Jakarta, Kompas - Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat menyepakati program kerja sama ekspedisi laut selama tiga tahun, 2010 hingga 2012. Ekspedisi laut dalam perairan Sangihe Talaud, Sulawesi Utara, yang berlangsung 24 Juni hingga 8 Agustus 2010, akan dilanjutkan pada tahun berikutnya ke wilayah perairan Halmahera, Maluku Utara.
”Keputusan terakhir akan ditentukan Oktober nanti,” kata Kepala Balai Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan Gellwynn Jusuf, Selasa (10/8) di Jakarta.
Gellwynn mengatakan, rencananya wilayah ekspedisi secara menyeluruh dari Sangihe Talaud menuju timur hingga wilayah utara Papua. Tujuan ekspedisi masih sama, yaitu mengungkap kekayaan keanekaragaman hayati laut dalam dan menelusuri gunung-gunung api bawah laut, serta pemetaan batimetri—pemetaan dasar laut.
Ekspedisi direncanakan tetap menggunakan kapal riset Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan kapal riset Okeanos Explorer milik AS. Kapal riset AS tak akan mengambil sampel secara fisik terhadap biota laut dan kandungan mineral, tetapi merekam video hingga mencapai kedalaman 6.000 meter.
Direktur Tata Ruang Laut, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Eko Rudianto mengatakan, batimetri atau pemetaan dasar laut keseluruhan hingga sekarang belum dimiliki. Pemerintah memiliki data sebatas untuk pertahanan dan keamanan, yang belum bisa diakses publik.
Menurut Eko, tata ruang laut memiliki fungsi pengaturan ruang pemanfaatan, penentuan alur laut untuk pelayaran dan infrastruktur seperti kabel bawah laut, penentuan kawasan konservasi, serta kawasan strategis nasional tertentu. Fungsi itu bisa dipenuhi oleh data hasil ekspedisi laut dalam Sangihe Talaud (Index Satal 2010).
Tim peneliti Okeanos Explorer berhasil mendokumentasikan enam gunung api bawah laut, sedangkan Baruna Jaya IV menemukan dua gunung api bawah laut. Selain itu, ditemukan pula ratusan jenis biota laut. Menurut peneliti pada BRKP, Salvienty Makarim, spesies baru dari ratusan jenis biota laut dalam hingga 3.500 meter lebih banyak dimungkinkan pada jenis-jenis koral yang bertahan hidup secara kemosintesis—hidup tanpa sinar matahari dan hanya mengandalkan proses kimia.
”Penentuan spesies baru yang didokumentasikan Okeanos Explorer memakan waktu lama karena tidak ada sampelnya,” kata Salvienty.
Kepala Tim Peneliti Baruna Jaya IV Wahyoe Pandoe mengatakan, timnya mengambil sampel biota laut dalam sebanyak 52 jenis biota laut. Diduga ada delapan spesies baru atau belum diketahui.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment