JAKARTA(SINDO) – Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menegaskan,pemerintah tidak akan memberikan bantuan dana untuk pembangunan industri bahan peledak.
Pendanaan industri bahan peledak seperti PT Dahana di Subang Jawa Barat,ungkap Menhan,murni dilakukan melalui mekanisme pembiayaan perbankan nasional. ”Investasinya didukung oleh perbankan nasional. Bukan beban pemerintah. Pembayarannya nanti berasal dari pendapatan industri tersebut,” ungkap Purnomo di Jakarta kemarin.Purnomo mengatakan, biaya yang dipinjam dari perbankan nasional tersebut nantinya akan dibayar dari hasil penjualan bahan-bahan peledak.
Dengan demikian, jelasnya, APBN sama sekali tidak terganggu. ”Dahana membangun dengan nonrecost financing karena tidak membebani uang pemerintah,tapi pembangunan dibiayai dari hasil-hasil penjualan,” ujarnya. Begitu pun dengan pembangunan pabrik propelan yang berada di kawasan tersebut, juga dibiayai dari keuntungan perusahaan.
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu meyakini, dalam beberapa tahun ke depan, pabrik propelan akan mampu mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit bagi negara mengingat besarnya kebutuhan akan propelan baik di dalam maupun di luar negeri.
Bahkan, lanjut Purnomo, pabrik propelan tersebut sudah diperkenalkan ke negara-negara tetangga, termasuk pada saat kunjungan Menteri Pertahanan Singapura Teo Chee Hean ke Indonesia pada Kamis (9/12).
”Jadi, jangan berpikir lagi bahwa pertahanan akan membebani ekonomi, tapi kita harus mengubah menjadi menyokong perekonomian,” tegasnya. Seperti diketahui, PT Dahana akan membangun energic material center di Subang,Jawa Barat,yang di dalamnya juga akan dibangun pabrik propelan untuk bahan peledak militer. Rencananya, pabrik ini mulai beroperasi pada 2013.
Selain industri bahan peledak dalam kawasan seluas hampir 600 hektare tersebut,terdapat juga tempat pengembangan dan penelitian serta pendidikan dan pelatihan bahan peledak. Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, Indonesia sebenarnya telah memiliki pabrik amunisi milik PT Pindad di Turen, Jawa Timur. Namun, sampai sekarang bahan bakunya masih harus diimpor dari Afrika Selatan.
Karena itu, sudah saatnya Indonesia memiliki pabrik bahan peledak militer.”Dengan angkatan bersenjata yang besar dan kepolisian yang besar, tentunya dibutuhkan alutsista yang banyak,terutama untuk isian amunisi kaliber kecil, besar, sampai roket. Ini membutuhkan propelan yang cukup banyak. Sudah saatnya Indonesia memiliki kemandirian bahan peledak militer,” tegasnya.
Sumber: SUPUTAR INDONESIA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment