Pontianak, Kompas - Pesawat tanpa awak diduga sudah lama dioperasikan oleh Malaysia untuk melakukan patroli di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Masyarakat yang melihat patroli pesawat tanpa awak itu bahkan telah dilaporkan kepada pihak pemerintah. Oleh karena itu, TNI Angkatan Udara pun menyiapkan pesawat tanpa awak untuk memantau wilayah perbatasan.
Bupati Sambas Burhanuddin A Rasyid, Selasa (26/10), mengatakan, pihaknya sering mendapat laporan masyarakat tentang adanya patroli pesawat tanpa awak di perbatasan Kabupaten Sambas dan Negara Bagian Sarawak. ”Beberapa kali masyarakat Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, melaporkan adanya pesawat tanpa awak yang berpatroli di perbatasan,” tutur Burhanuddin.
Menurut Burhanuddin, Kecamatan Paloh sebetulnya pernah disiapkan Pemerintah Indonesia sebagai bandar udara ketika berkonfrontasi dengan Malaysia.
”Landasannya sekitar 750 meter masih terlihat walaupun sudah tertutup rumput. Namun, kantor klimatologinya hingga kini masih berfungsi. Pemerintah pusat sudah mengizinkan Pemerintah Kabupaten Sambas jika akan membangun bandar udara itu, yang tentu akan membantu mobilisasi masyarakat dan pertahanan keamanan di wilayah perbatasan,” katanya.
Terkait pemantauan wilayah perbatasan itu, Kepala Staf TNI AU Marsekal Imam Sufaat di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa, mengatakan, pesawat tanpa awak itu direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2011. Ada empat pesawat yang dioperasikan dari Pangkalan TNI AU Supadio, Pontianak.
”Pengoperasian pesawat tanpa awak itu menjadi bagian dari upaya pengawasan pulau terluar, laut dan kepulauan, serta wilayah perbatasan, juga untuk mendukung kegiatan intelijen di udara,” kata Imam.
Imam menjelaskan, pesawat tanpa awak dinilai sesuai dengan kebutuhan pertahanan keamanan Indonesia dan mendukung kerja Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI. ”Pesawat tanpa awak itu bisa terbang sangat rendah tanpa diketahui oleh orang di darat karena suaranya pelan,” tutur Imam.
Untuk pengamanan dan mengontrol wilayah perbatasan, tutur Imam, pesawat tanpa awak bisa melakukan pengindraan atau pemotretan, baik pada siang maupun malam hari. ”Pontianak dipilih untuk penempatan skuadron pesawat tanpa awak karena tipenya akan dinaikkan menjadi bintang satu. Salah satu syaratnya harus memiliki setidaknya dua skuadron,” ujar Imam.
Pangkalan TNI AU Supadio saat ini termasuk tipe B. Skuadron yang sudah ditempatkan di Supadio adalah pesawat tempur jenis Hawk.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment