang ke pesawat operasional menjadi jenjang yang sangat ideal bagi pembinaan military transport pilot di Skadron 2 ini. Jenjang, sebelum mereka menerbangkan pesawat yang lebih besar, lebih modern dan lebih canggih dari aspek operasi militernya.

    Jahit dan Obras?

    Kini tersiar kabar tentang akan digantikannya pesawat F- 27 dengan pesawat terbang EADS CASA C-295 buatan Airbus Military, Spanyol.Konon, upaya ini dilakukan dalam rangka membangun kembali kemampuan dari PTDI yang sudah cukup lama telantar alias membeku. C-295 buatan Spanyol ini pertama kali terbang pada November 1997 dan baru dapat diperkenalkan ke pasar dunia pada 2001.

    Pengguna pertama tentu saja Angkatan Udara Spanyol, kemudian Brasil, Polandia, dan Portugis. Secara keseluruhan, pesawat ini baru dibuat sebanyak 86 buah.Walaupun pesawat C-295 merupakan pengembangan dari pesawat CN-235, PTDI sama sekali tidak terlibat dalam proses pembuatannya sejak awal. Sangat berbeda dengan proses pembuatan CN-235 yang IPTN waktu itu sudah duduk dan bekerja sejak proses desain awalnya.

    Belakangan ini sudah mulai menjadi rancu karena beberapa waktu lalu tiba-tiba muncul pesawat terbang dengan tulisan NC-295, tidak lama kemudian muncul lagi pesawat yang sama dengan tulisan besar berujud sebagai CN- 295. Nah,mengenai hal ini, mari kita coba membuat persoalan menjadi jernih dan tidak membingungkan. Konon, dahulu ada sebuah nomenklatur yang dianut oleh pabrik pesawat terbang IPTN yang kini bernama PTDI itu.

    Patokannya, bila menggunakan nama NC-XXX, ini berarti bahwa pesawat tersebut adalah keluaran PTDI yang bukan didesain PTDI, tetapi hanya “dijahit” dan “diobras” oleh PTDI. Contohnya pesawat NC-212 yang diproduksi pada 1970-an, berikutnya CN-XXX.Ini berarti bahwa pesawat itu keluaran IPTN/ PTDI yang didesain, dites, dan diproduksi oleh Indonesia (Nurtanio) dan Spanyol (Casa) contohnya CN-235.

    Selanjutnya pesawat dengan kode NXXX adalah pesawat yang di desain, dites, dan diproduksi oleh PTDI contohnya “almarhum” N-250 dan ren-cana regional jetN-2130. Bila kita melihat dalam buku Jane’s all the World Aircraft—salah satu referensi kredibel dari daftar produksi pesawat terbang dunia, kita tidak akan pernah menemukan di dalamnya mengenai pesawat CN-295 dan atau NC-295.

    Masalahnya sederhana, yaitu memang kedua pesawat terbang tersebut sebenarnya tidak pernah ada. Yang ada adalah C-295, sebuah pesawat produksi “murni”Spanyol. Jadi nanti bila kita bekerja sama dengan Airbus Military untuk memproduksi pesawat C-295, sebenarnya kita kembali ke tahun 1970-an, yaitu dalam proses memproduksi NC-212. Sesuai nomenklatur, sebutannya tidak bisa lain, selain NC-295.

    Kita menjadi agak sulit untuk memaksakan pesawat tersebut menjadi CN- 295 karena memang kita tidak memiliki bagian dari hak ciptanya. Sama sekali tidak ada keterlibatan kita dari sejak desain awal dan proses produksi lanjutannya. Kita tidak bisa menghindar dari status yang hanya akan melakukan kegiatan “jahit” dan “obras”belaka.

    Pilihan Apa pun yang terjadi,upaya ini pun patut dihargai sebagai perhatian yang cukup serius terhadap “pembangunan kembali” industri pertahanan strategis ini.Konon,bila kita sudah sukses “menjahit”dan “obras” sebanyak lebih kurang 10 pesawat sekaligus “membelinya”, kita akan diberikan kepercayaan sebagai pabrik tunggal penghasil “C-295” untuk kawasan Asia-Pasifik.

    Sayangnya, untuk bisa menghasilkan pesawat C-295 itu, kita harus mengimpor terlebih dahulu peralatan- peralatan canggih pembuat C-295 serta sumber daya manusia (SDM) ahli yang harus mendampingi terlebih dahulu dari Spanyol ke Indonesia. Ini semua “cost” yang tidak sedikit, untuk menghindar menggunakan istilah “sangat mahal” dan yang paling menyedihkan adalah produk tersebut belum tentu “laku” dijual.

    Ini mengacu pada realita bahwa sampai detik ini tidak ada satu pun negara di Asia- Pasifik yang telah dan akan membeli C-295. Dengan memproduksi (“jahit” dan “obras” saja) C-295, langkah ini akan membunuh PTDI dalam membuat sendiri CN-235 yang sudah terbukti kemampuannya. Pertanyaan yang kemudian muncul,mengapa kita tidak memilih memproduksi kembali CN-235 saja?

    Bicara tentang kemampuan, bukanlah masalah yang perlu dipertanyakan lagi, demikian pula dengan SDM berpengalaman dan peralatan yang memang sudah terpasang diBandung.Fakta berbicara,pesawat jenis ini sudah digunakan oleh kita sendiri dan banyak negara lain di sekitar kawasan sendiri seperti Malaysia,Korea Selatan,Filipina,Thailand,Uni Emirat Arab, Pakistan, Kamboja, Brunei, dan lain-lain.

    Ke depan negara-negara tersebut tidak mustahil berniat untuk menambah armadanya, minimal masih akan memerlukan komponen dan spare parts dari CN-235. Dengan memproduksi lebih banyak lagi CN-235, tidak bisa dihindari kualitas dan keterampilan PTDI sebagai manufaktur akanberkembangdenganpesat. Beriringan dengan itu, lompatan para teknisi dan terutama para military transport pilot, pemula atau freshman pilot dari sekolah penerbang ke jenjang military operational mission menuju “combat readiness” dengan CN-235 ke jenjang yang lebih tinggi lagi akan dapat dipertahankan dalam pola yang standar.

    Tidak terganggu dengan kelas C-295 yang serbatanggung dalam jajaran gugus angkut udara militer di Angkatan Udara Republik Indonesia.CN- 295 tidak masuk kelas angkut ringan, tetapi belum dapat mengemban misi lintas udara angkut berat seperti yang sekarang diperankan oleh Hercules. Apabila C-295 yang merupakan produk dari Airbus Military itu jadi dikerjakan di Bandung, dikhawatirkan akan beredar selorohan baru bagi PTDI, yaitu akan berubah nama menjadi PDAM alias Perwakilan Dagang Airbus Military.

    Namun, semua itu pilihan. Tetapi seyogianya pilihan yang paling ideal adalah pilihan yang mengacu pada “our national interest”, pilihan kepada apa yang kita inginkan, kita miliki, dan apa yang kita mampu.Theodore Roosevelt mengatakan: ”Do what you can,with what you have,where you are.“

    Sumber : SINDO
    Readmore --> Pengamat : C-295, NC-295, atau CN-295?

    Menhan : Komisi I Harus Minum Pil Sabar Dulu

    Jakarta - Kementerian Pertahanan (Kemhan) masih menghitung biaya upgrade empat unit pesawat Hercules C-130 hibah dari Australia. Maka aneh bila Komisi I DPR sudah menyebut biayanya adalah US$ 60 juta dan itu pun dinilai terlalu mahal.

    Demikian kata Menhan Poernomo Yosgiantoro menanggapi Komisi I DPR yang menggugat hibah dari Australia. Dia ditemui wartawan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (6/7/2012).

    "Tanya kembali ke DPR, dari mana bisa keluar US$ 60 juta? Terlalu mahal yang bagaimana? Lha wong tim kita sekarang ini masih inspeksi di sana," gugat Poernomo.

    Tim inspeksi yang dia maksud yaitu tim teknis dari TNI AU di Australia. Mereka dikirim untuk memeriksa kondisi dari empat pesawat angkut berat Hercules milik RAAF yang dihibahkan kepada TNI AU buat mengetahui bagian mana sajakah yang perlu diupgrade.

    Berdasar laporan dari tim inspeksi tersebut, baru bisa bagian mana yang perlu upgrade dan upgrade menjadi yang bagaimana. Setelah itu dihitung biaya upgradenya dan anggarannya diajukan kepada DPR melalui APBN.

    "Tim inspeksi lapor ke KSAU, dari KSAU dibawa ke Mabes TNI lalu Kemenhan. Nanti kita olah soal kemahalan dan sebagainya. Baru setelah itu anggarannya diajukan ke DPR," papar Poernomo tentang prosedur pengangarannya.

    "Jadi sabar dulu. DPR minum pil sabar dulu," sarannya.

    Merujuk pada laporan TNI AU, dia yakin kondisi empat unit pesawat hibah tersebut masih amat bagus. Meski buatan 1978 tetapi memiliki jam terbang yang rendah dan juga mendapat perawatan rutin yang baik.

    "Menurut TNI AU pesawat itu bisa dipakai sampai 15-20 tahun lagi," sambungnya.

    Lebih dikatakannya, bila memang anggaran pengadaannya tak lolos tahun ini maka akan diajukan buat 2013. Namun mengingat urgensi pengadaannya pasca keputusan TNI AU tidak menerbangkan lima Fokker 27 miliknya, diusahakan Hercules hibah itu bisa tiba tahun ini.

    "Bisa juga dengan pengalihan pos anggaran. Nanti kita lihat," imbuh Poernomo.

    Sumber : DETIK
    Readmore --> Menhan : Komisi I Harus Minum Pil Sabar Dulu

    KRI Cakra 401 Jadi Perhatian Pengunjung Pantai Pasir Putih

    Situbondo - Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Cakra-401 yang berada di Jajaran Satuan Kapal Selam (Satsel) Koarmatim, yang sedang lego jangkar di sekitar perairan Situbondo, menjadi perhatian pengunjung pantai wisata Pasir Putih, Kabupaten Situbondo Jawa Timur Kamis, (05/07). Kedatangan kapal selam tersebut di perairan Situbondo, dalam rangka melaksanakan kegiatan latihan Search and Rescue (SAR) kapal selam tahun 2012 yang digelar pertama kalinya oleh jajaran TNI AL.

    Pengunjung wisata Pasir Putih memanfaatkan momen berharga itu dengan berfoto-foto serta melihat kapal selam itu dari dekat menggunakan perahu layar yang disewa dari pihak pengelola Pasir Putih. Selain kapal selam ada juga Kapal Tunda (TD) Lawu dan Ponton Lumba-Lumba milik Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Koarmatim, juga menjadi obyek perhatian pengunjung pantai wisata di wilayah Jawa Timur itu.

    Turut dalam KRI Cakra Komandan Satsel Koarmatim Kolonel Laut (P) Jeffry Stanley Sanggel, S.H., yang mengikuti pelayaran berangkat dari pangkalan Koarmatim Ujung Surabaya, Selasa (04/07). KRI Cakra-401 dikomandani oleh Letkol Laut (P) Indra Agus Wijaya, dengan membawa awak kapal sebanyak kurang lebih 50 orang prajurit.

    Dalam perjalanan Lintas laut (Linla) dari Surabaya menuju perairan Situbondo, KRI Cakra melaksanakan beberapa serial latihan bersama dengan dua unsur kapal atas air yaitu KRI Diponegoro-365 dan KRI Pulau Rupat-712 serta dua unsur udara yaitu Pesud Cassa U-617 dan Helikopter jenis Bolcow NV-411 dari Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda Surabaya.

    Latihan yang dilaksanakan diantaranya prosedur pencarian kapal selam yang mengalami kedaruratan atau Distress Submarine Communication Exercise (Dissub Comex), Air Joining Procedure (AJP) yang dilaksanakan oleh Pesud Cassa TNI AL dengan KRI Diponegoro dan KRI Pulau Rupat serta latihan Petunjuk Pelaksanaan SAR kapal selam Publication Exercise (PUBEX).

    Selanjutnya melaksanakan latihan indikasi kapal selam sedang mengalami kedaruratan Distress Submarine Indication Exercise (Dissub Index) yaitu dengan menyalakan lampu puncak dan lampu pengenal, menembakkan lampu suar (pyrotechnic) berupa asap warna hijau, membuang oli dari dalam kapal (lensen) dan melaksanakan hull tapping serta membuang sampah lewat (TPS).

    Sebagai wujud permohonan do’a dan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) selama berjalannya latihan SAR kapal selam tahun 2012, Komandan Satsel Koarmatim meksanakan pemotongan tumpeng yang diserahkan kepada Komandan KRI Cakra-401. Acara pemotongan tumpeng sekaligus do’a dan tasyakuran itu, diikuti oleh seluruh peserta latihan yang berasal dari Staf Satsel Koarmatim, Dislambair Koarmatim, Puspenerbal Juanda, Diskes Koarmatim serta personel pendukung lainnya.

    Sumber : Koarmatim
    Readmore --> KRI Cakra 401 Jadi Perhatian Pengunjung Pantai Pasir Putih

    Friday, July 6, 2012 | 8:29 AM | 1 Comments

    Pengamat : Komisi I Inkosistensi Dalam Pengadaan Alutsista, Bila Tidak Dapat Jatah

    Jakarta - Penolakan Komisi I DPR RI atas rencana pemerintah yang akan membeli 100 unit main battle tank (MBT) Leopard 2 dari Jerman, disinyalir karena tidak adanya 'manfaat' yang diterima oleh penghuni gedung parlemen Indonesia.

    Kepada itoday, Kamis (5/7), pengamat pertahanan Muradi mengatakan, ada dua perspektif kemungkinan mengapa DPR menolak pembelian tersebut.

    “Pertama, masalah penguatan alutsista sudah ditegaskan oleh Komisi I sejak tahun lalu, dengan adanya empat program prioritas, salah satunya adalah pengadaan alutsista untuk pengamanan perbatasan. Dalam konteks itu, seharusnya DPR tidak mempersulit, “ jelasnya.

    “Kedua, dalam konteks kegunaan, penggunaan MBT memang ada perdebatan. Disatu sisi Indonesia butuh MBT walau spesifikasinya tidak cukup pas untuk konteks Indonesia, tapi untuk membeli dari yang lain, Indonesia tidak memiliki analisa yang mendalam untuk menentukan tank apa yang dibutuhkan, “ sambungnya.

    Dari dua perspektif yang diungkapkannya, Muradi melihat DPR tidak terlalu konsisten dengan apa yang mereka sarankan kepada Kemenhan mengenai empat program prioritas pertahanan.

    “Dari perspektif itu, saya menduga lebih kepada ikonsistensi DPR, dan pada akhirnya susah jika bicara hitam putih, ada wilayah abu-abu yang saya anggap DPR tidak transparan, “ katanya.

    Pengamat yang juga dosen FISIP Universitas Padjajaran, Bandung ini juga mengungkapkan, di 2011, DPR selalu bicara tentang empat program pertahanan yang salah satunya adalah pembelian alutsista. Tetapi ketika ada pengadaan dan lain-lain, mungkin karena merasa tidak dilibatkan, maka dimentahkan kembali.

    “Ini masalah inkonsistensinya DPR. Karena mungkin diduga DPR tidak menerima 'sesuatu' dari pengadaan tank ini. Jadi pada akhirnya, upaya mementahkan menjadi suatu cara untuk membuat citra buruk kepada Indonesia dalam pengadaan alutsista, “ ungkapnya.

    Selain masalah inkonsistensi DPR, Muradi juga meyakini terlalu banyak broker dan jumlah fee yang yang membuat mekanisme pengadaan berjalan tidak sesuai dengan rencana dan peruntukan.

    Sumber : Indonesia Today
    Readmore --> Pengamat : Komisi I Inkosistensi Dalam Pengadaan Alutsista, Bila Tidak Dapat Jatah

    KSAL : KRI Dewaruci Akan Ditunda Selesai Masa Bakti Sampai 2014

    Jakarta - Karena kapal pengganti belum selesai dikerjakan, KRI Dewaruci yang rencananya pensiun tahun ini, kemungkinan besar 'masa baktinya' diperpanjang.

    "Dewaruci usianya sudah 60 tahun. Kalau tentara sudah pensiun," kata KSAL Laksamana TNI Soeparno ,usai sertijab Gubernur AAL di Lapangan Banda, Bumimoro, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (4/7/2012).

    Menurutnya, kapal pengganti KRI Dewaruci baru selesai pembuatannya pada 2014. Artinya, kapal yang sudah berusia 60 tahun tetap akan menjalankan tugas hingga kapal penggantinya tiba di Tanah Air.

    "Tahun ini (Dewaruci) masih mampu, kalau tahun depan masih ada keliling dunia ya enggak apa apa, tahun ini terakhir tahun depan paling akhir," ujarnya. Pengganti KRI Dewaruci saat ini masih dalam proses pembuatan di Spanyol. Kemungkinan besar, kapal pengganti yang lebih besar dari Dewaruci, akan selesai dibuat pada 2014.

    Selama kapal pengganti belum selesai, maka KRI Dewaruci yang saat ini tengah berada di Amerika Serikat (AS) dalam misi keliling dunia, tetap akan digunakan.

    Sumber : Tribun
    Readmore --> KSAL : KRI Dewaruci Akan Ditunda Selesai Masa Bakti Sampai 2014

    Thursday, July 5, 2012 | 10:30 AM | 0 Comments

    Pengamat : Indonesia Minimal Butuh 300 Radar

    Jakarta - Radar bermanfaat sebagai pendeteksi potensi ancaman dari luar terhadap sebuah negara. Sayangnya, jumlah radar yang dimiliki oleh Indonesia terbilang masih sangat sedikit. Dari 300 radar yang seharusnya dimiliki, Indonesia hanya memiliki 25-30 radar. Kondisi ini membuat Indonesia rawan terhadap serangan dari luar.

    Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu digalakkan upaya swasembada radar untuk Indonesia. Demikian dikatakan oleh Ahli Radar dari Universitas Brawijaya (UB), Malang, Rudy Yuwono. Dia menyebut, swasembada radar merupakan upaya memproduksi radar dengan kemampuan anak sendiri yang saat ini sudah dimulai oleh Asosiasi Radar Indonesia (AsRI).

    Menurut Rudy, swasembada radar mendatangkan keuntungan bagi Indonesia, di antaranya penghematan anggaran di bidang alutsista dan menjaga kerahasiaan yang dimiliki oleh Indonesia terutama di bidang teknologi. "Ide swasembada radar hadir setelah adanya embargo militer kepada Indonesia. Pada saat itu Indonesia ingin membeli alutsista dari Amerika, tapi karena adanya embargo kita tidak bisa membeli alatnya bahkan komponennya," kata Rudy, seperti dikutip dari laman resmi UB, Prasetya Online, Rabu (4/7/2012).

    Kepala Bidang (Kabid) Kegiatan Ilmiah AsRI ini mengungkap, embargo yang dilayangkan terhadap Indonesia, justru memunculkan ide untuk memproduksi radar sendiri. "Ide untuk memproduksi radar semakin ditunjang dengan adanya komponen-komponen yang bisa didapat dengan mudah di sejumlah daerah yang ada di Indonesia, seperti di Glodok Jakarta, Genteng Surabaya, dan di Medan," tuturnya.

    Dengan memproduksi radar sendiri, lanjutnya, maka anggaran yang dikeluarkan juga lebih sedikit. Jika biasanya Indonesia membeli radar dengan harga USD25 juta, maka dengan memproduksi sendiri jumlah uang yang dikeluarkan akan jauh lebih sedikit.

    "Sebagai upaya dalam swasembada radar, ada beberapa langkah Asosiasi Radar Indonesia (AsRI) yang saat ini tengah dilakukan, antara lain membantu tumbuhnya industri dalam negeri yang memproduksi radar dan juga menyediakan forum komunikasi dan pertukaran ide di bidang radar dan turunannya dengan mengadakan Seminar Radar Nasional setiap tahun," imbuh Rudy. Dalam upaya menciptakan tenaga-tenaga ahli yang mampu memproduksi radar, ujar Rudy, perlu dibangun sebuah school of radar. "Jumlah tenaga ahli radar di Indonesia sangat sedikit jumlahnya, kurang dari 100. Padahal radar yang dibutuhkan oleh Indonesia sangat banyak," paparnya.

    Dengan berdirinya school of radar selain bisa mencetak ahli radar, juga bisa mengembangkan teknologi lain, yakni penginderaan jauh. "Kalau kita memakai satelit, maka kandungan yang ada di dalam bumi Nusantara Indonesia bisa diketahui oleh negara lain. Namun jika kita kembangkan teknologi penginderaan jauh, rahasia kekayaan alam yang dimiliki Indonesia bisa kita jaga," ungkap Rudy.

    Dia menyatakan, produksi radar di Indonesia tidak akan memberikan ancaman bagi negara lain, seperti layaknya membuat nuklir dan bom atom. Saat ini jumlah radar yang sudah diproduksi oleh Indonesia terbilang masih ada lima radar, yaitu tiga jenis radar Indonesian Surveillance Radar (ISRA) dan dua Radar Indra. "Radar buatan Indonesia saat ini sudah bisa difungsikan dengan menggunakan laptop dan gadget tablet," tukasnya.

    Rudy berharap, program swasembada radar di Indonesia bisa segera terwujud. "Program swasembada radar melalui school of radar sudah menjadi topik bahasan penting dalam seminar nasional radar yang kelima pada 2011. Namun hingga saat ini masih belum terwujud. Semoga pada 2025 sudah banyak pemain lain yang turut terlibat dalam swasembada radar," pungkasnya.

    Sumber : OKEZONE
    Readmore --> Pengamat : Indonesia Minimal Butuh 300 Radar

    Wamenhan Berharap Komisi I Cepat Setujui Leopard

    Jakarta - Pemerintah berharap Komisi I DPR merestui pembelian Tank Leopard dari Jerman. Sebab, pengadaan alat tersebut menjadi bagian dari modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista).

    "Saya kira DPR sebagai lembaga representasi dari bangsa ini, pasti akan setuju. Sepanjang kita lakukan secara transparan dan akuntabel," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di akarta, Rabu (4/7/2012).

    Sjafrie menceritakan, komunikasi soal pembelian Tank Leopard dari Jerman pernah dilakukan secara informal.

    Alokasi anggaran yang diperlukan untuk membeli peralatan militer ini sebesar US$ 280 juta, dengan skema pinjaman luar negeri, yang diproses sesuai blue print Bappenas dan Kementerian Keuangan.

    Kemenhan sendiri membicarakan masalah ini dengan DPR agar memperoleh kesepakatan untuk politik anggaran. Sebanyak 15 unit Main Battle Tank Leopard akan datang ke lndonesia pada Oktober 2012. Kendaraan tempur ini akan datang secara bertahap sebanyak 100 unit hingga Oktober 2014.

    Sumber : MetroTV news
    Readmore --> Wamenhan Berharap Komisi I Cepat Setujui Leopard

    Komisi I : Biaya Upgrade Hercules Terlalu Besar

    Jakarta - Hibah pesawat angkut Hercules yang akan diterima Indonesia dari Pemerintah Australia sangat tak logis karena memakan biaya perbaikan sangat besar. Biaya perbaikan satu Hercules hibah hampir sama dengan harga satu unit pesawat Hercules yang baru, yakni 60 juta dollar Amerika Serikat.

    "Biaya yang akan dikeluarkan Pemerintah untuk perbaikan satu Hercules hibah terlalu besar," ujar Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin kepada wartawan di Jakarta, Senin (3/7).

    Selain mengibahkan enam Hercules bekas, pemerintah Australia menawarkan pembelian pesawat Hercules baru dengan jenis sama senilai 90 juta dolar Amerika Serikat untuk enam unit. "Padahal di saat yang bersamaan pemerintah Australia juga menawarkan pembelian 6 unit pesawat Hercules sejenis yang siap operasi senilai 90 juta dollar Amerika," kata Tubagus, di Gedung DPR, Senin (2/7).

    Pada pertengahan 2011 pemerintah melalui Kementerian Pertahanan melaporkan rencana hibah Hercules. Namun, memerlukan dana untuk perbaikan. Karena dirasa perlu dan mendesak, Komisi I saat itu menyetujui.

    Akan tetapi beberapa bulan kemudian Kemhan melaporkan bahwa pemerintah Australia membatalkan hibah tersebut. Dan baru pada awal tahun 2012 pemerintah menyampaikan ulang bahwa hibah lima pesawat dari Australia itu jadi dilaksanakan. "Dalam waktu dekat ini kami akan meminta penjelasan ke Kemhan kenapa memilih hibah daripada membeli yang siap beroperasi," kata TB Hasanuddin.

    Rencananya, pesawat Hercules itu digunakan untuk menggantikan Fokker 27 yang dilarang terbang lagi sambil menunggu pesawat CASA N-295 dari Spanyol. Hibah akan dilakukan bersamaan dengan kunjungan Presiden ke Australia. Kunjungan dalam rangka pertemuan tahunan kedua pimpinan Indonesia-Australia ini terfokus pada isu ekonomi, yaitu perdagangan dan investasi sapi juga infrastruktur.

    Sumber : Suara Karya
    Readmore --> Komisi I : Biaya Upgrade Hercules Terlalu Besar

    Hidayat Dan Sjafrie Tinjau Industri Non-Alutsista Standar NATO

    Tulungagung - Menteri Perindustrian, MS Hidayat, dan Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Syamsudin meninjau industri perlengkapan militer (non-alutsista) yang berada di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

    Menteri Perindustrian dan Wamenhan tiba di Kecamatan Ngunut sekitar pukul 11.30 WIB, dengan menggunakan helikopter, dan langsung meninjau dua perusahaan pemasok perlengkapan militer yang selama ini menjadi rekanan TNI, yakni PT Goeno dan CV Maju Mapan.

    Di dua perusahaan tersebut, kedua pejabat negara itu dengan didampingin sejumlah jajaran dirjen di Kementrian Perindustrian, melakukan survei proses produksi mulai dari tahap perancangan (desain) hingga menjadi barang jadi dan siap edar/jual.

    "Kami bersama semua jajaran dirjen di Kementerian Perindustrian dan juga dari Kementerian Pertahanan ingin mengetahui lebih jauh mengenai industri ini, karena ternyata mereka mengawalinya dari usaha kecil," kata M.S. Hidayat.

    M.S. Hidayat menilai, produk nonalutsista yang diproduksi di Kabupaten Tulungagung (Kecamatan Ngunut) tergolong memiliki kualitas yang cukup baik dan bisa bersaing dengan produk impor.

    Asumsi tersebut mengacu pada hasil produksi mereka yang telah diekspor ke luar negeri, karena telah memenuhi standard NATO. "Dari hasil produksi sebenarnya sudah cukup bagus, namun untuk alat produksinya itu yang lebih menjadi perhatian kita dalam kunjungan ini," katanya.

    Mengenai soal alat produksi tersebut, M.S. Hidayat menjelaskan bahwa sebenarnya dari kondisinya masih bagus, namun pihaknya merasa perlu untuk menganalisa mana-mana mesin yang perlu diganti.

    Kementrian Perindustrian mengisyaratkan dilakukannya modernisasi peralatan industri non-alutsista guna menghadapi era pasar bebas, sehingga lebih kompetitif.

    "Sejauh ini memang mereka sudah mengekspor ke beberapa negara terutama di kasawan Asia Tenggara seperti Kamboja dan juga Timur Tengah, seperti Sudan, Lebanon dan bebeberapa negara lain," terangnya.

    M.S. Hidayat berharap agar kedua perusahaan tersebut, maupun industri nonalutsista lain, bisa lebih meningkatkan teknologi produksinya secara mandiri sehingga sewaktu-waktu/kapanpun bisa memasok perkembangan kebutuhan peralatan/perlengkapan militer TNI dan bisa lebih kompetitif.

    Sumber : ANTARA
    Readmore --> Hidayat Dan Sjafrie Tinjau Industri Non-Alutsista Standar NATO

    Monday, July 2, 2012 | 9:31 PM | 0 Comments

    TNI AU Akan Retrofit Empat Hercules Hibah Dari Australia

    Darwin - Indonesia mendapat hibah empat unit pesawat C-130 H Hercules dari Australia. Kondisi empat unit pesawat angkut berat buatan AS akhir 1978 ini dinilai masih sangat bagus, meski demikian tetap perlu dilakukan renovasi seperlunya.

    "Sekarang cat-nya masih RAAF, nanti dicat jadi TNI AU. Biayanya untuk empat unit sekitar AUD 50 juta termasuk beli suku cadang," KSAU Imam Sufaat, di RAAF Base, Darwin, NT, Australia, Senin (2/7/2012).

    Hal ini disampaikan setelah penandatanganan dokumen hibah pesawat. Dokumen ditandangani Sekjen Kemenhan Eris Harryanto bersama Air Vice Marshal David Hupfeld sekitar 30 menit setelah pesawat kepresidenan RI mendarat di RAAF Base, Darwin, Australia.

    Jumlah pesawat Hercules yang dimiliki TNI AU saat ini 21 dari 30 unit kebutuhan minimalnya. Maka empat pesawat hibah dari RAAF ini sangat berarti terlebih kondisinya yang sangat terawat.

    "Empat unit dari RAAF ini seri H buatan 1978 dengan airframe 15 ribu jam dan terawat sangat baik, jadi kondisinya bagus makanya kami terima hibahnya. Kalau beli baru, sekarang USD 100 juta per unit pesawatnya saja," papar Imam.

    Di dalam sambutannya, Menhan Poernomo Yusgiantoro menyatakan empat unit pesawat hibah RAAF itu akan digunakan untuk operasi militer non perang. Prioritasnya adalah misi tanggap darurat pasca bencana alam.

    "Pesawat angkut seperi ini kami perlukan operasi militer non perang seperti tanggap darurat bencana alam," ujarnya.

    Di dalam kesempatan sama, Menhan Australia, Kevin Smith, berniat memberi bantuan pesawat angkut setelah Australia terlibat operasi tanggap darurat bencana alam di Indonesi. Pada saat itulah mereka melihat bahwa TNI masih kekurangan pesawat angkut berat untuk keperluan membawa bahan logistik bantuan ke daerah dilanda bencana.

    "Saya harap dengan pesawat ini, kapabilitas TNI dalam tanggap darurat bencana alam semakin meningkat," ujar Kevin Smith.

    Pada acara penandanganan nota hibah, ada satu unit Hercules C-130 H yang dihadirkan ke lokasi. Sedangkan tiga sisanya masih di RAAF Base, Sidney, Australia, dan diharapkan tiba di Indonesia dalam waktu dekat.

    Sumber : DETIK
    Readmore --> TNI AU Akan Retrofit Empat Hercules Hibah Dari Australia

    Indonesia Putuskan Membeli 100 Leopard Dari Jerman

    Jakarta - Indonesia dipastikan membeli 100 unit jenis tank Leopard buatan Jerman. Alasannya, Jerman memberi kepastian waktu dan target dari volume peralatan militer yang diperlukan. Total anggaran US$280 juta.

    “Pembelian tank untuk modernisasi peralatan militer sesuai rencana strategi dari Pemerintah selama lima tahun yaitu 2010-2014,” kata Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin, di Jakarta, Senin.

    Opsi pengadaan tank Leopard dari Belanda dengan begitu ditinggalkan. Sebab, Belanda belum memberikan kepastian baik waktu maupun proses yang diperlukan. Meski demikian, pemerintah Indonesia memberikan apresiasi kepada pemerintah Belanda.

    Alokasi anggaran pembelian tank Leopard adalah US$280 juta. Yakni dari alokasi pinjaman luar luar negeri melalui blue book dan green book baik dari Bappenas maupun Kementerian Keuangan. Soal pembiayaan US$280 tergantung dari Kemenkeu, siapa yang valid dan realiable untuk memberikan. Menurutnya, bisa jadi itu dilaksanakan oleh sindikasi perbankan dalam negeri atau ada satu formulasi dari skema pembiayaan yang dikelola oleh Kemenkeu.

    Pembiayaan terus didorong dengan proses paralel segera didapat kepastian dari aspek pengadaan dan pembiayaan. Dari aspek pengawasan dilaksanakan oleh Tim pencegahan penyimpangan pengadaan barang dan jasa yang melibatkan BPKP, LKPP, dan inpektorat Kemhan dan juga dari Markas Besar TNI dan angkatan.

    ”Dari maksimum 100 unit, 15 unit sudah berada di Indonesia pada Oktober 2012,” katanya. Dari 100 unit tank ditargetkan semua sudah terkirim di Indonesia semester pertama 2014. ”Ini juga berlaku bagi seluruh peralatan militer yang kita pesan dengan target tahun 2014,” katanya.

    Sjafrie membantah pengadaan tank Leopard terkait tuntutan warga Papua Barat. Sebelumnya warga Papua Barat menilai pembelian tank dari Belanda merupakan pengkhianatan.

    Sjafrie menambahkan, kerangka kerja dilaksanakan oleh high level committee. Secara bertutur-turut dimulai Oktober 2012 akan terus mengalir pengiriman unit tank disertai transfer teknologi oleh PT Pindad.

    Sumber : JURNAS
    Readmore --> Indonesia Putuskan Membeli 100 Leopard Dari Jerman

    Indonesia Terima Hibah 5 Hecules Dari Australia

    Jakarta - Menteri Pertahanan RI dan Australia berencana mengadakan pertemuan bilateral di Darwin, Australia, Senin (2/7) sore ini. Pertemuan Menteri Pertahanan dan pemimpin militer antara RI-Australia ini untuk membahas tentang pengadaan pesawat Hercules C-130 H.

    “Rencananya sekitar lima Hercules C-130 H akan kita adakan dari Australia dengan format hibah, tapi tentu ada biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Jadi sebetulnya setengah hibah. Setengah kita beli,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam keterangan persnya di ruang VVIP Bandara Internasional Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (2/7) sesaat sebelum bertolak ke Darwin, Australia.

    Menurut SBY, Hercules C-130 merupakan jenis pesawat angkut. Hal ini diperlukan sejalan dengan dikeluarkan kebijakan untuk tidak menerbangkan lagi Fokker F-27. Oleh karena itu, kita memerlukan sarana angkut yang lebih banyak lagi. “Alhamdulilah program N295 telah berjalan dan akan menjadi pengganti dari Fokker F-27 bahkan dengan kapasitas yang lebih besar,” kata Presiden.

    Dalam kunjungan kenegaraan ke Australia kali ini, Presiden SBY didampingi Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono, Menkopolhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menlu Marty Natalegawa, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat, Wamenhukham Denny Indrayana, Kepala BNPB Syamsul Maarif, Kepala BKPM Chatib Basri, dan Ketua Kadin Bambang Suryo Sulistio.

    Ikut pula dalam rombongan Presiden adalah anggota DPR dan anggota DPD RI, Gubernur Bali, Gubernur NTB dan Gubernur NTT.

    Sumber : JURNAS
    Readmore --> Indonesia Terima Hibah 5 Hecules Dari Australia

    Kopassus Kirim 90 Personel Ke China Untuk Melakukan Latihan Bersama

    Jakarta - 90 personel Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat telah tiba di Jinan, Ibu kota Provinsi Shandong, China, untuk melakukan latihan bersama dengan pasukan khusus China.

    Ke-90 personel korps baret merah itu tiba di Jinan Internasional Aiport dengan menggunakan pesawat Hercules 9-130 dari Skadron Udara 32 TNI Angkatan Udara.

    Atase Pertahanan Kedubes RI di China Kolonel (Lek) Surya Margono, Senin (2/7) mengatakan latihan bersama Kopassus dengan Komando Pasukan Khusus China akan dibuka resmi pada Selasa (3/7). "Ini merupakan latihan bersama yang kedua kali yang digelar oleh Kopassus dan Komando Pasukan Khusus China," kata Kolonel Surya Margono menjelaskan.

    Latihan bersama pasukan khusus dua negara kali pertama digelar pada Juni 2011 di Pusat Pendididkan Kopassus Batujajar, Jawa Barat.

    Kegiatan yang bersandikan "Sharp Knife II/2012" itu bertujuan meningkatkan kemampuan, keterampilan dan profesionalisme dari para prajurit pasukan khusus militer kedua negara. "Prajurit pasukan khusus kedua negara dapat saling bertukar pengalaman, dan keterampilan, kemampuannya, sehingga didapat sebuah bentuk kerja sama pasukan khusus kedua negara yang lebih komprehensif, baik dari segi teknik dan taktik operasional," kata Surya.

    Selain personel, maka Korps Baret Merah TNI Angkatan Darat juga membawa sejumlah persenjataan dan perlengkapan penanggulangan antiteror. "Sebagian persenjataan dan perlengkapan yang dibawa, selain digunakan untuk latihan bersama juga akan dipamerkan dalam kegiatan itu," ungkap Surya.

    Latihan bersama Kopassus dan Komando Pasukan China akan berlangsung hingga Minggu (15/7) di Pangkalan Latihan Terpadu Kodam Jinan, China.

    Sumber : JURNAS
    Readmore --> Kopassus Kirim 90 Personel Ke China Untuk Melakukan Latihan Bersama

     

    Pengikut

    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.