Beijing ( Berita ) : Pemerintah Indonesia menegaskan persyaratan alih teknologi dan produksi bersama setiap pengadaan alat utama sistem senjata yang dibeli dari mancanegara, termasuk China, kata Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin, di Beijing, Senin [27/09].
Dalam perbincangan dengan ANTARA sebelum bertemu perwakilan BUMN Industri Pertahanan China, ia menegaskan, persyaratan itu merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional.
Sehingga, kata dia, pada jangka panjang Indonesia memiliki kemandirian dalam pengadaan persenjataan untuk militer dan kepolisian atau instansi lain terkait.
“Indonesia tidak mau lagi sekadar sebagai pembeli dan pengguna. Indonesia juga harus mampu membeli dan memproduksi, melalui persyaratan alih teknologi dan produksi bersama,” katanya.
Sjafrie mengatakan, setidaknya Indonesia diberikan kewenangan 40 persen dari produsen untuk memproduksi beberapa komponen dari alat utama sistem senjata yang dibeli.
“Ini yang akan kita perjelas dan pertajam dalam setiap pengadaan alat utama sistem senjata dari mancanegara termasuk dengan China. Karena meski Indonesia dan China telah memiliki kerja sama dalam industri pertahanan, namun kerja sama yang ada belum meliputi alih teknologi dan produksi bersama,” katanya.
Tentang produk persenjataan yang akan dikerjasamakan alih teknologi dan produksinya, Sjafrie mengatakan, sangat bergantung pada dua hal, yakni kemampuan produsen untuk memproduksi senjata yang digunakan Indonesia pada jangka menengah dan panjang serta dalam jumlah banyak, dan kesanggupan Indonesia untuk menggunakan produk tersebut pada jangka waktu lama dan dalam jumlah yang banyak pula.
“Kalau Indonesia membutuhkan banyak produk ‘A’ dalam jangka waktu lama, tetapi China tidak mampu memenuhinya, ya kita tidak akan lakukan kerja sama khususnya untuk produksi bersama. Karena Indonesia pada jangka panjang menargetkan,dapat memperoleh lisensi dari sebuah produk untuk memproduksi dan menjual. Sehingga, industri pertahanan kita benar-benar mandiri untuk memproduksi kebutuhan di dalam dan luar negeri,” tutur Sjafrie.
Indonesia saat ini telah menjajaki beberapa persenjataan dari China seperti peluru kendali QW-3 untuk Pasukan Khas TNI Angkatan Udara dan peluru kendali C-802 untuk TNI Angkatan Laut. Sebagian telah menjalani uji coba baik QW-3 maupun rudal C-802.
Bahkan Indonesia telah berencana untuk melakukan pembelian secara berkesinambungan rudal C-802 untuk meningkatkan sistem tempursejumlah kapal perangnya, sehingga mampu memberikan efek tangkal.
Sumber: BERITA SORE
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment