Sebagai negara maritim, idealnya diperlukan alutsista laut yang handal dan lengkap, tetapi belum dapat diwujudkan karena keterbatasan dana dan adanya efek berantai yang timbul akibat embargo. Dampak embargo ternyata tidak selalu merugikan. Berkat embargo muncul semangat untuk mengurangi ketergantungan pembelian alutsista luar negeri”, ungkap Kepala Badan Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika (BPPH), Erwandi saat ditemui di ruang kerjanya, Surabaya (22/09).
Lebih lanjut, Erwandi mengatakan bahwa salah satu alutsista laut yang strategis dan sarat dengan muatan teknologi tinggi, serta mempunyai efek psikologis yang tinggi terhadap lawan adalah kapal selam. “Karena itulah, sejak tahun 2007 UPT-BPPH bekerjasam dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI-AL serta dukungan dari Departemen Pertahanan mulai melakukan desain kapal selam berukuran kecil dengan panjang 22 meter dan menguji modelnya di tangki uji tarik dan di tangki kolam lebar untuk percobaan maneuver di laboratorium BPPH”.
“Tahun 2010 ini kami berencana untuk merancang sistem control ability kapal selam. Sistem ini nantinya dapat berperan dalam mengontrol gerak kapal secara horizontal, vertikal, menyelam, atau naik ke permukaan laut kembali. Selain itu, rencana ke depan kami juga akan mengembangkan penelitian tentang sumber-sumber noise dari propeller kapal selam. Jadi dengan berkurangnya noise pada kapal selam maka gerakan kapal selam akan sulit terdeteksi oleh musuh”, jelas Erwandi.
“Saya berharap, nantinya Indonesia mampu membuat kapal selam sendiri. Hal itu tentunya akan menjadi kebanggan tersendiri bagi bangsa kita. Tapi memang tahapannya tidak bisa langsung membuat kapal selam yang besar, harus bertahap. Yang terpenting sekarang ini saya ingin berhasil mengembangkan sistem control ability kapal selam. Karena jika kita sudah memiliki teknologi control ability ini, maka kita dapat membuat kapal selam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan baik untuk pertahanan keamanan maupun pariwisata. Tinggal bagaimana nanti desain kapal selamnya dibuat”, tegasnya.
Sumber: BPPT
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment