ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    ATTENTION


    PERHATIAN

    "Bagi Sobat Readers ingin mempublikasikan kembali tulisan ini di website atau blog Sobat Readers, mohon cantumkan link aktif artikel yang bersangkutan termasuk semua link yang ada di dalam artikel tersebut Atau Silahkan Hubungi Admin Melalui Chat Box/Shout Box/E-mail yang tertera di bawah .

    ADMIN
    steven_andrianus_xxx@yahoo.co.id

    Kategori »

    INDONESIA (4794) TNI (1147) ALUTSISTA (984) TNI AL (721) TNI AU (694) Pesawat Tempur (684) USA (597) Industri Pertahanan (564) PERBATASAN (447) KOREA (400) Kerja Sama (400) RUSIA (382) Teknologi (315) TNI AD (306) Kapal Perang (281) Pesawat Angkut (276) Anggaran (249) PERTAHANAN (235) CHINA (232) MALAYSIA (225) Tank (218) DI (210) Kapal Selam (201) Rudal (165) Helikopter (159) Pindad (145) KORUT (140) ASEAN (127) POLRI (126) Kapal Angkut (119) DMC (114) AUSTRALIA (107) PAL (106) Kapal Patroli (99) EROPA (98) Senjata (94) Pesawat Latih (93) TIMTENG (93) UAV (87) Nuklir (84) Pasukan Perdamaian (84) Teroris (83) ISRAEL (81) Radar (75) Kopassus (74) SINGAPORE (74) INDIA (72) IRAN (71) Ranpur (70) Africa (69) Roket (67) JAPAN (60) INGGRIS (59) LAPAN (59) PBB (59) jerman (57) Pesawat Patroli (56) LEBANON (55) Satelit (54) kapal latih (47) PRANCIS (45) BELANDA (41) THAILAND (36) BRAZIL (35) Philippines (35) TAIWAN (35) TIMOR TIMUR (31) VIETNAM (29) Inteligen (27) NATO (25) BRUNEI (24) Korvet (22) LIBYA (22) PAKISTAN (22) PALESTINA (21) Amerika Latin (16) KAPAL INDUK (16) English News (15) PAPUA NUGINI (15) BIN (14) ITALIA (14) VENEZUELA (14) KAMBOJA (13) ASIA (12) AFGANISTAN (11) POLANDIA (11) PT. LEN (9) Pesawat Bomber (9) Frigates (8) UKRAINE (7) Amerika Utara (6) Kapal Perusak (6) Berita Foto (5) Georgia (5) UEA (5) YAMAN (5) EGIPT (4) New Zealand (4) Pesawat Tanker (4) SRI LANKA (4) BANGLADESH (3) BULGARIA (3) YUNANI (3) HAITI (2) KAZAKHTAN (2) Polisi Militer (2) ROMANIA (2) \ (1)

    Total Pageviews

    Berita Terpopuler

    Powered by Blogger.

    Saturday, December 17, 2011 | 8:26 AM | 0 Comments

    Angkatan Laut Indonesia Dan AS bahas "CARAT 2012"

    Surabaya - Angkatan Laut Republik Indonesia dan Amerika Serikat membahas skenario latihan bersama TNI AL dan US Navy bersandi "Cooperation Afloat Readiness and Training" yang direncanakan pada pertengahan 2012.

    "Rencana (skenario) latma (latihan bersama) CARAT-2012 itu telah dibahas secara intensif oleh kedua pihak selama tiga hari di Surabaya pada 13-15 Desember 2011 melalui rapat Initial Planning Conference (IPC)," kata Paban III Sopsal Mabesal Kolonel Laut (P) Jan Rahir Simamora di Surabaya, Jumat.

    Didampingi ketua kontingen US Navy Lieutenant Commander Robert A. Hochstedler, ia menjelaskan, hasil rapat tersebut akan dibahas kembali dalam rapat keputusan Final Planning Conference (FPC) pada Februari 2012.

    "Beberapa poin kesepakatan secara garis besar antara lain bentuk latihan Sea Phase berupa manuvra dan peperangan laut oleh unsur-unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dan kapal perang milik US Navy," katanya.

    Tahap "Sea Phase" meliputi beberapa latihan di antaranya penanggulangan aksi kejahatan dan terorisme di laut "Visit Boarding Search And Seizure" (VBSS), droping pasukan dengan cepat melalui heli "Fast Ropping", dan pencarian korban kecelakaan di laut dengan "Search and Rescue" (SAR).

    Selanjutnya, pembekalan di laut Replanisment at Sea (RAS), menembak artileri menggunakan meriam kapal "Gunnery Exercise" (GUNEX) dan peperangan antikapal selam ("Anti-Submarine Warfare"), latihan pertempuran bahaya udara serta pendaratan heli di atas geladak kapal perang (Cross Deck).

    Untuk kegiatan di darat yaitu latihan pendaratan Marinir (Amphibious Operations) di Pantai Banongan, Tanjung Jangkar Situbondo, Jawa Timur dan latihan pertempuran kota (Urban Warfare) serta pertempuran di hutan (Jungle Warfare) oleh Marinir kedua negara.

    "Selain menggelar latihan tempur, Latma CARAT-2012 juga akan melaksanakan kegiatan sosial berupa renovasi sarana umum oleh prajurit Zeni Marinir TNI AL dan US Marine Corp (US MC)," katanya.

    Mereka juga akan melakukan pertunjukan seni dan kebudayaan dengan menampilkan grup musik dari (AL) kedua negara serta simposium ke beberapa sekolah di sekitar kota Surabaya.

    IPC Latma CARAT-2012 ditutup dengan penandatanganan kesepahaman hasil pelaksanaan IPC oleh ketua kontingen dari TNI AL yaitu Paban III Lat Sopsal Mabesal Kolonel Laut (P) Jan Rahir Simamora, didampingi Komandan Task Group Latma CARAT-2012 Kolonel Laut (P) Rahmat Eko Rahardjo.

    Dalam IPC yang juga diwarnai dengan penyerahan cendera mata dari Paban III Sopsal kepada ketua kontingen dari US Navy Lieutenant Commander Robert A. Hochstedler itu, kedua pihak juga berencana melakukan survei lokasi bersama.

    Sumber : ANTARA
    Readmore --> Angkatan Laut Indonesia Dan AS bahas "CARAT 2012"

    Friday, December 16, 2011 | 7:33 PM | 1 Comments

    Panglima TNI: Terlampau Dini Nilai Leopard tak Cocok untuk kondisi geografis Indonesia

    Jakarta -Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan terlalu dini jika menilai Main Battle Tank (MBT) Leopard yang akan dibeli dari Jerman, tidak sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.

    "Wilayah kita ini kan luas, bisa saja tidak cocok dengan kondisi geografis di Jawa tetapi sesuai dengan kondisi geografis di Kalimantan. Bisa saja kan itu terjadi...," katanya, usai Rapat Paripurna TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) 2011 di Jakarta, Jumat.

    Sebelumnya anggota Komisi I DPR, Salim Mengga mengatakan MBT Leopard tidak sesuai dengan kondisi geografis di Indonesia. Dengan alam yang berbukit-bukit dengan sungai dan danau, MTB Leopard yang berat itu tidak cocok. MBT Leopard yang masuk kategori tank berat lebih cocok untuk kawasan gurun atau daerah yang rata.

    Tank yang akan dibeli tersebut adalah bekas Angkatan Darat Belanda. Rencananya mereka melepas 150 Tank Leopard 2A6 yang dibuat pada 2003. "Jadi, masalah cocok atau tidak, itu masih harus didiskusikan lagi antara TNI dan Komisi I ," kata Panglima TNI.

    Pada kesempatan yang sama Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mengatakan pihaknya sudah membentuk tim yang khusus mengkaji dan menetapkan spesifikasi teknis dan kebutuhan operasional dari alt utama sistem senjata yang akan dibeli.

    "Tim tersebut terdiri atas unsur kavaleri, arhanud dan lainnnya. Mereka yang tahu secara teknisnya dan tentu tahu mengapa seperti itu," kata Kasad menambahkan.

    TNI Angkatan Darat akan melengkapi sistem pertahanan dengan memborong alat utama sistem persenjataan dari lima pabrik di Eropa dan Amerika Serikat . Peralatan yang akan dibeli dengan dana APBN 2011 sebesar Rp14 triliun itu dipastikan produk baru.

    Dalam hal itu, kata Kasad Jenderal Pramono, Indonesia diuntungkan dengan kondisi ekonomi Eropa yang sedang terbelit krisis sehingga banyak produk yang dihasilkan dijual dengan harga murah.

    Alutsista yang akan dibeli tersebut, antara lain main battle tank Leopard 2a6 yang berbobot 62 ton. Indonesia akan membeli 100 tank yang sudah dipakai di 15 negara itu dengan harga per unit 280 juta dolar AS. TNI AD juga akan membeli multiple launch rocket system untuk kekuatan 2,5 batalyon.

    Untuk meriam 155 buatan Prancis dan helikopter Apache buatan Amerika Serikat, TNI AD juga mendapatkan harga khusus yang relatif murah.

    Khusus untuk delapan helikopter, Amerika Serikat memberikan diskon lima juta dolar AS sehingga harganya turun menjadi 25 juta dolar AS.

    Pramono bersyukur karena dalam tiga tahun terakhir TNI AD mendapatkan prioritas dalam hal pengadaan kebutuhan alutsista dan selalu mendapatkan anggaran berkisar Rp 14 triliun.

    sumber: Republika
    Readmore --> Panglima TNI: Terlampau Dini Nilai Leopard tak Cocok untuk kondisi geografis Indonesia

    KSAL: Indonesia akan memiliki tiga kapal selam baru

    Jakarta - Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan Indonesia segera memiliki tiga kapal selam baru untuk melengkapi armada tempurnya.

    "Rancangan kontrak tiga kapal selam itu sudah selesai, dan kemungkinan ditandatangani pertengahan bulan," katanya, usai menghadiri Rapat Paripurna TNI Manunggal Masuk Desa 2011 yang dipimpin Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Jakarta, Jumat.

    Ia menambahkan dengan kehadiran tiga kapal selam baru itu, daya tempur dan daya tangkal TNI Angkatan Laut semakin kuat.

    "Kita mengharapkan kita dapat memiliki enam kapal selam. Itu idealnya, jadi dengan enam kapal selam itu dapat diatur berapa yang berlayar, berapa yang siaga dan berapa yang menjalani pemeliharaan," katanya.

    Soeparno mengemukakan kebutuhan kapal selam untuk memperkuat daya tempur di laut sangat diperlukan karena kapal selam merupakan alat utama sistem senjata strategis.

    "Bayangkan, dalam sebuah perencanaan operasi kapal selam dapat diturunkan lebih dulu untuk keperluan mendeteksi peta kekuatan lawan, tanpa harus dikawal, karena dia sudah melengkapi diri persenjataan yang lengkap. Ibaratnya, satu kapal selam hanya dapat dilawan dengan tiga kapal fregat," ungkapnya.

    Tiga kapal selam tersebut diadakan dari Korea Selatan. Untuk pengadaan kapal selam TNI AL ada beberapa negara yang menjadi pilihan seperti Jerman (U-209), Korea Selatan (Changbogo), Rusia (Kelas Kilo), dan Perancis (Scorpen).

    Setelah melalui tender dan disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan kebutuhan operasional serta anggaran yang ada, akhirnya diputuskan pengadaan dilakukan dari Korea Selatan.

    Juru bicara TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati menambahkan dalam pengadaan kapal selam tersebut dipersyaratkan adanya alih teknologi, sehingga pada tahap selanjutnya secara bertahap Indonesia mampu untuk membuat kapal selam sendiri.

    "Dari proses tiga pengadaan kapal selam tersebut, satu unit pertama seluruhnya dikerjakan oleh perusahaan galangan kapal Korea Selatan, pada pembuatan kedua mulai dikerjakan perusahaan galangan kapal kedua negara dengan adanya alih teknologi, dan pada pembuatan ketiga diharapkan sudah dapat dibuat oleh perusahaan galangan kapal Indonesia," katanya.

    sumber: ANTARA
    Readmore --> KSAL: Indonesia akan memiliki tiga kapal selam baru

    Wakil Komisi I DPR Sarankan Pemerintah RI Buat Tank Sendiri

    Jakarta – Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyarankan pemerintah Republik Indonesia untuk membuat tank-tank sendiri daripada membeli dari pihak luar. Sebelumnya, parlemen Belanda menolak untuk menjual tank Leopard lama milik mereka ke Indonesia, dengan alasan catatan Hak Asasi Manusia (HAM) RI yang buruk di mata mereka.

    Tubagus mengaku heran mendengar kabar tersebut, karena sebelumnya pemerintah sama sekali tidak pernah mendiskusikan rencana pembelian tank Leopard dengan DPR. Politisi PDIP ini mengira pemerintah berniat membuat tank sendiri, tidak membeli dari luar negeri.

    “Tahun 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan PT. Pindad untuk membuat prototipe tank yang cocok di Indonesia. Sekarang, prototipe itu sudah jadi, jenis tank kelas menengah yang cocok untuk jalanan di Indonesia,” papar Tubagus kepada VIVAnews, Jumat 16 Desember 2011.

    “Tinggal alat bidik dan meriam yang perlu dibeli, tapi fisik tank-nya sudah oke,” imbuhnya. Oleh karena itulah Tubagus mempertanyakan berubahnya rencana awal pemerintah. “Ini sedang berjalan, kok lantas ada kebijakan baru untuk membeli tank Leopard,” kata dia.

    Kini, setelah parlemen Belanda menolak menjual tank Leopard mereka ke Indonesia, Tubagus meminta pemerintah RI kembali ke rencana awal mereka. “Kalau pemerintah mau konsekuen dengan program mereka, teruskan pembuatan di Pindad,” tegasnya. Menurutnya, memproduksi tank sendiri akan menguntungkan Indonesia dari banyak segi.

    “Berikan kesempatan kepada anak Bangsa. Produksi dalam negeri sama artinya dengan memberi kesempatan Pindad untuk bisa berkembang, karena biaya yang dibelanjakan pemerintah akan kembali kepada negara, berhubung Pindad adalah perusahaan negara,” jelas Tubagus.

    Tank Leopard tidak cocok

    Tubagus mengatakan Leopard tergolong tipe tank yang paling canggih, dengan kapasitas 62 ton. Namun kapasitas tank yang berat inilah yang membuat rencana pembelian tank tersebut kontroversial dan menjadi perdebatan di antara ahli-ahli sistem persenjataan RI.

    “Ini banyak dipersoalkan, karena kapasitas tank Leopard dianggap terlalu berat. Padahal, jalanan di Indonesia memiliki daya tahan dengan kapasitas rendah. Tank seberat 62 ton akan sulit bergerak di jalanan di Indonesia,” papar Tubagus.

    Parlemen Belanda, Tweede Kamer, menolak menjual tank Leopard ke Indonesia, dengan alasan tidak ingin terlibat dalam pelanggaran HAM yang menurut mereka kerap terjadi di Indonesia. Mosi penolakan penjualan tank Leopard ke Indonesia, disampaikan oleh dua partai Belanda yang duduk di parlemen.

    “Kita tahu mereka (RI) telah memporak-porandakan Aceh, Timor-Timur. Baru-baru ini juga terjadi kerusuhan di Papua,” kata Arjan El Fassed dari Partai Kiri Hijau yang menginisiasi mosi penolakan itu, seperti dikutip Radio Nederland Siaran Indonesia, Rabu 14 Desember 2011.

    Minat Indonesia atas tank Leopard Belanda sebetulnya mendapat sambutan postif pemerintah Belanda, yang segera mengutus Menteri Pertahanan mereka, Hans Hillen, untuk menyampaikan hal tersebut kepada Tweede Kamer. Kementerian Pertahanan Belanda ingin menjual tank-tank Leopard lama mereka kepada Indonesia, sebagai bagian dari langkah penghematan besar-besaran.

    Pasca penolakan parlemen Belanda, pengamat militer Indonesia Salim Said berpendapat, keputusan itu berpotensi mengganggu hubungan bilateral kedua negara. “Pasti (penolakan penjualan tank itu) akan berdampak. Apalagi situasi papua sedang menghangat. Banyak kecurigaan dari Indonesia bahwa ada elemen-elemen Belanda yang masih bermain di Papua,” terang Said.

    Sumber : Vivanews
    Readmore --> Wakil Komisi I DPR Sarankan Pemerintah RI Buat Tank Sendiri

    Kasdam : Wajar Bila Tertinggal, 20 Tahun Alutsista Indonesia tak Dimutakhirkan

    Mamuju - Kepala Staf Kodam VII Wirabuana Makassar, Brigjend Hary Mulyono menyampaikan, sudah 20 tahun alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI tidak pernah dimodernisasi. Tidak mengherankan bila Indonesia tertinggal dari negara lain dalam sistem dan teknologi persenjataan

    Saat menjadi pemimpin upacara pada peringatan Hari Juang Kartika yang dilaksanakan di anjungan pantai Manakarra, Mamuju, Sulbar, Kamis (15/12), ia menegaskan TNI akan melaksanakan modernisasi alutsista untuk tiga tahun kedepan.

    "Perkembangan ekonomi Indonesia dewasa ini semakin baik, sehingga negara telah mengalokasikan dana cukup besar bagi TNI angkatan darat untuk melaksanakan modernisasi," ujarnya.

    "Wajarlah jika negara telah memberikan alokasi anggaran yang besar untuk modernisasi alutsista untuk tiga tahun kedepan. Sebab, sudah 20 tahun alutsita tidak pernah dimodernisasi,"ucapnya. Ia mengatakan, pemberian anggaran untuk alutsista tersebut dituujukan agar TNI angkatan darat dalam penguasaan alutsista mempunyai kesamaan teknologi dengan negara-negara tetangga.

    "Jika kita memiliki kesamaan teknologi maka TNI pun bisa mengikuti latihan bersama yang selama ini dilakukan para negara sahabat,"jelasnya. Kasdam juga menyampaikan jika di internal TNI telah melaksanakan reformasi. Keberhasilan itu ditandai dengan kehadiran TNI yang bisa diterima semua lapisan masyarakat.

    "TNI adalah angkatan perang yang menjadi kebanggaan rakyat karena mampu melindungi kemerdekaan negara Indonesia dan menjamin keamanan rakyat," ucapnya.

    Sumber : Republika
    Readmore --> Kasdam : Wajar Bila Tertinggal, 20 Tahun Alutsista Indonesia tak Dimutakhirkan

    Thursday, December 15, 2011 | 12:01 PM | 0 Comments

    TNI AL Mencari Pengganti KRI Dewaruci Ke Eropa

    Jakarta - Mabes TNI Angkatan Laut melakukan penjajakan ke tiga negara di Eropa untuk mencari pengganti kapal latih taruna matra laut KRI Dewaruci yang telah digunakan sejak 1953.

    "Tiga negara yang menjadi alternatif bagi pengadaan kapal pengganti KRI Dewaruci adalah Polandia, Spanyol dan Belanda," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati di Jakarta, Rabu.

    Ketika dikonfirmasi ANTARA, ia mengatakan, saat ini tim pengadaan kapal pengganti KRI Dewaruci sudah berada di Eropa dan akan bertugas hingga 22 Desember 2011.

    "Ada lima perusahaan galangan kapal dari tiga negara tersebut yang mengajukan tawaran kapal pengganti 'Dewaruci'," ungkap Untung menambahkan.

    Lima perusahaan galangan kapal itu masing-masing satu dari Polandia dan dari Spanyol serta Belanda masing-masing dua perusahaan.

    "Kita akan lihat mana dari kelima perusahaan itu yang mampu membuat kapal latih pengganti 'Dewaruci' yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran yang tersedia," ujar Untung.

    Ia menambahkan kapal pengganti "Dewaruci" harus memiliki ukuran yang lebih besar sehingga jenisnya pun meningkat dari "Barquentine" ke tipe "Barque", demikian pula dengan teknologi yang akan melengkapi kapal pengganti tersebut.

    "Teknologinya tentu disesuaikan dengan kemajuan zaman, tanpa meninggalkan dasar-dasar pendidikan pelayaran/kelautan yang harus dilaksanakan oleh para kadet tanpa bantuan teknologi canggih," tutur Untung.

    Kapal latih taruna TNI Angkatan Laut KRI Dewaruci memiliki panjang 58,3 meter dan bobot 874 ton, berbasis di Komando Armada RI Kawasan Timur, Surabaya, dan telah beberapa kali melakukan muhibah ke beberapa kota di dunia sejak dioperasikan pada 1953.

    Keliling dunia pertama mengarungi tujuh samudra dilakukan KRI Dewaruci pada 1964, selama sembilan bulan sejak Maret.

    Pada 2011, KRI Dewaruci melakukan muhibah keliling sebagian Asia selama satu bulan. Pada 2012 KRI Dewaruci akan melakukan muhibah terakhirnya keliling dunia mulai 14 Januari hingga Oktober ke Eropa dan Amerika.

    "Meski tidak lagi berkeliling dunia, namun KRI Dewaruci tidak berarti di"museum"kan, tetap dioperasikan dengan jarak tempuh yang terbatas. Dan perannya sebagai kapal latih akan digantikan yang baru," kata Untung.

    Sumber : DEPHAN
    Readmore --> TNI AL Mencari Pengganti KRI Dewaruci Ke Eropa

    Partai Oposisi Belanda Tidak Setuju Dengan Penjualan Tank Ke Indonesia

    Den Haag - parlemen Belanda menyetujui mosi penolakan rencana penjualan tank ke Indonesia. Rencana penjualan sejumlah tank Leopard oleh Kementerian Pertahanan ditolak Parlemen Belanda karena Belanda tidak ingin terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia. Demikilan laparan Radio Nederland, kemarin.

    Mayoritas anggota parlemen menyetujui mosi yang diajukan partai Kiri Hijau (GroenLinks). Hanya partai memerintah CDA (Kristen Demokrat) dan VVD (Liberal Konservatif) yang menentang penolakan ini. Pengaju mosi, Arjan El Fassed, mengatakan track record Indonesia berperan kuat dalam pengambilan keputusan ini.

    "Keputusan penolakan berkaitan erat dengan track record Indonesia. Kita tahu mereka telah memporakporandakan Aceh, Timor Timur. Baru-baru ini juga terjadi kerusuhan di Papua," ujar El Fassed.

    Menurut anggota parlemen dari GroenLinks ini, penjualan tank kepada Indonesia berisiko besar terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Tank kemungkinan besar bisa dipergunakan untuk menghabisi para demonstran.

    "Kami di Eropa sudah menyepakati kriteria penjualan senjata dan alat-alat perang. Menjaga HAM adalah salah satu kriteria. Kami tidak ingin berpartisipasi jika kami merasa bahwa ada kemungkinan penyimpangan hak asasi manusia. Melihat situasi Indonesia saat ini, bagaimana mereka melecehkan hak asasi manusia, menurut kami sangatlah tidak bijaksana untuk menjual tank kepada Indonesia."

    Akhir November lalu, Menteri Pertahanan Belanda, Hans Hillen mengatakan kepada parlemen, pemerintah Indonesia menyatakan minatnya membeli sejumlah tank Leopard Belanda. Kementerian Pertahanan berniat menjual 60 tank Leopard lamanya pada Indonesia sebagai bagian dari langkah penghematan drastis.

    Menurut parlemen, penjualan alat utama sistem pertahanan (alusista), dalam hal ini tank, harus memenuhi kriteria internasional: penghormatan hak asasi manusia, patuhnya negara calon pembeli pada kewajiban internasional serta pada kondusifnya situasi politik dan kondisi keamanan negara.

    Pengamat militer Indonesia, Dr. Salim Said menyatakan sangat terkejut dengan keputusan yang dikeluarkan parlemen Belanda. Dia menyatakan baru mengetahui minggu ini rencana TNI membeli tank buatan Jerman itu dari pemerintah Belanda.

    "Saya pikir tidak ada masalah. Tapi ketika saya dengar Tweede Kamer (parlemen, Red.) Belanda menolak, nah ini berita yang mengejutkan. Lebih lagi, saya merasa hubungan kedua negara baik-baik saja. Menurut saya selama ini tentara Indonesia sudah bereformasi. Para pemimpinnya juga sudah generasi muda. Ini kan sudah lebih dari sepuluh tahun," kata Salim Said kepada Radio Nederland.

    Penolakan, menurut Salim Said bisa berakibat kurang sedap bagi hubungan kedua negara. Apalagi menurutnya, beberapa waktu lalu Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono sampai harus membatalkan kunjungannya ke Belanda.

    "Pasti akan berdampak. Apalagi di tengah situasi Papua yang lagi menghangat. Banyak kecurigaan di Indonesia bahwa ada elemen-elemen Belanda yang masih bermain di Papua sana yang mempersulit Indonesia dan pembatalan kunjungan SBY kemarin. Saya tidak terlalu tahu seberapa jauh dampak itu. Mudah-mudahan tidak terlalu jauh."

    Lebih jauh, Salim Said mengomentari penolakan parlemen atas dasar situasi politik dan keamanan Indonesia yang tidak kondusif sebagai "hal yang ajaib". "Indonesia aman-aman saja," ujarnya.

    Ekor Papua

    Salim Said tidak setuju jika alasan pelanggaran HAM di Indonesia menjadi alasan penolakan penjualan tank. Itu masa lalu. Kalaupun sekarang ada, tidak lagi seserius masa lalu, karena tentara sudah tidak terlibat.

