Persiapan peluncuran roket pada Kompetisi Roket Indonesia di Pantai Pandansimo, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Minggu (27/6). Kompetisi yang diikuti 31 tim dari sejumlah universitas tersebut ditujukan, antara lain, untuk meningkatkan kecintaan generasi muda pada teknologi kedirgantaraan.
Bantul, Kompas - Tim mahasiswa dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya menjadi pemenang Kompetisi Roket Indonesia atau Korindo 2010, yang diselenggarakan di Pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta, 26–28 Juni 2010.
Penetapan juara dilakukan setelah para peserta mempresentasikan data yang diperoleh dari rancangan muatan sensor meteorologi yang diluncurkan dengan roket tipe RUN 70-100 bikinan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Roket ini diluncurkan hingga ketinggian sekitar 400 meter.
Dari sebanyak 31 tim peserta, satu tim mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara mengundurkan diri. Hal ini karena komunikasi data dari rancangan muatan roketnya yang mengungkap suhu, kelembaban udara, tekanan, akselerasi, dan arah mata angin, itu gagal ditransmisikan ke stasiun darat di lokasi peluncuran.
Para peserta mempresentasikan data pada Senin (28/6) kemarin di gedung Pemerintah Kabupaten Bantul secara bergiliran.
Tim EEPISky 10 dari Politeknik Elektronik Negeri Surabaya sebagai peraih juara pertama, beranggotakan Ahmad Fuady (Jurusan Mekatronika), Eko Budi Utomo (Jurusan Elektronika), dan Prabanca Adi (Jurusan Mekatronika). Mereka mendapatkan hadiah uang Rp 10 juta.
Juara kedua diraih Universitas Pelita Harapan Jakarta. Kemudian juara ketiga diraih tim mahasiswa dari Politeknik TEDC Bandung.
Gagal ”homing”
Anggota Dewan Juri, Wahidin Wahab, menuturkan, semua peserta Korindo 2010 masih gagal ”homing”, yaitu kriteria untuk rancangan muatan setelah terlontar dari roket, harus diupayakan kembali ke titik peluncuran. Bobot muatan diatur tidak boleh melampaui 1 kilogram.
Muatan itu akan terlontar dan jatuh dengan parasut setelah bahan bakar propelan di dalam roket habis terbakar. Muatan selain dilengkapi sensor data meteorologi, juga dilengkapi motor yang bisa dikendalikan secara jarak jauh untuk mengarahkan jatuhnya ke titik peluncuran.
Kepala Instalasi Validasi dan Sertifikasi Lapan Atik Bintoro mengatakan, secara teori pengembalian muatan roket ke titik peluncuran bisa dilakukan. Dengan pengendalian jarak jauh, arah jatuh muatan bisa diubah arah 180 derajat dari gerak roket.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment