Deputi Direktur Jenderal Pusat Tindakan Ranjau Kamboja (Cambodian Mine Action Center/CMAC), Oum Phumro, mengatakan, dalam masa enam bulan tahun ini, para penjinak ranjau telah membersihkan sekitar 30 kilometer persegi lahan dari ranjau dan menghancurkan lebih dari 80.000 ranjau darat dan alat perang lain yang belum meledak.
CMAC merupakan badan pemerintah urusan ranjau dan merencanakan dalam 2010 dapat membersihkan sekitar 425 ladang ranjau.
Ranjau darat dan alat perang yang belum meledak masih tertanam di sejumlah kawasan di Kamboja, yang merupakan warisan dari tiga dekade perang dan konflik sipil yang berlangsung hingga akhir 1998.
Kamboja telah membersihkan sekitar 450 kilometer persegi dari lahannya, menemukan dan menghancurkan 2,7 juta ranjau dan alat perang lain yang belum meledak.
Saat ini terdapat 670 kilometer persegi lahan lagi di Kamboja yang masih tertanam ranjau yang perlu dibersihkan.
Awal Mei lalu, lima pekerja perkebunan tewas setelah kendaraan mereka menabrak sebuah ranjau anti-tank kuno di bekas kubu pertahanan Khmer Merah.
Sopir mobil dan dua perempuan tewas seketika dalam ledakan di provinsi Pailin, kata Leng Sochea, Wakil Sekjen Pelaksana Tindakan Ranjau (MAA).
Dua orang lainnya meninggal kemudian di rumah sakit dan delapan lainnya cedera, katanya.
Rezim Khmer Merah telah ditumbangkan pada 1979, tetapi pemberontakan sipil masih terus berlangsung hingga 1998, dan membuat Kamboja yang miskin itu menjadi salah satu negara di dunia yang daratannya tertanam ranjau warisan perang.
Wilayah dengan luas sekitar 670 kilometer persegi masih perlu dibersihkan dari alat-alat peledak itu, kata Perdana Menteri Hun Sen.
Menurut Palang Merah Kamboja, jumlah korban tewas berkaitan dengan ledakan ranjau turun menjadi 200 orang pada kurun 2008-2009, dari 800 kasus setiap tahun pada periode 2005-2006.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment