DIRAWAT INTENSIF Teknisi pesawat Sukhoi SU-27 SKM asal Rusia, Andre Spalov, memegang botol infus ketika memasuki ruang laboratorium RS Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulsel, kemarin. Dua teknisi Sukhoi, Andre Zaykay dan Andre Spalov, mendapat perawatan intensif setelah tiga rekan mereka meninggal dunia.
JAKARTA(SINDO) – Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri memastikan penyebab kematian tiga perakit pesawat Sukhoi Su-27 SKM karena kelebihan metanol (spiritus) di dalam tubuh.
Kepala Pusat Kedokteran Kesehatan Mabes Polri Brigjen Pol Musadek mengatakan, isi lambung dan seluruh organ tubuh korban mengandung metanol yang berbahaya dan tidak boleh diminum. ”Kita simpulkan bahwa kematian tiga korban karena keracunan metanol,” kata Musadek di Rupatama, Kompleks Mabes Polri, Jakarta, kemarin. Sebelumnya dugaan ini sempat diutarakan oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat.KSAU menjelaskan bahwa pengaruh miras yang menyebabkan gangguan jantung tiga perakit Sukhoi, yakni Alexander Poltorak,Sergei Voronin,dan Victor Safonov yang akhirnya tewas dalam waktu yang hampir bersamaan.
Musadek juga mengungkapkan, dua orang teknisi Sukhoi lainnya yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dinyatakan sembuh. ”Kita tidak bisa memeriksa organ-organnya karena masih hidup. Secara klinis, memang ada gejala itu tapi kadarnya di bawah letal dosis.Tadi saya katakan ada dosis letal, dosis yang menyebabkan meninggal dan dosis yang menyebabkan mual,”ujarnya. Dalam kesempatan terpisah, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, pihaknya tidak akan memberikan pernyataan resmi terkait tewasnya tiga pengawas perakitan Sukhoi asal Rusia sebelum ada hasil autopsi resmi dari Polri.
”Kita menunggu hasil autopsi Polri. Sebelum ada hasil autopsi yang resmi, sebaiknya kami tidak memberikan pernyataan,” katanya di Jakarta, kemarin. Tim dokter Kedubes Rusia di Indonesia ditemani pejabat eksportir senjata Rusia,Rosoboronexport, bergabung dengan otoritas Indonesia untuk menyelidiki kematian misterius itu. Jika proses autopsi selesai, maka ketiga jenazah akan dipulangkan pada Kamis (16/9) menggunakan pesawat angkut berat Antonov. Sementara itu, pengamat intelijen Dynno Cressbon menilai, tewasnya tiga perakit pesawat Sukhoi berpotensi memunculkan tekanan dari Pemerintah Rusia kepada Kementerian Pertahanan Indonesia. “Kalau kerenggangan atau dampak politik antarkedua negara saya kira tidak.
Yang pasti akan ada tekanan dari Rusia untuk mendapatkan report terkait tewasnya tiga teknisi ini,”katanya kemarin. Menurut Dynno, Pemerintah Indonesiaakandimintaiaksesuntuk membantu memperoleh informasi sedalam-dalamnya terkait insiden itu.“Yang pasti, lembaga intelijen Rusia akan melakukan penyelidikan internal. Jika perlu mereka membentuk tim untuk mengusut kasus ini apalagi jika isu ini menjadi polemik besar di Rusia. Tapi, dari pengalaman yang sudah-sudah, investigasi seperti ini akan dilakukan tertutup oleh intelijen,”jelas dia. Namun,Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin memastikan, insiden tewasnya tiga pengawas perakit Sukhoi itu tidak mengganggu proses perakitan dan tindak lanjut pengadaan Sukhoi dari Rusia.
”Semua tetap berjalan, tidak ada masalah. Komunikasi juga tetap berjalan baik dengan pihak Rusia,” katanya di Jakarta kemarin. Seperti diketahui, tiga dari 22 personel perakit pesawat Sukhoi asal Rusia ditemukan meninggal dunia di Asrama Lanud Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Senin (13/9) lalu sekitar pukul 07.00 Wita. Di tempat kejadian perkara (TKP) polisi menemukan obat-obatan dan minuman di kamar korban. Ketiga jenazah korban akan dipulangkan hari ini ke Rusia menggunakan pesawat Antonov AN-124, pengangkut Sukhoi. Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Sultan Hasanuddin Laksamana Pertama Agus Supriatna membenarkan rencana pemulangan tiga jenazah menggunakan pesawat Antonov AN-124.
Dijelaskan, ketua tim dari Rusia sempat mengorek keterangan dari korban ketiga,Victor Safonov, sesaat sebelum meninggal. Dari keterangan tersebut, diketahui korban sempat minum bir. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya sepuluh botol bir kosong di sekitar lokasi kejadian. ”Mereka minum setelah makan.Tidak ditemukan ada botol Vodka kosong. Mereka diam-diam dan membuat ketuanya bingung,”ujarnya. Agus tidak mengetahui proses masuknya minuman keras tersebut.
Diduga, minuman ini dibawa dari negaranya atau dibeli di Makassar. ”Kalau cari sendiri, tidak bisa melarang,”katanya.
Sumber: SINDO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment