ALUTSISTA ARDAVA BERITA HANKAM CAKRA 401 SUBMARINE DEFENSE STUDIES INDO-DEFENSE INDONESIA DEFENSE INDONESIA TEKNOLOGI RINDAM V BRAWIJAYA THE INDO MILITER
Formil MIK Formil Kaskus Formil Detik.COM
PT.DI LAPAN LEN NUKLIR PAL PINDAD RADAR RANPUR ROKET RUDAL SATELIT SENJATA TANK/MBT UAV
TNI AD TNI AL TNI AU
HELIKOPTER KAPAL ANGKUT KAPAL INDUK KAPAL LATIH KAPAL PATROLI KAPAL PERANG KAPAL PERUSAK KAPAL SELAM PESAWAT TEMPUR PESAWAT ANGKUT PESAWAT BOMBER PESAWAT LATIH PESAWAT PATROLI PESAWAT TANKER
KOPASSUS PASUKAN PERDAMAIAN PERBATASAN
  • PERTAHANAN
  • POLRI POLISI MILITER
  • PBB
  • NATO BIN DMC TERORIS
    AMERIKA LATIN AMERIKA UTARA BRASIL USA VENEZUELA
    AFGANISTAN ETHIOPIA IRAN ISRAEL KAZAKHTAN KYRGYZTAN LEBANON LIBYA MESIR OMAN PALESTINA TIMUR TENGAH YAMAN
    ASEAN AUSTRALIA Bangladesh BRUNAI CHINA INDIA INDONESIA JEPANG KAMBOJA KORSEL KORUT
    MALAYSIA Selandia Baru PAKISTAN PAPUA NUGINI Filipina SINGAPURA SRI LANGKA TAIWAN TIMOR LESTE
    BELANDA BULGARIA INGGRIS ITALIA JERMAN ROMANIA RUSIA UKRAINA
    MIK News empty empty R.1 empty R.2 empty R.3 empty R.4

    Tuesday, December 14, 2010 | 4:14 PM | 0 Comments

    Di AS, Soeharto Sebut Senjata Asal Rusia Bebani TNI

    Jakarta - Pasca jatuhnya Presiden Soekarno, Indonesia mulai berpaling dari Rusia dan China, dan melirik Amerika Serikat (AS). Termasuk di bidang militer, presiden yang baru, Jenderal Soeharto, mendekati AS untuk meningkatkan kekuatan TNI.

    Saat bertemu dengan Presiden AS Ricard M Nixon di Gedung Putih pada 26 Mei 1970 atau 2 tahun sejak diangkat menjadi presiden oleh MPRS, Soeharto berbicara tentang kondisi persenjataan militer Indonesia. Soeharto menyebut, alutsista asal Rusia terlalu membebani TNI.

    "Pemeliharaan peralatan dari Rusia menjadi masalah besar. Kami tidak lagi memiliki suku cadang. Kesulitan-kesulitan ini paling parah dirasakan oleh TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara," kata Soeharto seperti termuat dalam dokumen indoleaks yang diunduh detikcom, Selasa (14/12/2010).

    Dalam dokumen yang bersifat "sangat rahasia dan "sensitif" tersebut, Soeharto mengatakan, dengan mengimpor senjata dari Rusia dan China, kedua negara itu menjadi tahu kelemahan Indonesia. Sementara Rusia dan China saat itu menjadi ancaman yang mengkhawatirkan.

    "Mereka (China) sekarang memiliki rudal dengan jangkauan 1.100 mil. ...Angkatan Laut Rusia aktif di laut India dan mungkin kegiatan ini akan diperpanjang di kawasan Pasifik," ujar mantan Pangkostrad itu.

    Di depan Nixon, Soeharto mengaku sudah berbicara dengan Laksamana McCain mengenai ancaman dari kedua negara komunis tersebut. Namun, katanya, pimpinan militer Indonesia belum memiliki rencana besar dan tenaga yang strategis. TNI hanya ingin meningkatkan kemampuan militer secara bertahap.

    Soeharto juga mengaku telah membahas program militer Indonesia itu dengan Duta Besar AS untuk RI Galbraith. Namun, Soeharto tampaknya masih malu-malu untuk meminta bantuan langsung kepada Nixon dalam pertemuan tersebut.

    "Kami tidak ingin Anda berkomitmen sekarang, tapi kami ingin anda tahu apa yang dapat dilakukan," kata pemimpin orde baru yang lebih dari 32 tahun berkuasa itu.

    Bagaimana tanggapan Nixon? Menurut Presiden ke-37 AS itu, kekuatan militer cukup penting untuk menjaga keamanan sebuah negara. Dengan penduduk 150 juta jiwa, wilayah teritorial yang luas, serta sumber daya alam melimpah, Indonesia bisa manjadi target pihak lain. Karena itu TNI harus kuat.

    "Netralitas tidak berarti tanpa kekuatan untuk mempertahankan netralitas tersebut. Selama kunjungan Anda di sini saya ingin Pimpinan TNI bertemu dengan orang yang tepat untuk menentukan kebutuhan Indonesia dan peran yang sesuai dari AS," ucap Nixon.

    "Kita tahu niat Anda hanya untuk tujuan pertahanan dan tidak untuk menyerang orang lain," sambung Nixon.

    Sumber: DETIK

    Berita Terkait:

    0 komentar:

    Post a Comment

     
    Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by ADMIN | Published by MAJU INDONESIA KU
    Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.