SEOUL, SENIN - Pemerintah Amerika Serikat beserta sejumlah negara sekutu gusar soal kemampuan dan penguasaan teknologi nuklir Korea Utara. Mereka juga gusar dengan fasilitas pengayaan uranium yang dikuasai dan dimiliki Korut.
Mereka mengatakan, kemampuan pengayaan nuklir Korea Utara berpotensi besar membahayakan keselamatan negara-negara di sekitarnya. Namun, AS mengaku masih membuka kesempatan berdialog.
Kekhawatiran itu beralasan mengingat Korut dikenal sebagai pengekspor persenjataan nuklir. Bahkan, negara itu mengandalkan sepenuhnya pemasukan bagi perekonomian yang morat-marit itu dari hasil ekspor senjata. Negara komunis dan paling tertutup di dunia itu gembar mengembangkan senjata.
Kegusaran dan keterkejutan sejumlah negara muncul. Korut mengekspos fasilitas dan teknologi pengayaan uranium yang dimilikinya.
Ilmuwan AS bernama Siegfried S Hecker dan timnya dari Center for International Security and Cooperation, Universitas Stanford, AS, pertengahan November lalu berkunjung ke fasilitas nuklir Korut di Yongbyon. Hecker mengaku sangat terkejut dengan perkembangan yang dia lihat.
Teknologi pengayaan nuklir yang dikuasai Korut tampaknya sangat maju dan canggih dari yang diduga selama ini. Korut ternyata telah menguasai teknologi reaktor air biasa (light-water reactor) dan memiliki sedikitnya 2.000 unit mesin pemroses, yang digunakan untuk proses pengayaan nuklir.
Dalam laporan tertulisnya Hecker mengatakan, mereka beranggapan hanya akan menemukan sejumlah kecil alat pemroses uranium. Dia dan timnya justru menemukan sejumlah instalasi yang terdiri dari ribuan peralatan yang terpasang rapi dan bersih.
Instalasi itu diketahuinya punya kemampuan memproduksi uranium yang diperkaya (enriched uranium) berskala tingkat rendah. Material nuklir itu biasa digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir.
Telah mampu
Tidak hanya itu, Hecker dan timnya juga menduga kuat bahwa Korut sudah dalam tahap mampu membuat sumber sekunder material nuklir untuk keperluan persenjataan.
Sebelumnya Korut telah memiliki bom-bom berbasis plutonium. Bom sejenis (bom berbasis uranium) itu pernah dijatuhkan dan diledakkan AS di Hiroshima, Jepang, pada tahun 1945, yang mengakhiri Perang Dunia II.
Lebih lanjut, Panglima Angkatan Bersenjata AS Laksamana Mike Mullan menilai ekspos sengaja kemampuan nuklirnya itu menunjukkan sikap provokatif Korut, yang cenderung menunjukkan perilaku ingin berperang.
Untuk itu, Mullen meminta semua negara besar harus bersatu menekan Korut, tidak terkecuali China, negara sekutu utama Korut.
China sampai sekarang belum mengeluarkan reaksi resmi soal temuan terbaru itu. Satu-satunya komentar yang muncul adalah dari dosen Central Party School di Beijing, Zhang Liangui. Namun, dia menilai masalah tersebut hanya merupakan persoalan antara AS dan Korut.
Sumber : KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment