Anggota Raider Kodam Iskandar Muda berlari usai meledakkan sebuah rumah yang digunakan teroris untuk menawan seorang pejabat. Ini merupakan simulasi penanganan terorisme.
Satuan komando TNI Angkatan Darat, Satuan-81 Penanggulangan Teror (Satgultor) mengikuti upacara penutupan latihan gabungan TNI/Polri di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (15/3/2010). Latihan gabungan berlangsung dari tanggal 11-13 Maret 2010 untuk menanggulangi berbagai ancaman aksi terorisme di Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengatakan, pihaknya siap melibatkan pasukan khusus yang beranggotakan gabungan dari tiap angkatan di TNI untuk menangani terorisme. Menurut Kapolri, aksi kelompok teroris sudah menjadi musuh bersama.
Dikatakan Kapolri, tim khusus itu akan dikoordinasikan oleh Bandan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Anggota tim berasal dari Detasemen Bravo (Den Bravo-90) Angkatan Udara, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) Angkatan Laut, dan Detasemen Gultor (Den-81 Gurlor) Angkatan Darat.
"Akan ada penindakan pada momen-momen tertentu bila diperlukan. Kita akan bersama-sama pada striking force pada masa akan datang. Ini sudah musuh bersama yang tidak bisa dibiarkan," jelas Kapolri saat jumpa pers di Mabes Polri, Jumat (24/9/2010).
Seperti diketahui, penanganan teroris selama ini menjadi tanggung jawab Polri dibawah Tim Densus 88 Anti Teror Polri. Namun, selama 10 tahun terakhir, kelompok teroris tidak pernah berhenti melakukan teror di berbagai daerah di Indonesia. Sebanyak 563 teroris ditangkap hidup, 44 terduga teroris tewas, dan 10 teroris tewas bunuh diri sejak tahun 2000.
Akibat aksi teroris dalam 10 tahun terakhir, 298 warga tewas dan 838 lainnya mengalami luka hingga cacat. Selain itu, 19 polisi tewas dan 29 lainnya luka berat. Terakhir, korban dari pihak Polri yakni tiga anggota yang tewas ditembak di Mapolsek Hamparan Perak, Sumatera Utara.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment