ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Saturday, January 28, 2012 | 12:55 PM | 0 Comments

    Diam-diam, Nasution-Kennedy Bertemu Buka Tabir Agenda Politik Indonesia Dan AS

    Jakarta - Rencana pertemuan antara Jenderal AH Nasution dengan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy (JFK) medio November 1963 mengemuka di sebuah jurnal. Beragam analisis menggambarkan agenda politik antara Indonesia dan negara adidaya untuk membangun kekuatan.

    “Jenderal AH Nasution memang menjadi tulang punggung Presiden Soekarno saat itu. Dia berperan untuk meyakinkan JFK agar komunisme dibendung,” ungkap ahli kajian wilayah Amerika dari Universitas Indonesia Retno Sukardan Mamoto, PhD, Rabu (25/1).

    Menurutnya wajar jika Nasution-lah yang menemui langsung sang pemimpin karismatik itu sebagai Kepala Satuan Angkatan Darat. Selain sebagai pemangku kekuasaan militer tertinggi, Nasution dikenal sebagai sosok yang anti komunis.

    Retno menjelaskan, peranannya menumpas bibit separatis juga terlihat dari keseriusannya menumpas pemberontakan PRRI/Permesta. Melihat kondisi itu, Nasution tak ingin ketenangan Pulau Jawa terusik. Pasalnya, menurut Retno, Nasution melihat bibit ideologi komunis mulai menggejala sejak awal zaman pergerakan pemuda Indonesia.

    Nasution juga berusaha menggalang kekuatan di saat Sorkarno mulai terjepit dengan politik Nasakom. “Dialah prajurit terhebat yang anti-komunis dengan rasa nasionalis tinggi,”ucap Retno.
    Sang jenderal mulai menyusun strategi pendekatan ke berbagai pihak, termasuk terhadap AS.
    Bentuk militansi terhadap Soekarno ditunjukkan dengan semangat anti-kolonialisme. JFK, dalam penilaian Retno, juga mencari peluang mendekati sekelompok panglima tinggi Angkatan Darat yang tak menganut komunisme. Lantaran dirinya tahu Presiden Soekarno dikenal berideologi tinggi. Sosoknya dikenal sebagai anti-Barat sekaligus menyetujui komunis hanya dari sisi anti-kolonialnya.

    Nampaknya orisinalitas pemikiran Soekarno menarik perhatian JFK. Presiden AS ke 35 itu mendukung penuh atas perjuangan RI saat merebut Irian Barat (kini Papua Barat) dari tangan Belanda. Semula JFK amat mendukung posisi Belanda karena AS membutuhkan dukungan Belanda sebagai anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

    JFK takut, keengganan Belanda untuk meninggalkan Irian Barat akan mengundang perlawanan militer pihak Indonesia yang pada gilirannya dapat melibatkan negara-negara Barat lainnya, termasuk AS. Sementara itu, keterlibatan AS di Irian dikhawatirkan akan merangsang Uni Soviet terlibat pula.
    "Karena itu, setelah mempelajari situasi lebih lanjut, JFK kian condong membela kepentingan RI," pungkas Retno.

    Ganyang Malaysia

    Di sisi lain dalam soal Malaysia, Retno juga mempunyai kesimpulan tentang pandangan Soekarno. Menurutnya, ketegasan Soekarno soal Malaysia karena Soekarno melihat pembentukan Malaysia merupakan upaya kekuatan lama kolonial (Oldefos) untuk mengeroyok Indonesia. 'Pengeroyokan' itu dipelopori Inggris.

    Kata Retno, semula JFK mati-matian membela Inggris, sekutu dekat AS, tetapi sedikit demi sedikit mulai berusaha memahami posisi Presiden Soekarno.
    Sejarawan LIPI, Taufik Abdullah juga mengindikasikan rencana kedatangan Nasution langsung di bawah komando Presiden Soekarno. "Saat itu Soekarno bersiap-siap menyatakan perang," terang Taufik.

    Perang yang dimaksudnya terkait konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia dengan jargon Ganyang Malaysia!

    Konsekuensi dari ultimatum Soekarno itu, Nasution berusaha mencari kelengkapan senjata perang hingga ke Uni Soviet. “Hal ini yang membuat JFK ketakutan sehingga mendukung penuh Indonesia di Konferensi Middleburg dan Formula Bunker serat mengirim adiknya, Robert Kennedy,”ungkap Taufik.
    Berkat lobi itu, Irian Barat berstatus di bawah kekuasaan PBB, namun dipercayakan pemerintahannya pada Indonesia.

    Taufik memastikan, rencana kepergian Nasution ke Gedung Putih semata berusaha mencari senjata. Tapi, secara dukungan politik baik Soekarno maupun Nasution tak mendukung AS. Dibuktikan pula dengan banyaknya tentara lulusan AS yang berjaya di Indonesia, tapi spesifikasi itu tak dipunyai Nasution. Ia tetaplah prajurit dengan nasionalisme membara.

    Dugaan adanya rencana pendongkelan kekuatan PKI di tanah air pun belum menguat. “Tak ada hubungannya dengan mendongkel PKI, pusat perhatian TNI saat itu hanya ke Irian Barat. Meskipun hubungan tentara-TNI saat itu sangat buruk,”cetus Taufik.

    Sumber : Yahoo

    Berita Terkait:

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.