ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Monday, March 12, 2012 | 11:44 AM | 0 Comments

    Komisi I : Industri Pertahanan Harus Libatkan Perguruan Tinggi

    Jakarta - Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS, Al Muzzammil Yusuf, menilai, peran perguruan tinggi sangat penting dalam membangun kemandirian industri pertahanan dan keamanan nasional. Menurutnya, perguruan tinggi dapat berperan dalam riset pengembangan teknologi alutsista, penyediaan SDM unggulan, dan pengambil kebijakan di Komite Kebijakan Industri Pertahanan dan Keamanan (KKIP). Hal itu dikatakan Muzzammil dalam siaran pers yang diterima Jurnal Nasional, Minggu (11/3).

    Wakil Ketua Fraksi PKS DPR ini menjelaskan, perguruan tinggi memiliki konsep, struktur, dan budaya riset yang tinggi. Sehingga pengembangan teknologi industri pertahanan dapat dilakukan secara sistematik dan terstruktur dalam jangka panjang.

    Untuk itu, kata Muzzammil, riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi harus sinergi dengan kebutuhan industri pertahanan. Pihak perguruan tinggi harus memastikan riset yang dilakukan dosen dan mahasiswanya bukan sekedar untuk pengembangan teori semata, tapi memiliki nilai jual.

    Peran lainnya, menurut Muzzammil, perguruan tinggi memiliki kemampuan untuk menyiapkan SDM unggulan yang diperlukan untuk menguasai teknologi tinggi dan ilmu terapan Industri Pertahanan dan Keamanan. Sehingga industri pertahanan ini dapat menyerap lulusan perguruan tinggi sehingga tidak menjadi pengangguran baru muncul setiap tahun."Jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi tahun 2011 mencapai 1.132.751 orang, meningkat 15,71 persen dibandingkan tahun 2010. Industri pertahanan harus berkontribusi untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar," Papar Muzzammil.

    Selain mengurangi pengangguran, kata dia, sinergi kerja sama antara perguruan tinggi dengan industri pertahanan sangat penting untuk mencegah terjadinya brain drain. Selama ini, orang cerdas di Indonesia tidak memiliki tempat untuk mengembangkan keahliannya karena tidak diberikan tunjangan gaji yang layak dan sarana riset yang memadai membuat mereka lebih memilih bekerja di luar negeri."Brain drain ini sudah terjadi. Banyak ilmuwan Indonesia yang memilih tinggal untuk mengajar dan bekerja di luar negeri. Data terbaru tahun ini, sekitar ratusan mantan pegawai PT Dirgantara Indonesia yang memiliki kepakaran di bidang pesawat terbang bekerja di industri pertahanan Malaysia," katanya.

    Sumber : JURNAS

    Berita Terkait:

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.