    "Bahwa ada pergolakan, ada demonstrasi tiap hari di berbagai kota, itu kan ciri khas dari sebuah demokrasi. Di Belandapun sering terjadi begitu. Lagian, semua urusan demonstrasi adalah urusan kepolisian. Militer sudah menarik diri dari semua urusan keamanan dalam negeri dan dari campur tangan politik."

    Menurutnya ada kemungkinan informasi yang didapatkan pemerintah Belanda tidak akurat. Memang benar saat ini terjadi pergolakan di Papua, tapi ini harusnya dilihat sebagai campur tangan Belanda.

    "Sejak KMB (Konferensi Meja Bundar, Red.), Belanda selalu campur tangan terhadap integrasi Papua ke Indonesia. Ekornya sampai sekarang."

    Sebanyak 60 tank ingin dibeli Indonesia dari Belanda. Perlukan sebanyak itu? Ya, menurut Salim. "TNI lemah sekali persenjataannya. Lama sekali tidak dilakukan pembelian. Ini tujuannya untuk upgrade, pembaharuan. Kita tidak agresif, kita menjaga negeri kita. Demikian, Salim Said kepada Radio Nederland.

    Sumber : KOMPAS
    Readmore --> Partai Oposisi Belanda Tidak Setuju Dengan Penjualan Tank Ke Indonesia

    Wednesday, December 14, 2011 | 12:41 PM | 0 Comments

    Kemhan RI – Kemhan Turki Lakukan Pertemuan Kerjasama Bilateral

    Jakarta - Wakil Menteri Pertahanan RI (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin selaku wakil Menteri Pertahanan, Senin (12/12), menerima kunjungan Wamenhan Turki Hasim Kemal beserta rombongan di kantor Kemhan Jakarta yang dilanjutkan dengan pertemuan bilateral kedua negara.

    Pertemuan kedua Wamenhan kali ini bukan merupakan pertemuan komite bersama seperti yang tercantum dalam kesepakatan bersama kedua negara tetapi lebih merupakan pertemuan konsultasi bilateral antara Kementerian Pertahanan RI dan Turki.

    Dalam pertemuan tersebut terdapat dua agenda penting yang menjadi fokus pembicaraan, pertama mengenai review tentang perjanjian industri pertahanan kedua negara dan yang kedua adalah mengenai perkembangan protokol kerjasama industri pertahanan tahun 2011.

    Wamenhan RI mengusulkan agar kedua Kemhan segera merumuskan project agreement, sedangkan hal-hal teknis terkait dengan masalah internal antara Kemhan RI, PT Pindad dan TNI AD selaku pengguna (user) akan dilaksanakan secara pararel.

    Dikatakan Wamenhan RI bahwa kedua negara setuju untuk membuat kerangka project agreement dan kedua industri pertahanan sepakat untuk merealisasikan project agreement tersebut.

    Hadir dalam pertemuan tersebut diantaranya yaitu Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Puguh Santoso, S.T., Dirtekind Ditjen Pothan Kemhan Brigjen TNI Ir. Agus Suyarso dan Direktur PT Pindad Adik Avianto Soedarsono.

    Sumber : DMC
    Readmore --> Kemhan RI – Kemhan Turki Lakukan Pertemuan Kerjasama Bilateral

    English News : Is there a future for the country’s defense industry?

    Jakarta - Three state-owned companies in the defense industry are running low on manpower as budget constraints have hampered their ability to hire new talent and develop new research.

    With most of its company employees being older than 40, company executives at ship maker PT PAL Indonesia, weapons manufacturer PT Pindad and aircraft manufacturer PT Dirgantara Indonesia said they were concerned about their respective companies’ futures.

    PT PAL’s director for human resources and general affairs Sewoko Kartanegara said the company now employed 1,400 workers, far lower than the 6,000 it had in the 1990s. Among the workforce only 80 staffers, who are senior engineers and possess the requisite knowledge and skills in design, develop and build various kinds of ships.

    “The number of expert engineers is still sufficient to ensure the sustainability of our [ship] production line and maintenance services. But we can only rely on their services for a few more years, as the average age among them stands between 47 and 48 years old,” Sewoko said.

    The retirement age at the company is 55 but the company’s management can extend employees’ tenure if they are promoted and join the company’s board of directors.

    The firm, which derives most of its revenue from ship maintenance services, has also found it difficult to offer its employees competitive salaries.

    “We did raise the salary of low- and middle-ranking workers on promotion. But the salary gap between them is growing closer as we have failed to raise the salaries among our higher-level workers over the past several years,” Sewoko said. The company now needs at least Rp 8 billion (US$896,000) to pay for employees’ salaries and benefits per month.

    Operating on the verge of bankruptcy for more than a decade, Bandung-based aircraft maker Dirgantara has lost many of its key personnel.

    Dirgantara’s technology and business development director, Dita Ardonni Jafri, said the company currently had fewer than 900 engineers and technicians, much lower than the 2,000 skilled workers during the 1990s.

    “Should Dirgantara fail to secure any new aircraft development projects in the next two years, the company will potentially lose its ability to design and build aircraft, since our human resources will have no opportunity to catch up with the fast-changing, technological developments,” Dita said. The company has also been struggling with an aging workforce, with more than 70 percent of its 4,000 employees being over the age of 40.

    For Pindad, the key problem is the high price of imported materials.

    The exorbitant price of raw materials, including gunpowder and bullet casings, have sapped the company’s resources, which are needed to develop its human resources and improve its infrastructure.

    The company recently announced that it needed Rp 696 billion to build, among other things, a testing ground for armored personnel carriers, as well as to refurbish its aging production facilities in order to increase the company’s annual production capacity from 20,000 to 30,000 assault rifles, 18 million to 32 million 9-mm bullets and 50 million to 113 million 5.56-mm bullets, by 2013.

    The company also has an aging workforce problem. Pindad considers the average age of its 2,000-plus employees, which currently stands at 43, as a pressing problem.

    For the first time in many years, the company advertised new positions in September this year.

    “We expect to recruit between 50 and 70 newly graduated engineers,” said Pindad’s director for weapon-system products, Slamet Irianto.

    In their heyday between the 1980s and 1990s, PAL, Dirgantara and Pindad received generous financial support from the government via the then research and technology minister and head of the Strategic Industry Regulatory Body (BPIS), Bacharuddin Jusuf Habibie, who was also a close aide to president Soeharto. Habibie’s huge investment in the companies bore fruit in the early 1990s, when the local companies designed and produced the CN-235 cargo plane and the N-250 passenger aircraft, warships and various high-quality rifles and a range of ammunition.

    The companies’ fortunes plummeted in the period following the 1998 Asian financial crisis when the government, under pressure from the International Monetary Fund (IMF), cut its financial support to the companies.

    The companies soon faced long-standing financial problems and management woes, which led to the departure of their top experts and engineers.

    Without government support, PAL and Dirgantara have been beset by debt problems for more than a decade, while Pindad, although still in the black, has been operating on a shoestring budget.

    After more than a decade of mismanagement, the government, through state-asset management company PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), has recently introduced a restructuring program, by offering the ailing companies capital injections from the state budget and loan conversions. The target is simple: The companies must become primary suppliers of the Indonesian Military’s (TNI) primary weapons’ defense system by 2024.

    Source : TJP
    Readmore --> English News : Is there a future for the country’s defense industry?

    KSAU Ingatkan Agar Para Prajurit TNI AU Siap Hadapi Perang

    Jakarta - TNI AU sebagai organisasi perang harus mampu mengelola setiap unsur dari organisasinya agar siap menghadapi perang.

    "Memelajari perang aplikasinya dalam dunia nyata adalah sebuah keharusan," kata KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat dalam amanat tertulis yang dibacakan Wakil KSAU, Marsdya TNI Dede Rusamsi pada pembukaan Latihan Angkasa Yudha tahun 2011 di Seskoau, Lembang, Bandung, Selasa (13/12).

    Meskipun latihan Angkasa Yudha dilaksanakan dalam bentuk gladi posko dan TAMG (Tactical Air Manouvre Game), KSAU mengharapkan setiap personel harus terlibat serius dalam melaksanakan tugas dan perannya. “Latihan ini sebagai pijakan dalam penerapan prinsip “unity of command” yaitu dalam perang modern seluruh kekuatan udara harus berada di bawah satu kesatuan komando,” kata KSAU seperti dilansir dalam siaran pers yang diterima Jurnal Nasional, Selasa (13/12).

    Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi kemampuan dan kekuatan melalui “interoperability” seluruh kekuatan tempur TNI AU ini. Latihan ini mengangkat tema “Komando Tugas Udara (Kogasud) bersama dengan Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Melaksanakan Operasi Udara di Wilayah NKRI dalam rangka Mendukung Tugas Pokok TNI”.

    Sumber: JURNAS
    Readmore --> KSAU Ingatkan Agar Para Prajurit TNI AU Siap Hadapi Perang

    Tuesday, December 13, 2011 | 4:09 PM | 0 Comments

    Menhan : MEF Baru Tercapai Saat Restra Ketiga

    Jakarta - Alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia ternyata belum mencapai minimum essential force (MEF) atau kekuatan minimal yang dibutuhkan untuk mengawal kedaulatan wilayah di Tanah Air.

    Menurut Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro, Senin (12/12), Indonesia belum mencapai rencana strategis (resntra) tiga. Saat ini Indonesia dalam tahap renstra awal. Berdasarkan perhitungan Purnomo, renstra tiga baru bisa dicapai pada tahun-tahun medatang.

    Untuk mencapai renstra tiga, lanjut Purnomo di sela-sela pameran alutsista dalam rangka memperingati hari Nusantara XII di Dumai, Provinsi Riau, Indonesia akan menjajaki kerja sama pembuatan pesawat tempur dengan Korea dengan perbandingan kerja sama yakni 4:1. Artinya, jika direncanakan pembuatan pesawat tempur antara Indonesia dan Korea sebanyak 250 buah, Indonesia akan mendapatkan 50 pesawat dan Korea 200 pesawat. "Kerja sama itu akan kita jajaki," tegasnya.

    Purnomo menambahkan, di tahun mendatang, untuk mencapai MEF, Indonesia tidak harus lagi bergantungg pada negara lain. "Kita berharap dalam MEF ini kita bisa mandiri dan tidak tergantung negara lain. Semua dilakukan bertahap seperti panser dulunya impor tinggi, tapi sacara bertahap semuanya dibuat di Indonesia," tegas Menhan.

    Sumber : Media Indonesia
    Readmore --> Menhan : MEF Baru Tercapai Saat Restra Ketiga

    Menhan : Perkuat Alutsista dengan Kerja Sama Multinegara

    Dumai - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan Indonesia akan bekerja sama dengan banyak negara untuk memperkuat alat utama sistem senjata (alutsista) dan agar tidak tergantung hanya pada satu negara.

    Kerja sama multinegara tersebut juga untuk antisipasi embargo dari satu negara. "Kerja sama dengan luar negeri prinsip kita adalah kepentingan negara. Dari pengalaman, kita tidak ingin hanya bergantung dari salah satu sumber," ujar Purnomo seusai membuka pameran alutsista dalam rangka memperingati hari Nusantara XII di Dumai, Provinsi Riau, Senin (12/12).

    Bekerja sama dengan banyak negara seperti AS, Rusia, Korea, Inggris dan negara lain, lanjut Purnomo, merupakan strategi Indonesia untuk bisa tetap meningkatkan alutsista saat salah satu negara melakukan embargo. Indonesia masih bisa menjalankan sistem pertahanan bila diembargo oleh salah satu negara dengan tetap bekerja sama dengan beberapa negara.

    Persoalannya, bekerja sama mendatangkan alutsista dengan multinegara mengharuskan Indonesia menyediakan SDM yang cukup. Namun, menurut Menhan, kendala tersebut bukan tantangan berat.

    Dalam beberapa kejadian, Indonesia sudah mempraktikkan penggunaan pesawat tempur yang berbeda dari beberapa negara. Misalnya, sukoi dari Rusia, F16 dari AS, dan Hawk dari Inggris. "Itu bisa kita atasi. Prinsip kita adalah tidak tergantung pada satu negara. Dengan demikian, tidak heran di masa mendatang kita akan gunakan berbagai teknologi dari beberapa negara," ujarnya.

    Namun, ujar Purnomo, Indonesia saat ini tetap menginginkan peningkatan industri pertahanan untuk kesejahteraan. "Contohnya saja pada panser buatan Pindad dan penggunaannya sudah dilakukan di Indonesia. Kita ingin alutsista kita kembangkan dan itu juga bisa membangun perekonomian negara," ujarnya.

    Kekuatan Militer Ditingkatkan di Wilayah Strategis

    Indonesia terus meningkatkan kekuatan militer di wilayah strategis, salah satunya di kawasan Dumai, Riau.

    Hal itu diungkapkan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di sela-sela pameran alutsista dalam rangka memperingati hari Nusantara XII di Dumai, Provinsi Riau, Senin (12/12).

    Salah satu yang diupayakan yakni latihan bersama TNI di di Dumai. Latihan yang juga untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan.

    Indonesia, lanjut Panglima TNI, juga melakukan kebijakan latihan dengan luar negeri seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Sedangkan dengan Cina masih belum direncanakan.

    Sumber : Media Indonesia
    Readmore --> Menhan : Perkuat Alutsista dengan Kerja Sama Multinegara

    Komisi I : Remunerasi Kemhan/TNI Bisa Tingkatkan Teknologi Alutsista

    Jakarta - Pemberian remunerasi kepada Kemhan/TNI bisa digunakan untuk meningkatkan industri nasional dalam menguasai teknologi militer dan meningkatkan sistem pertahanan yang strategis.

    Anggota Komisi I DPR Mohammad Syahfan Badri Sampurno, mengatakan anggaran yang diberikan kepada Kemhan/TNI dalam bentuk remunerasi harus digunakan sesuai dengan koridor dan kepentingan lembaga pertahanan itu sendiri.

    Syahfan mengatakan DPR, khususnya Komisi I mendukung diberikannya remunerasi bagi Kemhan/TNI. Namun, semua itu tentunya harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan, kesejahteraan dan kepentingan Kemhan/TNI. Salah satunya ialah kerjasama pertahanan atau pengadaan Alutsista TNI dengan Korea Selatan dan negara sahabat lainnya.

    Alutsista TNI harus sesuai dengan penawaran, guna meningkatkan industri nasional dalam menguasai teknologi militer dan meningkatkan sistem pertahanan strategis, serta meningkatkan kemampuan industri nasional dalam merancang, mengawasi, memproduksi dan mengkritisinya.

    "Tentunya hal-hal yang disebutkan di atas bertujuan agar di masa mendatang tidak membawa dampak yang merugikan bangsa Indonesia," kata Syahfan Badri Sampurno melalui rilis, Senin (12/12/2011).

    Syahfan mengatakan, terkait kenjasama dengan Korsel dan negara sahabat lainnya. Komisi I tetap akan mengkritisi dan mengawasi agar tidak terjebak pada kesalahan dan merugikan bangsa kita dikemudian hari.

    Adapun, mengenai rencana Kemhan/TNI untuk melakukan pinjaman Luar Negeri dalam pengadaan Alutsista, menurut Anggota F-PKS ini tetap harus memperhatikan skala prioritas terlebih dulu. Terutama sesuaiu dengan rencana MEF, bukan barang rongsokan, tidak mengganggu atau membebani APBN, serta ada proses alih teknologi (join production).

    Oleh karena itu, jika menguntungkan bangsa Indonesia maka akan disetujui. “Tetapi kalau merugikan postur anggaran, tentunya DPR tidak akan menyetujuinya. Karena hal ini menyangkut uang rakyat,” jelasnya.

    Sumber : OKEZONE
    Readmore --> Komisi I : Remunerasi Kemhan/TNI Bisa Tingkatkan Teknologi Alutsista

    Monday, December 12, 2011 | 9:26 PM | 0 Comments

    Sejumlah Alutsista penting bertambah setiap tahun

    Cimahi - Setiap tahun anggaran baru, TNI-AD akan terus menambah alutsista (alat utama sistem persenjataan) guna menuju minimum esensial (minimum essential force).

    Demikian ditegaskan oleh Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Budiman kepada wartawan usai menghadiri gladi kotor upacara Hari Juang Kartika 2011 di Lapangan Mako Brigif 15 Kujang Cimahi, Jawa Barat, Senin.

    "Untuk tahun 2012 kita akan mendatangkan 100 tank Leopard 2A6 buatan Jerman. Kita sengaja membeli tank jenis itu, karena saat ini jenis itu merupakan tank terbaik yang ada di dunia. Dan kemampuan alat tempur kita harus terus dibenahi," ujarnya.

    Menurutnya, salah satu alasan TNI AD membeli alutsista dari luar negeri karena sejumlah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang ada seperti PT Pindad, LEN, PAL, dan Kojabahari belum mampu menciptakan sistem persenjataan serupa. Meskipun terpaksa membeli Alutsista produk asing, pihaknya selalu menerapkan persyaratan transfer of technology.

    "Kalau pun kita terpaksa harus membeli persenjataan dari luar, kita syarakatkan kepada produsennya untuk mau transfer ilmu pengetahuan kepada kita. Makanya, saat melakukan pembelian kita sengaja bawa tenaga ahli dari Pindad dan BUMN lainnya agar bisa mengadopsi teknologi yang telah negara lain gunakan," ujarnya.

    Ia menargetkan bahwa hingga 2014 mendatang sejumlah alutsista penting yang dibutuhkan TNI AD sudah bisa terpenuhi secara bertahap tiap tahunnya.

    Menurutnya, pemenuhan alutsista merupakan tahap terakhir yang dilakukan TNI AD setelah fase pembangunan dan peningkatan SDM (sumber daya manusia) dilakukan dan kesejahteraan prajurit terpenuhi.

    "Dalam rangka meningkatkan SDM kita benahi dengan peningkatan lembaga pendidikan yang ada. Latihan tempur dan anggaran pendidikan untuk hal ini sudah kita tambah. Meski demikian mengenai anggaran detail untuk pendidikannya tidak bisa saya sebutkan," ujarnya.

    Begitu juga dengan kesejahteraan sudah dipenuhi oleh pemerintah. Prajurit telah diberi remunerasi yang cukup termasuk memperhitungkan bagi mereka yang telah berkeluarga dan biaya pendidikan anaknya.

    Sedangkan mengenai peringatan Hari Juang Kartika 2011 yang digelar di Cimahi, menurutnya akan melibatkan sedikitnya 4.000 prajurit termasuk dari kalangan sipil seperti FKPPI dan Angkatan Muda Siliwangi. Hari Juang Kartika merupakan peringatan Hari Jadi Angkatan Darat.

    "Meskipun hari jadi, dalam pelaksanaannya kita akan lakukan secara sederhana di berbagai bidang. Apa yang ada dan miliki akan kita tampilkan tanpa harus melebih-lebihkan dengan memaksa memanggail satuan di luar Cimahi," ujarnya.

    Sumber: Antara
    Readmore --> Sejumlah Alutsista penting bertambah setiap tahun

    KSAD : TNI AD Pilih Leopard Karena Merupakan MBT Yang Terbaik

    Jakarta - Tentara umumnya menyenangkan bila bikin janji: selalu tepat waktu. Persis pukul sebelas siang—seperti yang dijadwalkan— Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo menerima Tempo di kantornya, Markas Besar AD, Jalan Veteran, Jakarta. Tempat itu hanya berjarak beberapa ratus meter dari kantor abang iparnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Istana Negara.

    Tidak seperti SBY yang jangkung dan besar, tinggi Pramono Edhie layaknya kebanyakan pria Indonesia, sekitar 165 sentimeter. Tubuh masih selangsing ketika dia lulus Akademi Angkatan Bersenjata RI pada 1980. Wajahnya, terutama mata, amat mirip ayahnya, Jenderal Sarwo Edhie Wibowo.

    Sebelum pertanyaan pertama terlontar, dia mengajukan dua syarat. Pertama, dia tak mau fotonya ada di halaman wawancara. “Saya tidak mau dianggap lagi jualan,” kata dia. Syarat kedua: “Saya tidak mau ditanya soal politik.” Soal politik yang dimaksud adalah tentang isu bahwa dia akan dicalonkan dalam pemilihan presiden 2014.


    Syarat ini juga berat, karena inilah salah satu hal penting yang ingin kami tanyakan sejak saat dia dilantik menjadi Kepala Staf, enam bulan lalu. Maklum, sebagai adik Ani Yudhoyono, banyak yang menganggapnya sebagai “putra mahkota” Cikeas.

    Hal lain yang juga ingin kami tanyakan saat ini, yaitu soal pembelian senjata dan peralatan militer TNI Angkatan Darat secara besar-besaran tahun ini. Anggaran yang sudah disetujui parlemen untuk pembelian senjata selama tiga tahun ke depan Rp 14 triliun. Sebagian uang itu—US$ 280 juta (Rp 2,5 triliun) akan dibelikan seratus tank tempur (main battle tank) Leopard 2A6 buatan Jerman. Berbeda dengan para tetangga—Singapura, Malaysia, dan Thailand—yang telah memiliki puluhan bahkan ratusan tank besar sekelas itu, Indonesia hanya memiliki tank ringan.

    Pembelian alat militer dalam jumlah besar seperti itu adalah gula yang terlalu menggiurkan untuk dilewatkan para makelar senjata. Bagi penghubung antara produsen senjata di luar negeri dengan TNI, rencana pembelian senjata besar-besaran ini adalah proyek yang bisa menjamin kesejahteraan tujuh turunan mereka. Bayaran untuk mereka cukup besar. Kalau 5 persen saja mereka bisa peroleh, maka Rp 700 miliar sudah pasti bisa dikantongi. Siapa tak ngiler? Soal fee untuk para perwira dan pejabat tinggi yang meloloskan, juga bukan rahasia lagi.

    Untuk hal ini sang jenderal bersedia menjawab. Ia bahkan memilih topik ini sebagai “medan pertempuran” pagi itu. Selain meminta para perwira tinggi yang terlibat pembelian senjata menemani, di belakang kepalanya tersusun rapi dua buku—The Military Balance 2011 dan Leopard 2. Kacamata baca dan secarik kertas catatan tergeletak di atasnya, tanda dia baru saja mempelajari kedua buku itu.

    Maka, proses pembelian senjata yang biasanya ditutup rapat-rapat, pagi itu ia beberkan.Perbincangan 89 menit yang amat menarik hingga kami—Tomy Aryanto, Setri Yasra, Fanny Febiana, Yogita Lal, Qaris Tajudin, dan juru foto Jacky Rachmansyah—lupa meminum teh hangat yang disediakan.

    Apa alasan TNI AD membeli sejumlah peralatan militer baru, termasuk tank Leopard?

    Pertama, alhamdulillah kami mendapat anggaran yang cukup besar dari negara, sesuai dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang baik. Tapi, kalau dibandingkan dengan pembelian peralatan dan senjata Angkatan Laut atau Udara, anggaran kami yang terkecil. Ini karena peralatan militer yang mereka butuhkan memang membutuhkan teknologi tinggi. Pesawat tempur, kapal laut, kapal selam, itu cukup mahal.

    Kedua, untuk menentukan apa yang harus dibeli, saya harus melihat imbangannya pada kawan-kawan kami dari negara sahabat. Jangan diartikan, saya membeli untuk menyaingi mereka. Bukan. Saya membeli, untuk menyamakan kemampuan.

    Malaysia, sudah punya puluhan main battle tank, demikian juga dengan Singapura. Thailand, sudah memiliki lebih dari 200 tank besar—meski sebagian adalah hadiah Amerika dari perang Vietnam. Kita, cuma punya light tank, tank ringan. Enggak imbang. Akibatnya, kita tidak pernah latihan bersama dengan teknologi yang sama.

    Kapan terakhir kali membeli tank?

    Cukup lama kita tidak membeli peralatan militer besar, karena keadaan ekonomi. Kalau dihitung, terakhir kita membeli peralatan militer dalam volume besar untuk Angkatan Darat itu 20 tahunan. Kalau hanya senjata dan alat infantri, ya tiap tahun kita perbarui. Kapan terakhir kali kita membeli tank? Scorpion, itu zaman Pak Harto, jauh sebelum dia turun.

    Apakah tank itu memang kita butuhkan?

    Membangun tentara itu, pertama adalah memilih personel. Saya di Angkatan Darat, tidak ada kendala memilih personel. Kalau ingin mendapatkan 200 tantama, yang mendaftar 4.000. Setelah personel dipilih, mereka dilatih, lalu dilengkapi. Nah, di situ masalahnya.

    Seperti apa sih kondisi persenjataan kita saat ini dan idealnya itu seperti apa?

    Pembangunan persenjataan itu sangat tergantung pada anggaran dari pemerintah. Ada kebijakan TNI untuk memberlakukan minimum essential force . Kelas kita memang masih minimal, bukan idealnya. Batalion kavileri Angkatan Darat itu ada lebih dari 10, yang baru saya mau belikan baru dua batalion. Itu minimum. Tapi kita kan harus mulai.

    Tank yang Anda pilih besar sekali?

    Ada beberapa orang yang memang menyampaikan kepada saya: "Tankmu kebesaran." Kok kita mau beli dibilang kebesaran, wong semua orang di kawasan ini sudah lama menggunakannya. Perang tank itu ya tank lawan tank. Kalau tank kita 76 (ton) dan di sana 105 atau 120, kita belum lihat tank mereka, sudah ketembak dulu he-he-he. Ya enggak imbang dong.

    Tank kan macam-macam, ada Abrams dari Amerika, ada Leclerc dari Prancis, ada dari Rusia. Kenapa Angtan Darat memilih yang dari Jerman?

    Leopard adalah tank yang dipakai 15 negara di dunia. Kalau orang pakai (mobil) Mercy, kita tidak perlu lagi uji-uji lagi. Mercy punya kelas tersendiri. Kalau Leclerc, memang besar, tapi yang pakai berapa negara? Tidak banyak.

    Wakil Kasad Letjen Budiman: "Sebenarnya Leopard adalah tank terbaik di dunia, Abrams kalah. Saya pernah bawa Abrams waktu sekolah di Amerika. Leopard dari segi efisiensi bahan bakar, kelincahan manuver, ini terbaik. Saya kemarin pakai Leopard A5 saja, direktur Pindad geleng-geleng. Itu lebih sip dari mobil sedan, padahal dibawa ke medan yang luar biasa."

    Bagaimana dengan Abrams?

    Itu juga hanya sekutunya—seperti Israel atau Australia—yang diberi. Kita kan tidak dianggap bagian dari “sekutu” mereka. Kalau mereka membolehkan kita beli dan harga bersaing, ya saya mau.

    Soal harga?

    Untuk harga beliau (Wakil Kasad Letjen Budiman) yang menjawab.

    Budiman menjelaskan bahwa harga Leopard 2 yang baru amat mahal, "Kita tidak mampu membelinya." Indonesia lalu membeli tank Leopard 2A6 bekas milik Belanda. Mereka akan melepas 150 Leopard buatan tahun 2003 itu. "Tank ini tidak pernah dipakai perang, tidak pernah dipakai latihan besar-besaran. Itu dalam garasi yang sangat terpelihara. Permintaan mereka: bersedia G to G (antar pemerintah, tanpa perantara)? Saya bilang ya. Bersedia tidak ada fee dan uang apa-apa? Saya bilang ya. Oke, kalau you bersedia, ini harga yang saya tawarkan."

    Berarti ada anggaran yang tak terpakai?

    Jadi awalnya itu kami mengajukan anggaran untuk 44 unit dengan harga US$ 280 juta. Kami laporkan kepada pemerintah, dialokasikan. Ternyata, setelah tim ini kembali, kami dapat 100. Wah, kita kayak ketiban rejeki, bukan ketiban duren. Kenapa tidak? Ya kan enggak salah toh kami. Saya tidak bisa bilang ini kelebihan, wong ini masih belum memenuhi untuk minimun essential force.

    Bisa bayangkan, kalau dengan US$ 280 juta saya bisa membeli tank yang jumlahnya dua kali lipat, berarti kan keuntungan US$ 140 juta, Rp 1,3 triliun. Wah, saya beli apa saja bisa. Tapi kan saya jadinya durhaka. Enggak, enggak, enggak boleh begitu.

    Jadi ini betul betul bebas broker?

    Bebas sama sekali. Antar pemerintah.

    Kenapa Wakasad yang memimpin tim pembelian?

    Bukan saya tidak percaya orang lain, seperti Asisten Perencanaan dan Asisten Logistik. Ini karena kebijakannya bersifat sangat strategis. Sehingga harus wakasad yang memimpin. Saya yang menentukan kebijakan di belakang, supaya tidak terkontaminasi.

    Tapi sebenarnya semua itu ada hitungannya. Jadi begini, kami semua di Angkatan Darat sepakat, untuk membangun TNI itu tidak murah, karena dana negara juga tidak banyak. Kami sepakat, ketika kita sudah diberi pangkat, remunerasi (penambahan gaji), semua penyimpangan itu harus dihilangkan. Sekarang yang ada hanyalah pengabdian. Tidak boleh lagi mengambil dari negara, karena negara sudah memberi.

    Untuk peralatan lain juga begitu?

    Saat saya di Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), pernah membeli alat bidik untuk senjata Pindad. Karena alat bidiknya canggih, kita belum bisa buat, ya kita beli dari luar. Harganya, awalnya ditawarkan Rp 24 juta per unit. Saya merasa harga ini kemahalan, karena saya bisa buka di internet, harganya enggak segitu. Saya tidak mau, saya perintahkan staf saya telepon ke Amerika. Mereka bilang: "Kami sudah punya agen di Indonesia dan Singapura." Saya bilang, "Saya tidak mau, karena harganya kemahalan." Saat saya bilang harganya Rp 24 juta, dia bilang, "Waduh ya memang terlalu mahal." Allah memberi jalan. Saya jadi Kepala Staf AD, asisten logistik saya diundang ke Amerika. Saya tugaskan, cari pabrik alat bidik itu, ternyata harganya US$ 900 (Rp 8,2 juta). Bisa dibayangkan, kalau dinaikkan tiga kali lipat, saya hanya bisa membeli peralatan untuk 1 batalion, padahal seharusnya bisa untuk 3 batalion.

    Artinya, seluruh kegiatan pengadaan alutista tanpa broker?


    Kita usahakan.

    Bagaimana dengan perawatannya? Kalau nanti kita butuh spare part, kan harus berhubungan dengan broker lagi?

    Nah, ini kebijakan saya juga. Niatkan, 30 persen belikan spare part. Tiga tahun, empat tahun, lima tahun, ndak mikir aku. Sebenarnya sudah ada aturan kalau membeli barang, 30 persen sisakan untuk suku cadang. Tapi, selama ini belum dilakukan. Saya hanya mengembalikan aturan yang lama. Karena saya menganggap itu yang benar.

    Sekarang, kalau membeli barang harus sekalian sama pelurunya dan suku cadangnya. Jadi, anak-anak enggak boleh berpikir lagi, baru sekian bulan dipakai sudah rusak, enggak bisa diperbaiki. Pelatihan driver, gunner, pemimpin kendaraan, sampai teknik bertempur, manuver, dan montir. Itu masuk dalam perjanjian.

    Setelah tiga tahun bagaimana?

    Saya pensiun ha-ha-ha.

    Kapan tank Leopard datang dari Belanda?


    Kalau didukung, proses pembayaran cepat, tahun depan sudah ada. Wong itu tank sudah ada di dalam gudang kok.

    Akan ditaruh di mana saja?

    Semuanya di Jawa, karena cukup besar.

    Tidak di perbatasan?

    Kalau di perbatasan kurang bijak, karena kok kayaknya mancing-mancing kekeruhan ha-ha-ha. Kita tidak pernah melihat kawan-kawan kita sebagai musuh.

    Dengan pembelian ini kita sudah bisa mengimbangi?


    Alhamdulillah sudah. Malaysia punya 64 main battle tank dari Rusia T-91.

    Selain tank, sisa anggaran akan diapakai untuk membeli apa?

    Ada sejumlah peralatan yang juga akan diganti, yaitu arhanud, pertahanan serangan udara. Pesawat tempur sekarang sudah supersonic, senjata yang kita miliki masih peluru. Harusnya peluru kendali (rudal). Kami juga beli ini dari Prancis, mereknya Mistral. Mistral itu 95-99 persen pas di sasaran. Tapi cukup mahal.

    Kami juga mengganti armed, meriam. Sampai saat ini kita belum punya kaliber 155 yang masuk kategori heavy caliber. Alhamdulillah, kami awalnya alokasikan untuk 1 batalion, tapi dapatnya 2 batalion. Jarak tembaknya akurat, produknya Prancis, combat proven, sudah dibawa ke Afganistan. Kita juga membeli MLRS, multi louncher rocket system. Ada dua negara yang kita dekati, Brazil dan Amerika Serikat. Rusia itu memang bagus, tapi harus lewat mafia yang harganya enggak tetap.

    Wah, kayaknya siap perang. Kenapa beli meriam juga?

    Meriam 76 itu adalah meriam Yugoslavia. Itu dari zaman Pak Karno. Ada seorang letnan, begitu lulus akademi militer menembakkan meriam 76. Ketika dia pensiun, meriamnya belum pensiun. Tiga puluh tahun! Kita enggak boleh dong begitu terus.

    Dengan banyak merek, apa perawatan tidak repot?


    Kita sudah terbiasa dengan perawatan produk yang bermacam-macam, karena teknologi berkembang.

    Tidak ada penolakan dari parlemen negara produsen?

    Dari Prancis tidak ada penolakan, Inggris tidak, Belanda segera menindaklanjuti, Jerman juga tidak masalah. Masalah hanya ada saat membeli helikopter Apache. Sebenarnya produsen Apache sudah memberi harga fix kepada kita, tapi parlemen Amerika Serikat masih mempertimbangkan soal keseimbangan kawasan. Singapura yang sekutu merka baru punya dua, kita mau beli delapan.

    Biasanya Amerika kan agak bawel soal aturan penggunaan senjata. Bagaimana mengatasinya?


    Ya memang, seperti Amerika dulu ada aturan salah satu senjata berat mereka tidak boleh dipakai di Papua. Lah, buat apa juga kita menembak rakyat sendiri pakai roket? Jadi, aturan dari mereka sebenarnya juga tidak terlalu membatasi kita.

    Tentang Papua, apakah ada perubahan kebijakan?


    Yang signifikan tidak ada. Ada penambahan pasukan? Tidak ada, kami merasa cukup yang ada di sana. Kami merasa hal ini harus diselesaikan bersama-sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat. TNI tidak bisa sendiri. Dengan adanya dialog, Anda maunya apa sih? Kita cari jalan keluar.

    Bagaimana dengan penembakan yang dianggap melibatkan Kopasus?

    Sampai saat ini kalau ada kejadian, saya bertanya, "Anggota saya atau tidak di sana?" Kalau bukan, saya ambil kesimpulan, ada satu tindakan yang dilakukan kelompok lawan kita. Tapi penanganannya kan tidak bisa langsung diserang. Kita juga tentara yang dilatih dengan benar, tidak boleh melakukan sesuatu yang tidak benar. Saya juga kemarin agak kaget manakala banyak yang jadi korban dalam pengibaran bendera bintang kejora. Dicek pelurunya bukan peluru organik kita. Kalau tuduhannya TNI merekayasa, silahkan cek.

    Anda menganggap operasi militer akan bisa menyelesaikan Papua?


    Tidak. Penanganannya harus menyeluruh. Coba, berapa dana yang sudah diberikan ke sana, ke putra daerah, lewat otonomi khusus? Ke mana saja dana itu? Sekian triliun rupiah tidak ada bentuknya. Kalau dulu, bukan sekarang, dana pemerataan uangnya dibawa bupati dan dibagi-bagi. Rakyat yang terima kan tidak dididik untuk menggunakannya dengan benar. Kalau saya kok ngeri ya korupsi seperti itu.

    Kembali ke soal senjata. Bagaimana kami bisa yakin Anda tidak diuntungkan dalam pembelian senjata?

    Saya mencoba untuk terbuka, siap diaudit setiap saat. Kalau sekarang saya berusaha terbuka, semua bisa terlihat. Boleh ditanya saya dapat berapa persen dari pembelian ini. Saya tidak punya beban untuk menyerahkan pembelian tank itu kepada orang lain jika mereka bisa mendapatkan jumlah yang lebih banyak dengan spesifikasi yang sama.

    Empat tahun lalu, kami mebeli truk harganya Rp 600 juta. Sekarang saya beli truk dengan spesifikasi yang sama, pasti lebih mahal dong. Tapi, saya bisa dapatkan dengan harga yang sama, Rp 600 juta. Jumlah yang seharusnya disiapkan 79 truk, setelah mendapatkan harga yang lebih murah, menjadi 113 unit. Ini berarti waktu empat tahun lalu kita beli itu keuntungan mereka luar biasa.

    Tapi jujur saya katakan, ini tidak mudah. Tapi kami sudah bertekad.

    Wakasad: "Sekarang kami bertekad untuk menegakkan aturan. Kalau (pelaku penggelapan) harus dicopot ya dicopot, tidak peduli siapa, bahkan jika itu orang dekat beliau (Kasad)."

    Selama enam bulan menjabat, berapa orang yang dicopot?

    Belum ada, karena kan saya untuk sementara ini kalau ada yang tidak beres, saya bilang: "Cek ulang, kamu melakukan perhitungan yang salah." Saya tidak tuduh dia kongkalilkong dengan broker. Saya beri kesempatan lah. Teapi kalau sudah saya ingatkan, tetap kau lakukan, oh tidak ada alasan, tak ada maaf. Saya tidak menunggu waktu, karena ini harus dilakukan. Ternyata saya beri aturan seperti ini, mereka jelas, ketemu kok. Saya sudah enggak utak-utik lagi, oh berarti kamu sudah mengerti kan? Tidak bijak juga kalau langsung dihantam. Saya juga harus keras kepada diri saya.

    Maksudnya keras?

    Saya tidak boleh macam-macam. Kalau saya dikasih duit, saya tanya ini dari mana? "Ya pak, sisa yang dulu." Tidak boleh. Tapi kesenangan saya juga enggak macam-macam kok, jarang karaoke, tidak main golf.

    Hobi?

    Naik sepeda. Sepeda saya cuma berapa perak. Saya tidak mau pakai sepeda mahal, kuatir hilang, malah stres, sakit jantung ha-ha-ha. Saya juga tidak hobi motor besar, karena tidak ahli naik motor. Kedua, saya kan tidak enak kalau naik motor sendiri. Harus ada istri saya. Kalau dia naik, enggak mampu dia, kerokan nanti, masuk angin ha-ha-ha. Tidak lah, saya yang biasa-biasa saja. Kalau sepeda kan enggak mungkin bonceng orang lain, berat. Sepeda juga mountain bike yang biasa, bukan downhill. Saya kan sudah tua (56 tahun, lahir 5 Mei 1955), sudah mulai ngukur kuburan berapa meter. Kalau enggak ingat begitu, pasti pengen-nya macam-macam.

    Itu kan kata bapak, sudah tua, orang lain mungkin menganggap bapak 2014 masih bisa jadi presiden....

    Oh, no-no-no. Saya sangat senang jadi jenderal. Saya hanya ingin menutup pengabdian ini dengan kehormatan. Sehingga anak cucu saya melihat saya bangga. Saya tidak mau bicara politik karena saya tentara.

    Dulu tahun 2003 SBY juga ngomong gitu


    Mungkin dulu jadi presiden enak, tapi sekarang enggak enak. Kalau tentara itu jelas pegangannya. Sapta marga enggak dijalanin, plak (tampar). Sumpah Prajurit enggak dijalanin, plak. Tapi, tuntutan rakyat, waaah bisa bikin kita sakit. Pernah enggak ada yang menanyakan bagaimana perasan SBY menahan itu semua?

    Jadi, SBY sering curhat nih?


    Lah, enggak boleh diceritain dong ha-ha-ha.

    Sumber : TEMPO
    Readmore --> KSAD : TNI AD Pilih Leopard Karena Merupakan MBT Yang Terbaik

    Panglima TNI : Alutsista TNI Perlu Ditambah

    Jakarta - Alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia belum mencukupi untuk mencapai minimum essential force. Karena itu, Indonesia butuh penambahan alat pertahanan di tiga angkatan TNI.

    "Kita belum mencapai minimum essential force, masih harus ada penambahan," ujar Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, usai menyaksikan atraksi terjun payung 416 prajurit TNI Angkatan Udara di Bandara Dumai, Provinsi Riau, Sabtu (10/12).

    Menurut Agus, hal ini disebabkan penganggaran yang direncanakan belum memenuhi target percepatan pemenuhan alutsista Minimum Essential Force/Kebutuhan Anggaran Minimal (MEF) Komponen Utama yang direncanakan pada tahun 2012.

    Agus menjelaskan saat ini alutsista kita belum mencapai tiga rencana strategis (renstra) untuk bisa dikatakan maksimal. Alutsista yang ada saat ini masih dalam tahap permulaan. Indonesia masih perlu melakukan peningkatan bertahap.

    "Baru mencapai tahap awal dan belum penuhi tiga renstra," tegasnya.

    Peningkatan tersebut tergantung penganggaran yang dikeluarkan oleh negara dalam APBN.

    "Untuk 2012-2014 kami ingin ada peningkatan, tetapi tergantung pada kesiapan negara dalam menyediakan anggran untuk pertahanan," ujarnya.

    Sebelumnya, di DPR RI, berdasarkan laporan Menteri Pertahanan (Menhan) dalam pengajuan anggaran dan Rencana Awal Kerja Pemerintah Tahun 2012, Kemenhan dan TNI mendapat alokasi anggaran Rp61,5 triliun atau naik sekitar 29,5% dari sebelumnya Rp47,5 triliun.

    Namun, dari kenaikan tersebut, sebagian besar digunakan untuk belanja operasional seperti gaji pegawai dan belanja barang operasional. Sedangkan, program Pemenuhan Alutsista MEF Tahun 2012 baru dianggarkan Rp6 triliun.

    Sumber : Media Indonesia
    Readmore --> Panglima TNI : Alutsista TNI Perlu Ditambah

     

    Pengikut

    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.