Wilayah perbatasan di Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara, memiliki potensi wisata yang luar biasa. Potensi itu antara lain kawasan laut yang tenang (atas) dan gunung berapi Karang Etang yang selalu mengepulkan asap.
MANADO, KOMPAS.com - Perhatian pemerintah Indonesia yang lebih banyak tertuju pada pembangunan Pulau Jawa dan wilayah barat Indonesia adalah fakta yang memang usang. Itu sebabnya, dibutuhkan cara membetot perhatian Jakarta supaya menoleh ke timur atau wilayah pinggiran yang lama terabaikan.
Pada titik itulah, anggota Komisi I DPRD Sulawesi Utara Ben Alotia menyodorkan seruan yang mengagetkan. Ia meminta warga Kepulauan Sangihe dan Talaud mengibarkan bendera Filipina.
Penduduk di pulau paling utara Indonesia yang dekat dengan Filipina itu memang sejak lama lebih banyak diuntungkan oleh kebijakan Manila ketimbang Jakarta. Selain banyak memakai barang-barang dari Filipina, penduduk di sana juga mendapat siaran televisi Filipina.
Seruan Ben Alotia segera saja menyulut kontroversi di Sulawesi Sulawesi Utara. Kecaman tanpa melihat substansi lebih jauh, segera saja berkobar.
"Saya juga terkejut pernyataan itu seperti ungkapan serius. Saya tidak bermaksud begitu. Saya hanya bercanda menanggapi keluhan warga dan pemerintah di sana atas kondisi mereka," ujar Ben Alotia di Manado, Jumat (14/5/2010).
Menanggapi Alotia itu, Sekretaris Komisi I DPRD, Jhon Dumais, menyatakan, seruan koleganya itu bukanlah ajakan untuk makar. "Ia sudah jelaskan kepada kami konteks ungkapan itu. Pernyataannya tidak serius dan terlontar begitu saja. Yang pasti, Kepulauan Sangihe dan Talaud masih wilayah Indonesia," katanya.
Wakil Ketua DPRD Arthur Kotambunan membenarkan, ketergantungan penduduk dua pulau itu terhadap Filipina memang sering terdengar. Bahkan, sejumlah warga ada yang mengibarkan bendera Filipina.
"Itu dulu ketika daerah itu sungguh-sungguh kurang mendapat perhatian pemerintah. Tapi sekarang tidak lagi. Pemerintah pusat sudah mulai memberi perhatian khusus kepada mereka. Ada fasilitas-fasilitas khusus yang akan diberikan, termasuk membangun bandara di sana," jelas Arthur.
Arthur juga memaklumi jika penduduk di sana memang ada yang memasang bendera Filipina.
"Kalau cuma pasang bendera, itu sama saja seperti memasang bendera Brasil, Argentina, Amerika, dan lainnya. Itu kan hanya aksesoris, tidak ada unsur makar di situ," katanya. (Maximus geneva, Fernando Lumowa)
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment