ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Tuesday, November 27, 2012 | 9:40 PM | 1 Comments

    Lapan Tawarkan Kerjasama Bandara Antariksa Morotai Kepada Korsel

    Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) siap menjajaki kerjasama dengan negara lain dalam pembangunan bandar antariksa (spaceport). Rencananya, bandar antariksa itu akan terwujud pada 2025 mendatang.

    "Korea Selatan akan kami tawarkan kerjasama, karena negara ini tidak punya bandar antariksa," kata Kepala LAPAN, Bambang S Tedja, di Puspitek Serpong, Tangerang Selatan, Selasa 27 November 2012.

    Ia mengatakan posisi Indonesia yang berada di garis ekuator yang sering dilalui orbit satelit memberikan keuntungan tersendiri. "Korea Selatan itu mau luncurkan satelit tidak bisa, karena melewati Jepang dan diprotes Jepang," ujarnya.

    Adapun kerjasama yang dimaksud adalah pembangunan infrastruktur bandar antariksa, maupun yang lainnya. Meski membuka peluang kerjasama, Bambang memastikan bahwa kepemilikan bandar antariksa sepenuhnya tetap menjadi milik Indonesia, tidak jatuh ke tangan asing.

    "Tetap milik kita, dia (Korea Selatan) statusnya hanya simpan satelit di bandar kita, dia juga harus izin ke Kemenristek," tegasnya.

    Ia menggambarkan bahwa pihak yang nantinya menjalin kerjasama dalam pembangunan bandar antariksa, akan mendapat fasilitas tertentu. Tapi tidak dijelaskan secara detail mengenai fasilitas yang dimaksud.

    "Ada perjanjian dan kewajiban tertentu, tapi masing-masing untung. Bagian penting bandar tetap punya kita," kata Bambang.

    Pihak negara lain yang bekerjasama, tambahnya, hanya sebatas membawa fasilitas integrasi untuk peluncuran satelit di bandar. "Itu saja yang punya mereka," ucapnya.

    Instalasi yang terdapat di bandar antariksa menurutnya masih didatangkan dari luar negeri. Pihak LAPAN hanya mengintegrasi komponen bandar antariksa.

    Ia juga menegaskan bahwa institusi yang berhak untuk mengelola bandar antariksa adalah LAPAN. Untuk kerjasama dengan pihak swasta, LAPAN juga membuka peluang namun dalam regulasi keantariksaan di Indonesia, institusi negara atau swasta yang akan menjalin kerjasama harus memenuhi persyaratan ketat.

    "Peluncuran satelit atau roket itu kan punya resiko tinggi, apalagi jika melewati negara lain. Untuk itu salah satunya syarat asuransi sangat penting," katanya.

    Pembangunan bandar antariksa nasional di Pulau Morotai tahap awal, LAPAN menggelontorkan dana awal Rp 25 miliar.

    Morotai Lebih Aman

    Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah memperlihatkan kemampuan dalam mengembangkan satelit dan roket. Untuk terus mengembangkan teknologi antariksa, LAPAN merintis pembangunan bandar antariksa nasional atau spaceport untuk keperluan peluncuran Roket Pengorbit Satelit (RPS), juga satelit lain.

    LAPAN telah memilih Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara sebagai calon bandar antariksa nasional. Ini mengingat potensi dan kualifikasi pulau tersebut yang paling memungkinkan untuk pembangunan bandar antariksa.

    "Kami sudah kaji, periksa, dan infrastrukturnya harus siap. Morotai memiliki lahan yang luas," kata Kepala LAPAN, Bambang S. Tedja, di Puspitek Serpong, Tangerang Selatan, Selasa 27 November 2012.

    Bambang mengatakan Pulau Marotai mempunyai tujuh lapangan terbang yang panjang sisa Perang Dunia II, dengan panjang landasan mencapai 3 KM. Lokasi Pulau Marotai yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik dan Laut Halmahera di sebelah utara, timur dan barat memungkinkan untuk pembangunan. Pulau ini juga jauh dari pemukiman penduduk.

    Meski demikian, Bambang menjelaskan untuk mewujudkan bandar antariksa nasional masih perlu waktu yang panjang. Menurut Bambang, dalam roadmap LAPAN, bandar antariksa di Pulau Morotai akan selesai dibangun pada 2025.

    "Kami merintis dulu. Untuk langkah pertama kita siapkan launcher-nya, landasan peluncuran, pemindahan alat-alat meteorologi ke sana, juga mulai menempatkan para insinyur kita di sana," paparnya.

    Jika tahapan tersebut sudah selesai, menurutnya baru akan melangkah ke pembangunan bandar antariksa.

    Sebelumnya, LAPAN telah memiliki fasilitas peluncuran satelit di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Fasilitas tersebut selama ini digunakan untuk ujicoba peluncuran roket hasil riset, namun untuk keperluan peluncuran RPS, dibutuhkan bandar antariksa.

    "Selain itu, di Pameungpeuk itu sudah padat penduduk dan muncul berbagai penginapan untuk objek wisata, juga banyak kapal berlalu lalang di sana" katanya.

    Pulau Morotarai dipilih sebagai calon bandar antariksa setelah mengkalkulasi dua tempat lain yang sebelumnya dikaji LAPAN, Pulau Enggano, Bengkulu dan Pulau Biak, Papua.

    "Enggano berpotensi kena tsunami. Kalau di Biak, kami baru masuk, sudah banyak masalah sosial," tambahnya.

    Lembaga antariksa negara ini mengkaji enam wilayah di Kabupaten Pulau Marotai sebagai calon bandar antariksa. Alternatif pertama yaitu Tanjung Gurango, Desa Gorua, Kecamatan Marotai Utara. Alternatif kedua Desa Bido, Kecamatan Morotarai Utara, ketiga Desa Mira Kecamatan Morotarai Timur.

    Seluruh lokasi ini merupakan daerah perbukitan, pinggir pantai dan menghadap lautan bebas, dekat dengan sungai, berjarak 1-2 KM dari pemukiman penduduk.

    Alternatif selanjutnya Pulau Tabailenge, berada di depan kota Berebere dengan jarak kurang lebih 2,5 KM, lokasi lain antara Desa Sangowo dengan Desa Daeo, Morotarai Timur dan alternatif terakhir Tanjung Sangowo, yang berlokasi antara Desa Sangowo dan Desa Mira, Morotarai Timur. Wilayah terakhir ini merupakan wilayah yang sangat potensial sebagai bandar antariksa.

    Lapan Akui Pengembangan Satelit Indonesia Terbilang Lamban

    Upaya pembangunan satelit dirintis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sejak meluncurkan Satelit A1-Tubsat pada awal tahun 2007 lalu. Pertengahan tahun depan, LAPAN akan segera meluncurkan satelit penerus A1, yakni satelit A2 di India.

    Lalu dalam jangka empat tahun setelah meluncurkan satelit A2, LAPAN akan berencana akan meluncurkan dua satelit, satu satelit eksperimental dan satu satelit operasional. Langkah tersebut dilakukan untuk mewujudkan pembangunan satelit yang mandiri.

    Ketua Pusat Satelit LAPAN, Suhermanto mengatakan, pola pembangunan satelit yang dijalani oleh Indonesia memang tergolong lambat. Hal ini diakibatkan dukungan industri teknologi pendukung satelit di Indonesia sangat kurang.

    "Biayanya sangat mahal, perlu dukungan industri elektronika, logam yang bagus," kata Suhermanto di kantor Pusat Satelit LAPAN di Bogor, Jumat 31 Agustus 2012.

    Ia membandingkan dengan Korea Selatan yang cepat dalam pembangunan satelit. Sebab, dukungan industri elektronikanya bagus.

    Korea Selatan, lanjutnya, dalam waktu dekat, langsung dapat mengaplikasikan pengetahuan pembangunan satelit dari luar negeri. Bahkan Korea Selatan kemudian dapat meningkatkan kemampuan membuat roket sebagai wahana peluncur.

    Selain problem industri pendukung, di Indoensia pembangunan satelit tekendala oleh regulasi frekuensi, baik itu di dalam negeri maupun frekuensi di luar negeri. Meski terbilang pembangunan satelit Indonesia lambat, tapi Suhermanto mengatakan pola yang dijalankan cukup sistematis dan mendapat pengakuan dari negara lain.

    "Pembangunan satelit di sini dinilai baik. Mozambik, Malaysia dan Thailand mengakui pengalaman kita dalam pembangunan satelit," ujarnya.

    Ia mengatakan pola pembangunan satelit Indonesia mempunyai visi penguasaan pembuatan satelit mandiri secara bertahap. Awalnya pembangunan satelit dilakukan dengan transfer pengetahun teknologi dari negara luar, kemudian berusaha membuat perangkat lunak maupun keras dari dalam negeri dan oleh para ahli dari Indonesia. "Setelah transfer teknologi, sistem yang ada di dalam satelit harus kita kuasai," ujarnya.

    Sistem tesebut di antaranya adalah reaction wheel, star sensor (sebuah navigasi sikap satelit yang dapat menggerakkan kamera), kamera, PCDH (Payload Control Data Handling), transmitter, coding dan encoding dalam pengiriman data.

    Dengan sering meluncurkan satelit ke orbit juga berarti Indonesia dapat mengisi slot di luar angkasa. Menurutnya, sangat rugi jika slot di luar angkasa tidak diisi. Sebab, nantinya slot akan dipenuhi oleh satelit dari negara-negara besar.

    "Di slot orbit kan bayar, memang sudah diatur slotnya. Tapi kalau tidak dipakai, bisa hilang slot itu, kita harus rebut slot orbit," katanya.

    Sumber : Vivanews

    Berita Terkait:

    1 komentar:

    tomihadia said...

    setahu saya indonesia sudah mempunyai satelit yaitu satelit palapa dan telkom sebagai alat telekominikasi tv, telepon, cctv,radio,dan internet militer, tetapi indonesia mambah membangun satelit dengan membuat menara setinggi 600 meter, pengamatan saya indonesia SUDAH BISA TETAPI RAGU - RAGU meluncur kan roketnya sudah kita ketahui jarak roket 300 km roket indonesia akan terjadi tabrakan satelit di ruang angkasa mengikut poros lingkaran bumi KITA

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.