TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah Rusia menawarkan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia. Hal ini disampaikan Petr Shchedrovitskiy, pimpinan badan usaha tenaga nuklir Rusia, Rosatom.
Petr Shchedrovitskiy menjadi kepala delegasi Rusia yang berkunjung ke Indonesia dan memberikan presentasi tentang kemampuan negerinya membangun PLTN.
“Kami berharap dapat membangun PLTN di Indonesia karena menurut hemat kami ini adalah pembangkit energi paling efisien,” katanya di sela sela lokakarya tentang energi nuklir di Pusat Studi dan Kebudayaan Rusia di Jakarta, hari ini.
Pemerintah RI juga tak perlu sibuk mencari dana jika setuju membangun PLTN Rusia ini. Berbagai opsi pendanaan ditawarkan, termasuk yang sudah disepakati perusahaan ini dengan Turki dalam membangun PLTN berkekuatan 4 X 1000 MW, yaitu konsep BOO (Built, Operate & Owned) alias pemerintah tinggal membeli listriknya saja dengan harga dan dalam masa waktu yang telah disepakati.
Petr Shchedrovitskiy memperkirakan harganya berkisar antara U$ 0,10 hingga U$ 0,15/KWH. “Tergantung masa kontrak yang disepakati.” Reaktor PLTN, menurutnya, mempunyai usia pakai sekitar 60 tahun.
Lantas bagaimana dengan limbah nuklir dari PLTN? Petr Shchedrovitskiy mengatakan, perusahaannya bersedia membawa limbah itu keluar Indonesia untuk diproses kembali di Rusia.
Ia berharap pemerintah RI tertarik membangun reaktor berkapasitas 1000 MW karena terbukti paling efisisen. “Ongkos operasionalnya di bawah dua sen dolar per KWH,” katanya.
Belum jelas jawaban resmi pihak Indonesia karena pertemuan delegasi RI dan Rusia baru dijadwalkan malam ini.
Sumber: TEMPO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment