ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Friday, July 6, 2012 | 8:29 AM | 1 Comments

    Pengamat : Komisi I Inkosistensi Dalam Pengadaan Alutsista, Bila Tidak Dapat Jatah

    Jakarta - Penolakan Komisi I DPR RI atas rencana pemerintah yang akan membeli 100 unit main battle tank (MBT) Leopard 2 dari Jerman, disinyalir karena tidak adanya 'manfaat' yang diterima oleh penghuni gedung parlemen Indonesia.

    Kepada itoday, Kamis (5/7), pengamat pertahanan Muradi mengatakan, ada dua perspektif kemungkinan mengapa DPR menolak pembelian tersebut.

    “Pertama, masalah penguatan alutsista sudah ditegaskan oleh Komisi I sejak tahun lalu, dengan adanya empat program prioritas, salah satunya adalah pengadaan alutsista untuk pengamanan perbatasan. Dalam konteks itu, seharusnya DPR tidak mempersulit, “ jelasnya.

    “Kedua, dalam konteks kegunaan, penggunaan MBT memang ada perdebatan. Disatu sisi Indonesia butuh MBT walau spesifikasinya tidak cukup pas untuk konteks Indonesia, tapi untuk membeli dari yang lain, Indonesia tidak memiliki analisa yang mendalam untuk menentukan tank apa yang dibutuhkan, “ sambungnya.

    Dari dua perspektif yang diungkapkannya, Muradi melihat DPR tidak terlalu konsisten dengan apa yang mereka sarankan kepada Kemenhan mengenai empat program prioritas pertahanan.

    “Dari perspektif itu, saya menduga lebih kepada ikonsistensi DPR, dan pada akhirnya susah jika bicara hitam putih, ada wilayah abu-abu yang saya anggap DPR tidak transparan, “ katanya.

    Pengamat yang juga dosen FISIP Universitas Padjajaran, Bandung ini juga mengungkapkan, di 2011, DPR selalu bicara tentang empat program pertahanan yang salah satunya adalah pembelian alutsista. Tetapi ketika ada pengadaan dan lain-lain, mungkin karena merasa tidak dilibatkan, maka dimentahkan kembali.

    “Ini masalah inkonsistensinya DPR. Karena mungkin diduga DPR tidak menerima 'sesuatu' dari pengadaan tank ini. Jadi pada akhirnya, upaya mementahkan menjadi suatu cara untuk membuat citra buruk kepada Indonesia dalam pengadaan alutsista, “ ungkapnya.

    Selain masalah inkonsistensi DPR, Muradi juga meyakini terlalu banyak broker dan jumlah fee yang yang membuat mekanisme pengadaan berjalan tidak sesuai dengan rencana dan peruntukan.

    Sumber : Indonesia Today

    Berita Terkait:

    1 komentar:

    Anonymous said...

    itulah DPR...omong kosong mereka bela rakyat ...tepuuuu yang penting kantong mereka penuh.mereka ambil dari sana-sini kaya monyet serakah...liat saja mukanya kaya monyet semua....

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.