KRI FRANS KAISIEPO-368 SEBAGAI FORCE PROTECTION COMMANDER DALAM PENGAMANAN TRIPARTITE MEETING Naquora.Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Frans Kaisiepo-368 dalam mengemban misi perdamaian dunia di Lebanon mendapat kepercayaan untuk menjadi Forces Protection Commander (FPC) dari Force Commander UNIFIL Mayor Jenderal Alberto Asarta dalam rangka pengamanan Tripartite Meeting. Minggu lalu waktu setempat.
Tripartite Meeting di UNIFIL Naquora Headquater itu dihadiri oleh Force Commander UNIFIL Mayor Jenderal Alberto Asarta, pejabat senior Lebanon Armed Forces dan Israel Defences Forces. Tripartite Meeting pertemuan yang diselenggarakan untuk membahas UN Security Council Resolution 1701 terkait penempatan tanda batas yang jelas pada Blue Lines (perbatasan) dan daerah Al Ghajar (masih diduduki Israel).
Tripartite Meeting yang diselenggarakan di perbatasan Lebanon-Israel tersebut memiliki makna yang sangat penting bagi kelangsungan stabilitas perdamaian di Lebanon, terlebih di tengah meningkatnya suhu politik di Lebanon berkaitan dengan issue STL (Special Tribunal for Lebanon). Untuk itu dilaksanakan kegiatan pengamanan darat, laut mapun udara. Seperti diketahui STL tersebut merupakan suatu upaya penyelidikan internasional terhadap pembunuhan mantan PM Lebanon Rafiq Hariri pada tanggal 14 Februari 2005.
Dalam rangka kegiatan pengamanan tersebut KRI Frans Kaisiepo-368 dibawah komandan Letkol Laut (P) Wasis Priyono,ST ditunjuk sebagai Force Protection Coordinator (FPC) terhadap maritime threat sekaligus mengintegrasikan general air surveillance menghadapi ancaman udara yang mungkin timbul di sekitar tempat pertemuan.
Dalam pelaksanaan force protection tersebut selaku FPC KRI Frans Kaisiepo-368 membawahi unsur-unsur MTF yang sedang beroperasi di AMO yang terdiri atas FGS Auerbach (Patrol Boat/Germany), TCG Salihrreis-F 246 (Frigate/Turkey), BNS Osman F-18 (Frigate/Banglades). Dalam pelaksanaan tugas di lapangan KRI. Frans Kaisiepo-368 Selain dituntut untuk mampu membangun dan mengkoordinir gambaran permukaan (surface compilation), FPC juga dituntut untuk mampu membangun dan mengkoordinir gambaran situasi udara (Air Picture Compilation) seluruh aset kawan yang terlibat seperti Quick Reaction Force - Air Defense Asset (French) yang berkedudukan di Naquora maupun radar udara di bandara.
Hal ini tentunya bukanlah tugas yang mudah, khususnya berkaitan dengan integrasi general air surveillance yang menuntut kemampuan dan kesiapan peralatan deteksi udara sekaligus pertahanan udara yang memadai. Menurut Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) Wasis Priyono,ST. Karena cukup padatnya marine traffic (kapal permukaan) ditambah Air Traffic (pesud) sipil maupun militer yang padat di sekitar wilayah perbatasan benar-benar merupakan sebuah ujian bagi profesionalisme prajurit dan kemampuan alut sista Satgas MTF Kontingen Garuda XXVIII B/UNIFIL.
Namun demikian dengan kerja keras dan didukung oleh peralatan Sewaco (Sensor, Weapon And Command System) yang memadai, kerja sama yang baik dengan unsur force protection lainnya serta dukungan Call Sign Garuda sebagai mata di udara kegiatan force protection dapat berjalan aman dan lancar. Seluruh pergerakan kontak permukaan maupun pergerakan pesawat di sekitar wilayah perbatasan dapat termonitor dengan baik, sitrep (situation reporting) yang dituangkan dalam RMP (Recognized Maritime Picture) dan RAP (Recognized Air Picture) kepada seluruh unit MTF dan Force Protection juga terlaksana dengan baik.
Penunjukkan KRI Frans Kaisiepo-368 sebagai Force Protection Commander (FPC) dalam kegiatan pengamanan ini kembali menegaskan kepercayaan dunia Internasional terhadap profesionalisme prajurit pengawak dan kemampuan alut sista TNI AL dalam melaksanakan tugas-tugas peace-keeping. Pencapaian ini diharapkan akan dapat mengangkat nama bangsa Indonesia. Kepala Dispenarmatim Letkol Laut Drs. Yayan Sugiana.
Sumber: TNI AL
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment