ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Thursday, July 5, 2012 | 10:30 AM | 0 Comments

    Pengamat : Indonesia Minimal Butuh 300 Radar

    Jakarta - Radar bermanfaat sebagai pendeteksi potensi ancaman dari luar terhadap sebuah negara. Sayangnya, jumlah radar yang dimiliki oleh Indonesia terbilang masih sangat sedikit. Dari 300 radar yang seharusnya dimiliki, Indonesia hanya memiliki 25-30 radar. Kondisi ini membuat Indonesia rawan terhadap serangan dari luar.

    Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu digalakkan upaya swasembada radar untuk Indonesia. Demikian dikatakan oleh Ahli Radar dari Universitas Brawijaya (UB), Malang, Rudy Yuwono. Dia menyebut, swasembada radar merupakan upaya memproduksi radar dengan kemampuan anak sendiri yang saat ini sudah dimulai oleh Asosiasi Radar Indonesia (AsRI).

    Menurut Rudy, swasembada radar mendatangkan keuntungan bagi Indonesia, di antaranya penghematan anggaran di bidang alutsista dan menjaga kerahasiaan yang dimiliki oleh Indonesia terutama di bidang teknologi. "Ide swasembada radar hadir setelah adanya embargo militer kepada Indonesia. Pada saat itu Indonesia ingin membeli alutsista dari Amerika, tapi karena adanya embargo kita tidak bisa membeli alatnya bahkan komponennya," kata Rudy, seperti dikutip dari laman resmi UB, Prasetya Online, Rabu (4/7/2012).

    Kepala Bidang (Kabid) Kegiatan Ilmiah AsRI ini mengungkap, embargo yang dilayangkan terhadap Indonesia, justru memunculkan ide untuk memproduksi radar sendiri. "Ide untuk memproduksi radar semakin ditunjang dengan adanya komponen-komponen yang bisa didapat dengan mudah di sejumlah daerah yang ada di Indonesia, seperti di Glodok Jakarta, Genteng Surabaya, dan di Medan," tuturnya.

    Dengan memproduksi radar sendiri, lanjutnya, maka anggaran yang dikeluarkan juga lebih sedikit. Jika biasanya Indonesia membeli radar dengan harga USD25 juta, maka dengan memproduksi sendiri jumlah uang yang dikeluarkan akan jauh lebih sedikit.

    "Sebagai upaya dalam swasembada radar, ada beberapa langkah Asosiasi Radar Indonesia (AsRI) yang saat ini tengah dilakukan, antara lain membantu tumbuhnya industri dalam negeri yang memproduksi radar dan juga menyediakan forum komunikasi dan pertukaran ide di bidang radar dan turunannya dengan mengadakan Seminar Radar Nasional setiap tahun," imbuh Rudy. Dalam upaya menciptakan tenaga-tenaga ahli yang mampu memproduksi radar, ujar Rudy, perlu dibangun sebuah school of radar. "Jumlah tenaga ahli radar di Indonesia sangat sedikit jumlahnya, kurang dari 100. Padahal radar yang dibutuhkan oleh Indonesia sangat banyak," paparnya.

    Dengan berdirinya school of radar selain bisa mencetak ahli radar, juga bisa mengembangkan teknologi lain, yakni penginderaan jauh. "Kalau kita memakai satelit, maka kandungan yang ada di dalam bumi Nusantara Indonesia bisa diketahui oleh negara lain. Namun jika kita kembangkan teknologi penginderaan jauh, rahasia kekayaan alam yang dimiliki Indonesia bisa kita jaga," ungkap Rudy.

    Dia menyatakan, produksi radar di Indonesia tidak akan memberikan ancaman bagi negara lain, seperti layaknya membuat nuklir dan bom atom. Saat ini jumlah radar yang sudah diproduksi oleh Indonesia terbilang masih ada lima radar, yaitu tiga jenis radar Indonesian Surveillance Radar (ISRA) dan dua Radar Indra. "Radar buatan Indonesia saat ini sudah bisa difungsikan dengan menggunakan laptop dan gadget tablet," tukasnya.

    Rudy berharap, program swasembada radar di Indonesia bisa segera terwujud. "Program swasembada radar melalui school of radar sudah menjadi topik bahasan penting dalam seminar nasional radar yang kelima pada 2011. Namun hingga saat ini masih belum terwujud. Semoga pada 2025 sudah banyak pemain lain yang turut terlibat dalam swasembada radar," pungkasnya.

    Sumber : OKEZONE

    Berita Terkait:

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.