ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Thursday, September 16, 2010 | 9:33 AM | 0 Comments

    SU-27 Pesawat Tempur Yang Bisa Menembakan Rudal Ke Samping


    LUPAKAN dulu soal meninggalnya tiga teknisi Sukhoi. Mari kita lihat barang yang mereka kerjakan dan bagaimana kehebatannya serta kegunaannya bagi pertahanan udara RI. Walaupun Su-27 dianggap memiliki kelincahan yang mengagumkan, pesawat seharga 35 juta dolar atau setara 350 miliar ini belum banyak dipakai pada petempuran yang sebenarnya (combat proven). Ini beda dengan F-16 yang sudah terbukti di berbagai palagan.

    Pesawat tempur Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) awalnya diproduksi pada era Uni Soviet, di mana rancang-bangun aslinya dibuat oleh Biro Disain Sukhoi.

    Pesawat ini dikembangkan sebagai saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat saat itu, yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet.

    Spesifikasi awal yang diinginkan militer Uni Soviet saat itu adalah pesawat tempur multi-peran yang memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Semuanya dibuat melebihi kemampuan pesawat tempur yang dibuat pihak barat.

    Pesawat ini awalnya sering disebut sebagai hasil persaingan antara Sukhoi dengan Mikoyan-Gurevich (MiG), karena bentuknya yang agak mirip, namun berbeda bobot.

    Su-27 dirancang sebagai interseptor yang memiliki superioritas udara jarak jauh, sedangkan MiG-29 dirancang untuk mengisi peran pesawat tempur pendukung jarak dekat.

    Sejarah
    Pada tahun 1969, Uni Soviet mendapatkan informasi bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat telah memilih McDonnell Douglas untuk memproduksi rancangan pesawat tempur eksperimental (yang akan berevolusi menjadi F-15).

    Untuk menghadapi ancaman ini, Uni Soviet memulai program PFI (Perspektivnyi Frontovoy Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir”) yang direncanakan menghasilkan pesawat yang bisa menyaingi hasil rancangan Amerika Serikat.
    SU-27 TNI AU (Foto:Fuerza Aerea)

    SU-27 TNI AU (Foto:Fuerza Aerea)

    Namun, spesifikasi yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat-syarat program ini pada satu pesawat saja ternyata terlalu rumit dan mahal. Maka program ini dibagi menjadi dua, yaitu TPFI (Tyazholyi Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir berat”) dan the LPFI (Legkiy Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir ringan”).

    Hasil akhirnya tercipta Su-27 untuk pesawat tempur taktis mutakhir berat, dan MiG-29 untuk pesawat tempur taktis mutakhir ringan.

    Langkah ini juga mirip apa yang dilakukan Amerika Serikat, yang memulai program “Lightweight Fighter” yang nantinya akan menghasilkan F-16.

    Rancangan Sukhoi pertama kali muncul sebagai pesawat sayap delta T-10, yang pertama terbang pada tanggal 20 Mei 1977. T-10 terlihat oleh pengamat Barat, dan diberikan kode NATO Flanker-A. Perkembangan T-10 menemui banyak masalah, yang berakibat pada kehancuran ketika salah satu pesawat ini jatuh pada tanggal 7 Mei 1978.

    Kejadian ini kemudian ditindaklanjuti dengan banyak modifikasi perancangan, yang menghasilkan T-10S, yang terbang pertama kali pada 20 April 1981.

    Pesawat ini juga menemui kesulitan, dan jatuh pada tanggal 23 Desember 1981. Versi produksi pesawat ini (Su-27 atau Su-27S, dengan kode NATO Flanker-B) mulai dipakai Angkatan Udara Soviet pada tahun 1984, tetapi baru dipakai menyeluruh tahun 1986, karena sempat terhambat oleh masalah produksi.

    Pesawat ini dipakai oleh Pertahanan Anti Udara Soviet (Voyska PVO) dan Angkatan Udara Soviet (VVS). Pemakaiannya di V-PVO adalah sebagai interseptor, menggantikan Sukhoi Su-15 and Tupolev Tu-28. Dan pemakaiannya di VVS lebih difokuskan kepada interdiksi udara, dengan tugas menyerang pesawat bahan bakar dan AWACS, yang dianggap sebagai aset penting angkatan udara NATO.

    Sekitar 680 Su-27 diproduksi oleh Uni Soviet, dan 400 dipakai oleh Rusia. Negara mantan Soviet yang memiliki pesawat ini adalah Ukraina dengan 60 pesawat, Belarusia dengan sekitar 25 pesawat, Kazakstan dengan sekitar 30 dan sudah memesan 12 pesawat lagi, dan Uzbekistan dengan 25 buah.

    Tiongkok menerima 26 pesawat pada tahun 1991, dan 22 lagi pada 1995. Kemudian pada tahun 1998 mereka menandatangani kontrak untuk lisensi produksi 200 pesawat ini dengan nama Shenyang J-11. Vietnam memiliki 12 Su-27SK dan telah memesan 24 lagi.

    Ethiopia memiliki 8 Su-27A dan 2 Su-27U. Indonesia mempunyai 2 Su-27SK and 2 Su-30MKI serta telah memesan 6 lagi. Dan Angola telah menerima sekitar 8 Su-27/27UB. Meksiko berencana untuk membeli 8 Su-27s dan 2 pesawat latihan Su-27UB.[1]

    Amerika Serikat juga disinyalir memiliki satu Su-27 Flanker B dan satu Su-27 UB. Tiga pesawat ini masuk sebagai registrasi sipil, dan salah satunya tiba di Amerika Serikat menggunakan pesawat Antonov-62.

    Indonesia (TNI-AU) mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun 2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Empat tahun kemudian pada acara MAKS 2007 di Moskow Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak unruk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS.

    Sukhoi yang dioperasikan TNI AU merupakan Sukhoi generasi terbaru, bahkan Angkatan Udara Rusia belum mengoperasikan jenis ini.

    Sukhoi yang dikenal dengan panggilan Flanker ini adalah jenis Sukhoi Su-27 SK Upgrade dengan sepasang mesin masing-masing berdaya dorong 12.550 kg jenis Lyulka AL-31F.

    Kemampuan lain yang lebih adalah kelengkapan IRST/Infra Red Search and Track berupa bola kaca di depan kokpit yang mampu mengendus sasaran sejauh 70 km, sebuah kelengkapan yang tidak dipunyai pesawat keluaran Barat hingga kini.

    Menengok persenjataan yang mampu dibawa sangat mengagumkan, tengok misalnya rudal udara AA-12 Adder yang mampu menjelajah sejauh 50 km (melebihi AMRAAM milik AS yang hanya 40 km) ataupun rudal udara jenis R-73 yang mampu menembak pada sasaran ke arah samping hingga sudut 70 derajat merupakan senjata udara paling mematikan saat ini, lebih andal dari rudal keluaran Israel jenis Python ataupun AIM-9L/M Sidewinder yang biasa dipakai negara Barat.

    Sedangkan untuk sasaran darat pesawat Sukhoi dapat dilengkapi dengan rudal H-31P berjarak jangkau 100 km atau rudal antikapal jenis H-31A berjarak jangkau 50 km, bandingkan dengan Maverick yang hanya mencapai 15 km. Dengan bahan bakar yang mampu dibawa seberat 6.000 kg pesawat ini mampu mengadakan patroli sejauh 1.500 km dari pangkalan tolak atau terbang selama empat jam.

    Pemakaian pesawat ini yang patut disebut adalah pada Perang Ethiopia-Eritrea, dimana pesawat-pesawat Sukhoi Su-27A Ethiopia dipakai untuk melindungi pesawat pengebom Mig-21 dan Mig-23. Pada perang itu, pesawat-pesawat Su-27 tersebut berhasil menghancurkan empat Mig-29 Eritrea.

    Salah satu pilot yang berhasil menembak jatuh lawan adalah Aster Tolossa, yang menjadi wanita Afrika pertama yang memenangi sebuah pertempuran udara.

    Karakteristik umum

    Kru: Satu
    Panjang: 21,9 m (72 ft)
    Lebar sayap: 14,7 m (48 ft 3 in)
    Leading edge sweep: 42°)
    Tinggi: 5,93 m (19 ft 6 in)
    Area sayap: 62 m² (667 ft²)
    Berat kosong: 16.380 kg (36.100 lb)
    Berat terisi: 23.000 kg (50.690 lb)
    Berat maksimum lepas landas: 33.000 kg (62.400 lb)
    Mesin: 2× Lyulka AL-31F turbofan, 122,8 kN (27.600 lbf) masing-masing
    Performa
    Kecepatan maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35)
    Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada ketinggian tinggi (800 mi pada ketinggian air laut, 2070 mi pada ketinggian tinggi)
    Batas tertinggi servis: 18.500 m (60.700 ft)
    Laju panjat: 325 m/s (64.000 ft/min)
    Beban sayap: 371 kg/m² (76 lb/ft²′)
    Dorongan/berat: 1,085

    Persenjataan

    1 x meriam GSh-30-1 30 mm, 150 butir peluru
    8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal
    6 R-27, 4 R-73
    Su-27SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27
    Su-27IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500
    AA-11 Archer / R-73
    AA-10A/B/C/D/E Alamo-A/B/C/D/E / R-27R/T/RE/TE/AE
    AS-16 Kickback SRAM/ Kh-15/C
    Air bombs
    KAB-500Kr
    KAB-1500Kr
    KAB-1500L / 1500F / 1500L-PR
    KAB-500R
    KAB-500KRU
    ODAB-500
    OEPS-27 Optronic sighting system for SU-27SK
    AS-11 Kilter / Kh-58E
    ZHUK FAMILY AIRBORNE RADARS

    Sumber: SURYA ONLINE

    Berita Terkait:

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.