
Pengumuman itu merupakan rincian dari data luas yang digariskan menteri keuangan George Osborne dalam peninjauan kembali pengeluaran Oktober lalu.
"Akan ada peluang bagi individu-individu untuk menjadi relawan dan ada kemungkinan kami akan memenuhi target personil melalui relawan-relawan," kata Menteri Pertahanan Loam Fox dalam satu pernyataan.
"Tetapi beberapa pilihan sulit tidak dapat dielakkan," tambahnya.
Pengurangan pasukan itu mungkin akan berdampak pada pasukan garis depan di Afghanistan, di mana Inggris memiliki 9.500 personil,yang merupakan penyumbang terbesar kedua setelah Amerika Serikat pada Pasukan Bantuan Keamanan Internasional yang dipimpin NATO.
Menurut surat kabar Telegraph, menteri-menteri menginformasikan kepada militer bahwa tidak ada pasukan yang bertugas di Afghanistan apabila pengurangan dimulai September.
Akan tetapi, bahwa itu akan berarti hampir seluruh personil yang kini di negara yang porak poranda akibat perang itu memenuhi syarat bagi pemberhentian apabila mereka pulang sebelum batas waktu pengurangan September.
Brigjen Richard Nugee dari bagian personil militer, mengemukakan kepada surat kabar itu bahwa "pesan-pesan akan dikirim ke para para komandan."
"Mereka akan memberikan penjelasan kepada individu-individu yang berada di lapangan, apakah mereka yang berada di Afghanistan atau apakah mereka di tempat-tampat lainnya ," tambahnya.
Para pemimpin militer menyatakan khawatir bahwa pengurangan itu dapat berdampak pada kondisi di garis depan. "Tentu ancaman pengurangan itu akan berdampak pada moral prajurit di lapangan . Kenapa tidak?" kata Kolonel Douglas Young, ketua eksekutif Federasi Angkatan Bersenjata Inggris, kepada surat kabar itu.
Kementerian Pertahanan (MoD) juga mengakui bahwa staf Angkatan Udara Kerajaan (RAF) yang kini bertugas akan menghadapi kehilangan pekerjaan pada 1 September jika mereka pulang, kata surat kabar Guardian.
Osborne pada Oktober mengumumkan pemerintah akan mengurangi pengeluaran pertahanan delapan persen dalam empat tahun kedepan dalam usaha mengatasi defisit yang berkisar 10 persen dari Pendapatan Kotor Domestik.
Sumber: MEDIA INDONESIA
Berita Terkait:
INGGRIS
- Komisi I : Kerja Sama Alutsista dengan Inggris Harus Dibatalkan
- Menhan : Indonesia Pantau Aktivitas OPM di Inggris
- Inggris Siap Berpartisipasi Dalam Pengembangan KFX
- Kemhan : Fregat Buatan Inggris Memiliki Kemampuan Di Atas Sigma
- Kemhan Kembali Kirim Tim Negosiasi Kapal Perang Ke Inggris
- Indonesia Meminta Rudal Kapal Perang Dari Inggris Diupgrade
- Indonesia - Inggris Bahas Tindaklanjut Pembelian Kapal Perang
- Menteri Pertahanan Inggris Kunjungi Indonesia
- Komisi I : Ke Depan Kami Menginginkan Transfer Teknologi Kapal Perang Dengan Inggris
- Menhan : Kita Hanya Bayar 20% Frigate Eks. Brunei Dari Inggris
- Indonesia Akan Beli Alutsista Dari Inggris
- KSAU : Kami Sedang Menunggu Ahli Dari Inggris Untuk Investigasi Jatuhnya Hawk
- Inggris Ingin Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Kemhan Tetap Ingin Membeli Kapal Perang Eks Brunei
- Komisi I Pertanyakan Pengadaan Kapal Perang Eks Brunai
- Kemhan dan TNI AU Bantah Belian 24 Pesawat Tempur Typhoon
- Pengamat : Inggris Tidak Mau Lewatkan Menikmati Kue Pertahanan Indonesia
- PM Cameron Tawarkan Rudal Starstreak Kepada TNI
- Komisi I Dan LSM : Tolak Pengadaan Kapal Perang Ragam Class
- Brunai Lebih Senang Kapal Perang Kelas Ragam Dibeli TNI AL
- AS Dan Inggris Kembangkan IFV Terbaru Untuk Mengganti Bradley dan Strykers
- Dubes Inggris : Inggris Tawarkan Typhoon Ke Indonesia
- BAE System Akan Membangun Perusahaan Di Indonesia Untuk Support Hawk Mk 109/209 TNI AU
- Kapal Perang Tiga Negara Merapat Di Tanjung Priok
- PACS Menghasilkan Kerjasama antara NCB Indonesia dan NCB Inggris
0 komentar:
Post a Comment