TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pertahanan, Tb Hasanudin mengatakan Sukhoi yang saat ini dimiliki oleh Indonesia ini memang bukan diperuntukan untuk perang, melainkan hanya untuk menjalankan tugas patroli. "Kami pahami memang persenjataannya sangat mahal," ujar Hasanudin kepada TEMPO di Jakarta, Selasa 28 September 2010.
Hasanudin mengungkapkan mahalnya harga persenjataan yang harus dibeli untuk melengkapi pesawat Sukhoi yang telah dimiliki. "Harga misilnya dikabarkan 20 persen dari harga pesawat," ujarnya.
Oleh karenanya, dia berpendapat perlu kiranya ada dana tambahan untuk bisa mempersenjatai Sukhoi yang Indonesia miliki. "Itu sudah dimintakan terkait anggaran pertahanan dan sedang dibahas oleh Komisi Pertahanan soa,' ujarnya.
Seperti diketahui, tiga pesawat Sukhoi asal Rusia yang diserahkan ke Indonesia ternyata dibeli tanpa persenjataan. Tak ada peluru kendali yang biasanya melengkapi pesawat tempur. Menteri Pertahanan Poernomo Yusgiantoro mengatakan, dalam kontrak pembelian memang tidak dilengkapi dengan persenjataan. Kontrak pembelian Sukhoi, memang tidak bisa satu paket dengan senjatanya. Soalnya, pabrik pembuat Sukhoi, Komsomolsk Amure Aircraft Production Association, berbeda dengan pabrik pembuat senjata rudalnya. itu.
Sebelumnya kepada TEMPO di awal pekan ini,Ketua Komisi Pertahanan, Mahfudz Shiddiq setuju jika ada langkah untuk melakukan modernisasi alutsista. DPR, kata Mahfudz jelas akan mendukung langkah pemutakhiran senjata dan alat pertahanan lainnya tersebut. "Kami jelas akan dukung," ujarnya.
Sumber: TEMPO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment