JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 28,7 persen dari 3.000 responden menginginkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan sosialisasi mengenai pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN. Keinginan masyarakat tersebut tampak dalam hasil jajak pendapat yang dilaksanakan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di 22 daerah di Jawa dan Bali pada Mei-Juni.
"Yang menarik adalah, masyarakat yang menginginkan Presiden sosialisasi, tolonglah Presiden menjelaskan melalui pidatonya atau apa," ujar Ibnu Hamad, peneliti ahli dari lembaga penelitian Tridakomi Andalan Semesta yang juga Guru Besar Komunikasi Universitas Indonesia, saat memaparkan hasil penelitian untuk Batan di Kantor Batan, Kuningan, Jakarta, Selasa (24/8/2010).
Sebagian masyarakat tersebut ingin Presiden menyampaikan sepatah kata mengenai dampak pembangunan PLTN terhadap lingkungan, jaminan keamanannya, serta rencana pembangunan PLTN.
Ibnu mengatakan, menurut jajak pendapat, pemahaman masyarakat mengenai PLTN masih sangat rendah. "Sangat paham 1,1 persen, cukup paham 18,9 persen, kurang paham 51,2 persen, tidak paham 28,9 persen," katanya.
Sebanyak 97,5 persen responden mengaku belum pernah mendapat sosialisasi nuklir dari Batan. "Sosialisasi sebagian besar dari media, terutama televisi," kata Ibnu.
Padahal, menurut Ibnu, jika sosialisasi ditingkatkan, akan lebih banyak masyarakat yang menerima rencana pembangunan PLTN. Adapun sosialisasi yang ideal, menurut Guru Besar Ilmu Komunikasi UI itu, adalah melalui pemberitaan media yang proporsional.
Berdasarkan hasil penelitian Batan melalui lembaga penelitian Tridakomi Andalan Semesta, sebanyak 57,6 persen responden di Jawa dan Bali menerima rencana pembangunan PLTN. Angka penerimaan tertinggi datang dari wilayah Denpasar, sedangkan terendah datang dari daerah Pati dan Kudus. Jajak pendapat dilakukan dengan metode wawancara tatap muka dengan sampel yang dipilih acak.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment