"Kekuatan militer adalah salah satu kekuatan agar bangsa ini dihormati. Banyak TKI kita disiksa di Malaysia, Singapura menolak meratifikasi ekstradisi karena mereka tahu, militer kita lemah," katanya dalam diskusi bertema "Ketahanan Ekonomi dan Kemandirian Bangsa" di Jakarta, Kamis.
Mantan menteri kabinet reformasi pembangunan itu menambahkan, lemahnya militer Indonesia membuat wilayah perbatasan dengan negara tetangga rawan.
"Malaysia berani karena dia tahu peralatan kita sudah usang dan lapuk," katanya.
Ia mengemukakan, selama ini kerja sama militer Indonesia dan AS tidak pernah menguntungkan Indonesia, namun lebih menguntungkan negara adidaya tersebut.
Ia mencontohkan hibah Jet F16 yang sudah tua oleh AS kepada Indonesia. Hibah tersebut juga diikat dengan fasilitas pembelian suku cadang dan perawatan pesawat yang sudah usang itu ke AS.
"Jadi kita hanya diperdaya saja, daripada F-16 nganggur dan tidak menghasilkan laba industri militernya, terus lebih baik dihibahkan saja dan mereka bisa jual onderdil dan jasa perawatannya. Armada kita tidak pernah besar karena bekerja sama dengan AS," katanya.
Sedangkan Guru Besar FISIP Universitas Indonesia Amir Santoso mengatakan, militer Indonesia saat ini lebih banyak menggantungkan diri dari hibah dan pembelian peralatan dari luar negeri.
"Padahal sumber daya yang kita miliki ini cukup besar, dan kita harusnya mampu untuk membangun industri militer yang lebih canggih," kata Rektor Universitas Jayabaya itu.
Ia pun sangat menyayangkan pemerintah yang saat ini yang kurang peduli terhadap kemajuan industri untuk peralatan militer.
"Sementara kita lihat negara-negara tetangga kita, mereka berpacu membuat peralatan dan perlengkapan militer yang lebih canggih, lebih hebat, kita malah menunggu bantuan asing," katanya.
Ia menambahkan, Indonesia sebenarnya juga mampu untuk membuat jet tempur yang canggih, sebab banyak orang cerdas di Indonesia.
"Persoalannya kita mau tidak untuk itu, itu kemauan dari pemimpinnya," katanya.
Sumber: YAHOO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment