JAKARTA (Suara Karya): Pengamanan perairan Selat Malaka, Selat Singapura serta Laut China, masih menjadi prioritas TNI Angkatan Laut (AL). Meski pun, pelanggaran dan tingkat kejahatan di jalur laut itu menurun signifikan. Jenis kejahatan yang sebelumnya sempat menghebohkan adalah perompakan, pencurian dan penyeludupan.
"Tingkat keramaian jalur transportasi di Malaka, Singapura dan laut Cina masih menjadi potensi untuk terjadinya pelanggaran dan kejahatan. Karena itu, kami (Armabar-Red) masih memprioritaskan pengamanan di jalur-jalur tersebut," ujar Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksda TNI Hari Bowo, usai memimpin acara serah terima jabatan (sertijab) Kepala Staf Armabar (Kasarmabar) dari Laksma TNI Didit Herdiawan kepada Laksma TNI Herry Setianegara, di Jakarta, Selasa (23/11).
Selanjutnya, Didit mendapat promosi jabatan sebagai Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil). Meski demikian, tutur Hari, Armabar belum punya rencana untuk menambah armada patroli karena kekuatan yang ada sekarang masih cukup. Operasi bersama dan terkoordinasi antarinstansi dan multilateral masih tetap berjalan sehingga semakin menyolitkan pengamanan di tiga perairan itu.
Data yang diperoleh dari Ditjen Perhubungan Laut (Hubla) Kementerian Perhubungan menyebutkan, potensi kapal yang melintas Selat Malaka dan Selat Singapura, setiap harinya mencapai 974 unit kapal.
Secara umum, kapal itu meliputi, 24 kapal Verry Large Crude Career (CLCC) atau kapal tanker raksasa, kapal tanker di bawah GT 150.000 sebanyak 150 unit, kapal peti kemas 150 unit, kapal barang 400 unit, kapal ukuran kecil 250 unit dan kapal jenis lainnya 100 unit.
Alih Tugas
Melihat tingginya frekuensi kapal yang melintas di Selat Malaka, memang butuh pengamanan ekstra. Apalagi, kapal tersebut sebagian besar kapal kargo yang membawa komoditas ekspor-import antar negara, seperti Asia dan Timur Tengah.
Oleh karena itu, butuh kerja sama antarinstansi pemerintah dan aparat keamanan dan pertahanan antarnegara untuk mengamankan perairan paling sibuk di dunia itu. "Sejak adanya sinergi dan kerja sama kerjasama operasi keamanan laut multilateral, kasus-kasus itu secara statistik menunjukkan penurunan," kata Hari.
Ia mengatakan, berbagai kasus pelanggaran di laut di kawasan Selat Malaka dan sekitarnya harus senantiasa diwaspadai dengan meningkatkan pengamanan laut secara konseptual dan berlanjut.
Pada sisi lain, Hari mengingatkan pergantian pejabat Kasarmabar bukan sekedar pergantian personel. Melainkan, pergantian itu punya makna lebih luas untuk kesinambungan misi yang dilaksanakan Koarmabar.
"Alih tugas dan jabatan di lingkungan organisasi merupakan hal yang biasa sebagai bagian dari proses pembinaan sekaligus kaderisasi dan kesinambungan kepemimpinan," ucapnya.
Menurut dia, dengan memberikan pengalaman melalui penugasan yang beragam dan berjenjang kepada personel, maka akan dapat meningkatkan kemampuan berfikir, bersikap dan bertindak dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Menurut dia, keberadaan Kasarmabar sangat strategis dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Pangarmabar.
Sumber : SUARA KARYA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment