YEONPYEONG, MINGGU - Suasana tegang di kawasan Semenanjung Korea terasa sepanjang Minggu (28/11), menyusul krisis yang kembali terjadi dan terus memanas di wilayah itu dalam sepekan terakhir.
Korea Utara dilaporkan langsung menyiagakan sejumlah peluru kendali darat ke darat miliknya di sepanjang Laut Kuning. Peluru-peluru kendali itu diyakini diarahkan dan akan ditembakkan langsung ke Korea Selatan jika ketegangan memuncak dan perang pecah.
Sikap itu dilakukan Pyongyang beberapa jam setelah dimulainya latihan perang besar-besaran antara Korea Selatan dan Amerika Serikat. Pyongyang marah karena latihan perang itu jadi juga digelar. Sebelumnya mereka mengancam akan melakukan serangan ”tak berbelas kasih” jika latihan perang tersebut digelar di kawasan sengketa.
Selasa pekan lalu Korut membombardir sebuah pulau berpenghuni di teritorial Korsel, Pulau Yeonpyeong, dengan peluru meriam artilerinya. Serangan itu menewaskan dua warga sipil dan dua prajurit marinir Korsel. Sekitar 13 menit setelah serangan itu, Korsel baru membalas menembak.
Provokasi serupa bukan pertama kali dilakukan Korut pasca-gencatan senjata kedua Korea pada 27 Juli 1953. Delapan bulan sebelumnya sebuah kapal perang Angkatan Laut Korsel tenggelam terkena torpedo, yang diyakini dilepaskan Korut. Sebanyak 46 pelaut Korsel tewas dalam peristiwa itu.
Korut memang terkenal dengan sikapnya yang sulit ditebak. Bahkan, pasca-serangan artilerinya ke Pulau Yeonpyeong, Korut balik menyalahkan Korsel jika sampai serangan itu memakan korban jiwa. Menurut Korut, korban jiwa jatuh lantaran Korsel sengaja menempatkan penduduk sipil di pulau yang masih menjadi sengketa itu dan menjadikan mereka tameng hidup.
Dalam latihan perang besar-besaran yang digelar Korsel dan AS kali ini, sejumlah kekuatan dan alat perang dikerahkan sebagai bentuk unjuk kekuatan.
Angkatan perang Korsel mengerahkan sedikitnya tiga kapal perang jenis perusak, fregat, dan sejumlah pesawat tempur antikapal selam, sementara AS mengerahkan kapal induk bertenaga nuklir USS George Washington, yang membawa 75 pesawat tempur dan lebih dari 6.000 personel militer. Disebut-sebut empat kapal perang AS lainnya akan datang menyusul.
Lebih lanjut Menteri Pertahanan Korsel yang baru, Kim Kwan-jin, meminta para jurnalis segera keluar dari Pulau Yeonpyeong menyusul situasi yang dinilainya tidak bisa diduga. Pemerintah Korsel mengaku tidak dapat menjamin keselamatan para jurnalis mengingat kemungkinan provokasi dalam bentuk serangan lanjutan dari Korut sangat sulit diprediksi. Kantor berita Korsel, Yonhap, memperkirakan sekitar 400 jurnalis meliput di pulau itu.
Latihan perang AS-Korsel di sekitar pantai barat Semenanjung Korea memang telah lama menjadi isu sensitif, terutama bagi Korea Utara. Tambah lagi, kawasan itu memang masih menjadi wilayah dengan batas laut yang masih dipersengketakan kedua negara. Pyongyang juga menganggap latihan perang yang digelar AS-Korsel sebagai pamer kekuatan militer dan alat perang masing-masing, ini sebuah bentuk intimidasi.
Walau ketegangan terus terjadi, suasana di pusat kota Seoul, Korsel, berjalan normal. Puluhan ribu orang bahkan memenuhi kawasan pusat perbelanjaan Myongdong, berbelanja dan menikmati makan dan minum di kafe-kafe yang ada di sana. Ketegangan juga dilaporkan tidak sampai mengganggu jadwal penerbangan dan pelayaran sipil.
”Saya khawatir, tetapi tidak sampai merasa harus tetap tinggal di rumah. Saya tidak yakin perang terjadi. Mereka sama-sama merasa perang tidak berguna,” ujar Eunhye Kim, penjaga bioskop di Seoul.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment